Jakarta, CNBC Indonesia - Ketegangan diplomatik memanas antara Amerika Serikat (AS) dan Brasil setelah Washington mencabut visa sejumlah tokoh hukum Brasil, termasuk Hakim Agung Alexandre de Moraes.
Langkah ini diambil usai Mahkamah Agung Brasil mengeluarkan surat perintah penggeledahan dan penahanan terhadap mantan Presiden Jair Bolsonaro, dan melarangnya untuk berkomunikasi dengan pejabat asing terkait tuduhan bahwa ia mencoba melibatkan Presiden Amerika Serikat Donald Trump dalam urusan hukum di negaranya.
Menteri Luar Negeri AS Marco Rubio menuding tindakan Moraes sebagai bagian dari "perburuan penyihir politik", dan langsung menjatuhkan sanksi visa kepada Moraes, sekutunya di pengadilan, serta anggota keluarga dekat mereka, demikian dikutip dari Reuters, Sabtu (19/7/2025).
Trump sebelumnya telah mencoba menekan pemerintah Brasil untuk membantu Bolsonaro, termasuk dengan mengumumkan tarif impor sebesar 50% terhadap barang-barang dari negara dengan ekonomi terbesar di Amerika Latin tersebut.
Bolsonaro menyatakan bahwa perintah pengadilan tersebut merupakan reaksi atas kritik Trump terhadap persidangannya di Mahkamah Agung, di mana ia diadili karena berupaya membatalkan hasil pemilu.
Sanksi ini menyusul langkah Mahkamah Agung Brasil yang memperketat pengawasan terhadap Bolsonaro.
Tindakan hukum terhadap Bolsonaro oleh Mahkamah Agung memperkuat sinyal bahwa taktik Trump justru menjadi bumerang di Brasil. Alih-alih melemahkan pemerintah kiri yang berkuasa, dukungan publik terhadap pemerintahan semakin menguat.
Berdasarkan keputusan yang dikeluarkan oleh Moraes, Bolsonaro dilarang berkomunikasi dengan pejabat asing, menggunakan media sosial, atau mendekati kedutaan. Polisi federal juga menggerebek rumahnya dan memasangkan alat pelacak pergelangan kaki (ankle monitor).
Dalam wawancara di kantor partainya pada Jumat, Bolsonaro menyebut Moraes sebagai "diktator" dan menggambarkan perintah pengadilan tersebut sebagai bentuk "pengecut".
"Saya merasa sangat terhina," katanya saat ditanya soal pemakaian ankle monitor. "Saya berusia 70 tahun, dan saya pernah menjabat sebagai presiden republik selama empat tahun."
Trump Jatuhkan Tarif 50% Atas Brasil
Bolsonaro membantah memiliki rencana kabur dari Brasil, namun mengatakan akan menemui Trump jika bisa mendapatkan kembali paspornya yang disita polisi tahun lalu. Ia juga menyebut telah berusaha menemui diplomat tertinggi AS di Brasil untuk membahas ancaman tarif dari Trump.
Menanggapi pernyataan Bolsonaro, juru bicara Gedung Putih Anna Kelly mengatakan, mengutip pernyataan Trump sebelumnya, "Bolsonaro dan para pendukungnya sedang diserang oleh sistem peradilan yang dipolitisasi."
Dalam keputusannya, Moraes mengatakan pembatasan terhadap Bolsonaro diberlakukan karena adanya tuduhan bahwa mantan presiden tersebut berusaha melibatkan "kepala negara asing" untuk mencampuri sistem peradilan Brasil, yang menurut Moraes merupakan serangan terhadap kedaulatan nasional.
Bolsonaro saat ini sedang diadili oleh Mahkamah Agung Brasil atas tuduhan merencanakan kudeta untuk menggagalkan pelantikan Presiden Luiz Inacio Lula da Silva pada Januari 2023.
Dalam beberapa minggu terakhir, Trump mendesak Brasil untuk menghentikan kasus hukum terhadap Bolsonaro, menyebutnya sebagai korban dari "perburuan penyihir".
Presiden AS itu juga mengatakan akan memberlakukan tarif 50% terhadap barang-barang asal Brasil mulai 1 Agustus 2025, dalam surat yang dibuka dengan kritik terhadap persidangan Bolsonaro.
Dalam keputusannya, Moraes menuliskan ancaman tarif tinggi dari Trump bertujuan menciptakan krisis ekonomi serius di Brasil untuk mencampuri sistem peradilan negara tersebut.
Foto: REUTERS/MATEUS BONOMI
Mantan Presiden Brasil, Jail Bolsonaro. (REUTERS/Mateus Bonomi)
(dce)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Eks Presiden Didakwa Lakukan Kudeta, Mau Tetap Berkuasa Usai Lengser