Harga Batu Bara Kembali Membara, Terima Kasih China!

22 hours ago 2

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga batu kembali memanas.

Merujuk Refinitiv, harga batu bara pada perdagangan Kamis (16/10/2025) tercatat US$ 108,4 per ton atau menguat 0,37%. Penguatan ini memperpanjang tren positif batu bara yang menguat 2,35% dalam dua hari beruntun.

Harga penutupan kemarin juga menjadi yang tertinggi bulan ini.

Penguatan ditopang kabar baik dari China.

Harga spot batubara termal impor di China terus naik, mengikuti tren kenaikan di pasar domestik, yang ditopang oleh ekspektasi permintaan kuat di kuartal keempat serta lonjakan tarif angkutan laut.

Tarif pengiriman kapal yang tinggi membuat impor batubara semakin mahal, namun hal tersebut masih bisa ditoleransi oleh pembeli karena persaingan harga dengan batubara domestik yang semakin ketat.

Kenaikan impor batubara laut ini mencerminkan bahwa meskipun terjadi perbaikan suplai lokal atau intervensi kebijakan, kesenjangan harga antara batubara impor dan domestik masih relevan sebagai pendorong impor.

Harga batu bara di China juga terus meningkat seiring pola cuaca yang tidak dapat diprediksi serta pengawasan pemerintah yang semakin ketat terhadap operasi penambangan memengaruhi pasar.
Menurut laporan Bloomberg, pengawasan intensif pemerintah bertujuan untuk mencegah kecelakaan dan menekan produksi berlebih di sektor batubara.

Meskipun pasar untuk bahan bakar utama China masih lemah dibandingkan standar historisnya, pengawasan resmi kini menjadi faktor penopang baru bagi harga.
"Upaya pemerintah untuk mengurangi kelebihan kapasitas melalui kebijakan pemeriksaan keselamatan bisa menjadi praktik umum ke depannya," tulis Bloomberg Intelligence dalam catatannya.

Pertemuan politik yang akan datang juga meningkatkan kewaspadaan industri.
Sidang Pleno Keempat di Beijing minggu depan telah membuat sektor batubara siaga penuh untuk menghindari insiden yang dapat mencoreng agenda kebijakan tersebut.

Selain itu, pemerintah telah memerintahkan para inspektur tinggi untuk melakukan inspeksi nasional mulai November dalam rangka "ujian keselamatan tahunan" lintas industri, yang diharapkan dapat memperkuat upaya perbaikan praktik pertambangan.

Provinsi Shanxi, sebagai wilayah penambangan batubara utama, mendapat sorotan khusus dalam pemberitahuan resmi karena catatan keselamatan yang mengkhawatirkan.

Ada juga kekhawatiran pasokan. Shanxi dan Shaanxi yang menjadi dua pusat produksi batubara utama saat ini tengah menghadapi banjir yang diperkirakan akan mengurangi pasokan dalam beberapa bulan mendatang.

Dari sisi permintaan, melimpahnya pasokan tenaga air akibat curah hujan tinggi kemungkinan akan mengurangi kebutuhan batubara, ditambah melambatnya ekonomi yang turut menahan konsumsi.

Namun, pola iklim yang kacau justru menciptakan dinamika baru pada permintaan.
Suhu tinggi yang tidak biasa di wilayah tengah dan timur China meningkatkan penggunaan pendingin udara, sementara hujan dingin di utara membuat beberapa kota menyalakan sistem pemanas sekitar sebulan lebih awal dari biasanya. Keduanya berpotensi meningkatkan konsumsi batubara.

Kombinasi berbagai faktor tersebut membuat pasar cenderung menuju kenaikan harga lebih lanjut, meskipun menentukan level pastinya semakin sulit.

CNBC INDONESIA RESEARCH
[email protected]

(mae/mae)

Read Entire Article
| | | |