Dunia Berebut Harta Karun Baru, Airlangga Ungkap Posisi Indonesia

11 hours ago 5

Jakarta, CNBC Indonesia - Industri chip sedang naik daun berkat perkembangan teknologi kecerdasan buatan. Amerika dan China berlomba-lomba mengembangkan chip canggih untuk memenangkan perlombaan AI.

Menko Perekonomian Airlangga Hartarto mengatakan Indonesia juga perlu masuk dalam radar pengembangan chip. Pasalnya, industri elektronik dan otomotif Indonesia sudah melakukan ekspor ke luar negeri.

Airlangga mengatakan sudah lebih dari 400.000 unit kendaraan yang diekspor ke pasar global. Selain itu, sektor elektronik juga sudah mendunia, terutama perangkat rumah tangga (home appliances).

"Semuanya butuh semikonduktor. Jadi, dari segi permintaan, untuk semikonduktor Indonesia sangat besar," kata Airlangga dalam acara Launching Program Pelatihan Gig Economy dan AI Open Innovation Challenge, Kamis (18/12/2025).

Airlangga menekankan pentingnya kedaulatan teknologi. Ia juga memperingatkan basis dari kedaulatan teknologi adalah hak paten (intellectual properti rights).

Menurut Airlangga, para engineer dan lulusan jurusal elektronik sudah bisa menciptakan hak paten berskala kecil. Jika hak paten chip bisa didapat, maka permintaannya bisa meluas ke mana-mana.


"Setelah chip, berikutnya adalah perangkat, setelah itu ada data dan aplikasi. Aplikasi ini yang salah satunya dikembangkan dalam ekosistem ekonomi," Airlangga menuturkan.

Menurutnya, ekosistem terbesar saat ini secara berurutan adalah data center, otomotif, PC, aplikasi mobile, serta Internet of Things (IoT) atau perangkat terhubung.

Pemerintah sudah mendorong adopsi IoT dalam industri 4.0. Di Cilegon, Semarang, hingga Maluku, Indonesia mulai membuat klaster industri berbasis IoT.

Semua ini akan memperkuat gig economy di Indonesia. Terlebih pemerintah sudah menyiapkan Kredit Usaha Rakyat (KUR) sebesar Rp 10 triliun bagi pelaku gig economy dengan bunga hanya 6%.

"Karena kita target dari program residen untuk akselerasi ekonomi ini yang ke 8, ini adalah gig economy di 15 kota. Dan Jakarta menjadi prototipe pertama, nanti kita replikasi ke tempat lain. Dan Jakarta tidak harus satu tempat, boleh sebanyak-banyaknya di Jakarta," Airlangga menjelaskan.

"Palo Alto Indonesia adanya di Jakarta, boleh. Karena ekosistemnya semua mendukung. Dunia kerjanya ada, environment tempat kerja bisa disediakan," ia menambahkan.

(fab/fab)
[Gambas:Video CNBC]

Read Entire Article
| | | |