Intip "Rahasia" Jet China J-10C: Sehebat Apa Lawan Rafale di Angkasa?

3 hours ago 1

Jakarta,CNBC Indonesia - Rencana pemerintah membeli Jet Tempur asal China, Chengdu J-10C telah menemui titik terang. Menteri Keuangan Purbaya Yudhi Sadewa menyetujui anggaran senilai US$9 miliar atau setara Rp146 triliun untuk akusisi alat utama sistem senjata (alutsista) modern ini yang nantinya akan menambah kekuatan alutsista Jet Tempur yang dioperasikan oleh TNI-AU.

Chengdu J-10 dengan julukan "Vigorius Dragon" merupakan jet tempur generasi 4,5 dengan kemampuan multirole. Pesawat ini dibuat oleh Chengdu Aircraft Industry Corporation (CAIC) yang merupakan anak perusahaan Aviation Industry Corporation of China (AVIC). Saat ini, hanya ada dua negara yang mengoperasikan J-10 yakni, China dan Pakistan.

Proyek ini berawal pada pertengahan 1980-an melalui program rahasia bernama Project 8610, yang bertujuan mengembangkan pesawat tempur superioritas udara buatan dalam negeri untuk menandingi sistem generasi ke-4 Rusia dan Barat.

Jet tempur yang lepas landas dari kapal induk China Shandong terlihat di atas perairan Samudera Pasifik, selatan prefektur Okinawa, Jepang, dalam selebaran yang dirilis oleh Kantor Staf Gabungan Kementerian Pertahanan Jepang 10 April 2023. (Joint Staff Office of the Defense Ministry of Japan/HANDOUT via REUTERS)Foto: Jet tempur yang lepas landas dari kapal induk China Shandong terlihat di atas perairan Samudera Pasifik, selatan prefektur Okinawa, Jepang, dalam selebaran yang dirilis oleh Kantor Staf Gabungan Kementerian Pertahanan Jepang 10 April 2023. (REUTERS/DEFENSE MINISTRY OF JAPAN)
Jet tempur yang lepas landas dari kapal induk China Shandong terlihat di atas perairan Samudera Pasifik, selatan prefektur Okinawa, Jepang, dalam selebaran yang dirilis oleh Kantor Staf Gabungan Kementerian Pertahanan Jepang 10 April 2023. (Joint Staff Office of the Defense Ministry of Japan/HANDOUT via REUTERS)

Dalam proses pengembangannya, sejumlah analis pertahanan menyebut bahwa desain J-10 memiliki kemiripan dengan proyek jet tempur IAI Lavi asal Israel yang dibatalkan pada 1980-an. Meski demikian, pihak China membantah dugaan tersebut dan menegaskan bahwa J-10 merupakan hasil pengembangan murni industri dirgantara dalam negeri.

Pesawat ini melakukan penerbangan perdananya pada 23 Maret 1998 dan resmi diperkenalkan pada 2005, setelah hampir dua dekade pengujian. Sejak saat itu, J-10 berkembang menjadi platform tempur serbaguna (multirole fighter) dengan kemampuan air-to-air dan air-to-ground.

Hingga kini, J-10 telah berevolusi dengan beberapa varian. Mulai dari J-10A sebagai versi dasar, J-10B, Hingga J-10C dan J-10E. Varian ekspornya, J-10CE saat ini juga dioperasikan oleh Angkatan Udara Pakistan (PAF). 

Berikut ini Spesifikasi Chengdu J-10.

Mesin Hingga Performa J-10

Chengdu J-10 awalnya dirancang untuk menggunakan mesin turbofan buatan dalam negeri Tiongkok, WP-15, namun proyek tersebut akhirnya digantikan oleh mesin dari Rusia yakitu, Salyut AL-31F. Mesin ini mampu menghasilkan daya dorong hingga 27.557 pon (lbf) dengan sistem afterburner, memberikan kemampuan akselerasi luar biasa bagi J-10.

Mesin AL-31F dikenal tangguh dan telah terbukti digunakan pada jet tempur Sukhoi Su-27 Flanker. Versi yang dipasang pada J-10 telah dimodifikasi khusus agar sesuai dengan kebutuhan pesawat tempur China ini.

