Hari Ini Jadi Pembuktian: Masihkah RI Jadi Surga Investasi?

3 hours ago 2
  • Pasar saham Indonesia bergerak beragam, IHSG menguat sementara rupiah melemah
  • Wall Street ambruk karena kekhawatiran mengenai kredit macet
  • Realisasi investasi dan kabar stimulus serta data ekonomi akan menjadi penggerak pasar hari ini 

Jakarta, CNBC Indonesia- Pasar keuangan Indonesia bergerak beragam kemarin, Kamis (16/10/2025). Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) menguat sementara rupiah melemah.

Pasar keuangan Indonesia diharapkan kompak menguat pada perdagangan hari ini. Selengkapnya mengenai sentimen pasar hari ini bisa dibaca pada halaman 3 artikel ini.

Pasar saham Indonesia akhirnya memutus tren pelemahan tiga hari beruntun dengan menguat 0,91% ke level 8.124,76 pada Kamis (16/10/2025).

Kenaikan ini didorong oleh lonjakan saham bahan baku dan kesehatan, terutama Amman Mineral (AMMN) dan PT  Dian Swastatika Sentosa  (DSSA), yang menjadi penopang utama indeks.

Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) akhirnya bangkit dari tekanan setelah tiga hari berturut-turut berada di zona merah. Pada perdagangan Kamis (16/10/2025), IHSG ditutup menguat 0,91% atau 73,58 poin ke level 8.124,76.

Sebanyak 412 saham menguat, 250 melemah, dan 141 stagnan, dengan nilai transaksi mencapai Rp19,5 triliun. Kapitalisasi pasar ikut naik menjadi Rp15.227 triliun. Namun, investor asing masih mencatat net sell sebesar Rp 622,3 miliar. 

Kenaikan IHSG ditopang kuat oleh sektor bahan baku yang melonjak 2,6%, diikuti sektor kesehatan (2,57%) dan utilitas (1,69%). Saham Amman Mineral Internasional (AMMN) dan Dian Swastatika Sentosa (DSSA) menjadi motor utama penguatan, menyumbang total lebih dari 36 poin terhadap indeks.

Dari sektor keuangan, saham perbankan besar seperti PT Bank Rakyat Indonesia (BBRI), PT Bank Central Asia (BBCA), dan PT Bank Negara Indonesia (BBNI) juga ikut menguat, sementara saham konsumer terdorong oleh wacana pemangkasan tarif PPN yang digulirkan Menteri Keuangan Purbaya Yudhi Sadewa.

 Di pasar valas, nilai tukar rupiah kembali ditutup melemah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan Kamis (16/10/2025).

Berdasarkan data Refinitiv, rupiah terkoreksi tipis 0,03% ke level Rp16.565 per dolar AS, setelah sempat dibuka menguat ke Rp16.550.

Padahal, indeks dolar AS (DXY) justru tengah melemah 0,17% ke 98,63, tertekan oleh sinyal dovish dari Ketua The Fed Jerome Powell yang membuka peluang pemangkasan suku bunga lanjutan.

Kendati greenback terkoreksi, rupiah gagal memanfaatkan momentum itu karena investor masih menahan posisi di aset berisiko. Ketegangan dagang baru antara AS dan China kembali meningkat setelah Menteri Keuangan AS Scott Bessent menuding kebijakan ekspor logam tanah jarang Beijing mengancam rantai pasok global.

Kondisi tersebut membuat investor cenderung wait and see terhadap pasar negara berkembang, termasuk Indonesia. Pasar kini menantikan kejelasan arah kebijakan The Fed, di tengah tertundanya sejumlah rilis ekonomi akibat government shutdown yang belum berakhir.

 Di pasar obligasi, Surat Berharga Negara (SBN terus turun ke 5,92% yang merupakan rekor terendah sejak Desember 2020 atau empat tahun lebih.

Imbal hasil yang melandai menandai investor tengah memburu SBN sehingga harga naik dan imbal hasil turun.

Pages

Read Entire Article
| | | |