Bahaya ChatGPT Diungkap Penciptanya, Wajib Tahu Atau Mbanking Bobol

18 hours ago 2

Jakarta, CNBC Indonesia - CEO OpenAI Sam Altman menyampaikan kekhawatiran serius tentang potensi penyalahgunaan kecerdasan buatan (AI) yang bisa memicu krisis penipuan secara global.

Altman menyoroti bahwa saat ini masih ada lembaga keuangan yang menggunakan rekaman suara sebagai metode autentikasi transaksi. Padahal, menurutnya teknologi AI sudah bisa dengan mudah meniru suara manusia dan menembus sistem keamanan tersebut.

"Hal yang membuat saya sangat khawatir adalah masih ada lembaga keuangan yang menerima rekaman suara sebagai metode autentikasi untuk memindahkan sejumlah besar uang atau melakukan transaksi lainnya. Anda hanya mengucapkan frasa tertentu, dan mereka langsung mengeksekusinya," kata Altman dalam forum bersama Federal Reserve, termasuk perwakilan lembaga keuangan besar AS.

"Itu hal yang sangat gila untuk masih digunakan... AI sudah sepenuhnya mengalahkan sebagian besar metode autentikasi yang ada saat ini, kecuali kata sandi," imbuhnya.

Peringatan Altman bukan tanpa dasar. FBI sebelumnya telah mengeluarkan peringatan soal meningkatnya penipuan berbasis AI, termasuk "kloning" suara dan video. Beberapa kasus bahkan melibatkan penipuan terhadap orang tua dengan meniru suara anak mereka.

Baru-baru ini, suara buatan AI yang meniru Menteri Luar Negeri AS, Marco Rubio, juga dilaporkan digunakan untuk menghubungi sejumlah pejabat tinggi.

"Saya sangat khawatir bahwa kita akan menghadapi krisis penipuan besar dalam waktu dekat," ujar Altman, dikutip dari CNN, Rabu (30/7/2025).

Meski mengakui risiko besar ini, Altman mengatakan OpenAI tidak mengembangkan alat peniruan semacam itu. Namun ia menyadari tantangan tersebut tak bisa dihindari.

Untuk mengatasinya, Altman mendukung pengembangan The Orb, alat verifikasi berbasis biometrik yang diklaim bisa membuktikan apakah seseorang benar-benar manusia dalam era digital yang semakin sulit dibedakan dari realita.

Di satu sisi, ia juga mengaku khawatir manusia bisa kehilangan kendali atas sistem AI superintelligence, atau justru memberikan terlalu banyak kekuasaan pengambilan keputusan kepada teknologi tersebut.

Apalagi saat ini, berbagai perusahaan teknologi, termasuk OpenAI, tengah berlomba mengembangkan AI superintelligence.

Altman sendiri pernah menyatakan bahwa pada 2030-an, AI bisa memiliki kecerdasan yang jauh melampaui kemampuan manusia. Namun, sejauh ini belum ada definisi yang jelas tentang apa yang dimaksud dengan "superintelligence" atau kapan hal itu benar-benar akan tercapai.

Soal dampak AI terhadap dunia kerja, Altman mengaku tidak sekhawatir sebagian tokoh teknologi lainnya di Silicon Valley. Sebelumnya, CEO Anthropic Dario Amodei dan CEO Amazon Andy Jassy telah memperingatkan bahwa AI bisa menghilangkan banyak pekerjaan.

Namun Altman justru percaya bahwa tidak ada yang benar-benar tahu apa yang akan terjadi.

"Banyak prediksi yang terdengar sangat cerdas," katanya. "'Oh, ini akan terjadi di sini, dan ekonomi akan berubah seperti ini.' Tapi sebenarnya, tidak ada yang tahu. Menurut saya, ini adalah sistem yang terlalu kompleks, teknologi yang terlalu baru dan berdampak besar, sangat sulit untuk diprediksi."


(dem/dem)
[Gambas:Video CNBC]

Next Article Petaka Baru Muncul di China, Waspada RI Bisa Kena

Read Entire Article
| | | |