Dalam pengembangannya, China kemudian mengembangkan mesin buatan dalam negeri WS-10A Taihang, yang kini digunakan juga digunakan untuk varian J-10 terbaru.

Mesin WS-10A memiliki dorongan sekitar 24.700 pon, sedikit lebih rendah dibanding AL-31F, namun memberikan keuntungan besar dari sisi kemandirian teknologi dan biaya operasional.

Secara umum, kemampuan mesin ini memungkinkan J-10 untuk terbang dengan kecepatan maksimum Mach 2,2 di ketinggian jelajah tinggi dan mencapai ketinggian operasi hingga 65.000 kaki atau sekitar 19.800 meter. Dengan jangkauan sekitar 2.500-3.000 KM. 

Daya dorong kuat inilah yang menjadikan J-10 mampu bersaing dengan jet tempur sekelas F-16 asal Amerika Serikat atau MiG-29 buatan Rusia.

J-10 juga dilengkapi dengan sistem Fly-by-wire dalam mekanisme kendali pesawat.

Teknologi ini berkeja dengan menerima input dari pilot melalui flight control di cockpit, kemudian diproses oleh komputer sebelum diteruskan ke permukaan kendali seperti sayap dan vertical stabilizer.

Sistem Persenjataan Chengdu J-10

J-10 dibekali dengan Gun Double Barrel Tipe 23-3 dengan kaliber 23 mm yang terpasang di bagian bawah badan pesawat. Selain itu, pesawat ini memiliki 11 titik gantung (hardpoints) yang memungkinkan pembawaan berbagai jenis senjata mulai dari rudal air-to-air dan air-to-ground, serta, bom, maupun rocket pod.

Dalam konfigurasi udara-ke-udara, J-10 mampu membawa rudal seri PL-8, PL-9, PL-11, dan PL-12. Rudal PL-9, misalnya, merupakan rudal jarak pendek berpemandu inframerah yang mampu melaju hingga kecepatan Mach 3, sedangkan PL-12 memiliki jangkauan menengah (beyond visual range/BVR) yang setara dengan AIM-120 AMRAAM milik Amerika Serikat.

Untuk misi udara-ke-darat, J-10 dapat mengangkut rudal PJ-9 dan YJ-9K, serta bom pintar berpemandu laser seperti LT-2, atau bom luncur berbasis satelit LS-6. Pesawat ini juga bisa membawa berbagai jenis bom konvensional dengan berat antara 250-500 kg, menjadikannya ideal untuk operasi serangan darat presisi tinggi.

Selain senjata, J-10 dapat membawa hingga tiga tangki bahan bakar eksternal untuk memperluas jangkauan terbangnya. Salah satu tangki berkapasitas sekitar 450 galon ditempatkan di bagian tengah badan pesawat (centerline fuselage), sementara dua lainnya bisa dipasang di sayap dengan kapasitas 212 galon masing-masing.

Pesawat ini juga dapat dilengkapi berbagai pod avionik eksternal untuk meningkatkan efektivitas tempur. Sistem-sistem tersebut memungkinkan J-10 untuk menjalankan misi serangan, pengintaian, hingga peperangan elektronik dengan akurasi tinggi.

Perbandingan Dengan Dassault Rafale

Selain Chengdu J-10C, Indonesia juga tengah menanti kedatangan jet tempur Rafale buatan Dassault Aviation asal Prancis. Pesawat tempur generasi 4.5 ini telah resmi dipesan oleh pemerintah Indonesia pada tahun 2022 sebagai bagian dari upaya modernisasi kekuatan udara nasional.

Kementerian Pertahanan RI telah menyepakati pembelian 42 unit jet tempur Rafale dalam kontrak senilai US$ 8,1 miliar, termasuk paket persenjataan dan dukungan logistik komprehensif.

Menurut jadwal, pengiriman unit pertama Rafale ke Indonesia akan dimulai pada awal tahun 2026, menandai babak baru dalam peningkatan kesiapan dan modernisasi pertahanan udara nasional.

Berikut ini perbandingan antara Rafale dan J-10C:

CNBC INDONESIA RESEARCH 

[email protected]

(evw/evw)

Read Entire Article
| | | |