Kriminalitas Tinggi! Ini Daftar 10 Kota Paling Berbahaya di Dunia

3 hours ago 3

Jakarta, CNBC Indonesia — Sejumlah kota di dunia masih dibayangi tingkat kriminalitas yang tinggi. Berdasarkan data Numbeo, Pietermaritzburg di Afrika Selatan dinobatkan sebagai kota paling berbahaya di dunia.

Numbeo sendiri merupakan platform komunitas global di mana masyarakat menilai tingkat keamanan suatu kota. Penilaian diberikan dalam skala -2 (sangat tidak aman) hingga +2 (sangat aman), lalu dikonversi ke indeks 0-100. Skor di atas 80 dikategorikan sebagai tingkat kejahatan sangat tinggi.

Faktor yang memengaruhi persepsi ini meliputi perasaan aman di siang maupun malam hari, risiko dirampok atau dijambret, hingga pengalaman terhadap kejahatan properti maupun kekerasan. Meski berbasis persepsi, angka ini mencerminkan keresahan nyata yang dirasakan warga.

Bagaimana dengan Indonesia?

Meski tidak masuk dalam daftar 10 besar, angka kriminalitas di Indonesia menunjukkan tren mengkhawatirkan. BPS di tahun 2023 mencatat jumlah kejahatan yang dilaporkan mencapai 584.991 kasus, melonjak 56,85% dibanding 2022. Namun hanya sekitar 51% kasus yang berhasil diselesaikan aparat.

Wilayah dengan laporan kejahatan terbanyak pada 2023 adalah DKI Jakarta (87.426 kasus), diikuti Jawa Timur (66.741 kasus) dan Sumatera Utara (62.278 kasus). Namun, jika dilihat dari tingkat risiko penduduk terkena kejahatan, justru Sulawesi Utara menempati peringkat pertama, disusul Papua Barat dan Sulawesi Selatan.

Kondisi ini memperlihatkan bahwa kepadatan penduduk dan dinamika ekonomi bukan satu-satunya faktor yang menentukan tingginya kriminalitas. Daerah dengan populasi lebih kecil pun bisa mencatat risiko tinggi apabila penegakan hukum lemah atau faktor sosial-ekonomi lainnya tidak stabil.

Jika ditelusuri lebih jauh, pola kenaikan kriminalitas di Indonesia juga berkorelasi dengan urbanisasi cepat. Perpindahan penduduk ke kota besar tidak selalu diimbangi dengan lapangan pekerjaan dan kualitas hidup yang memadai. Akibatnya, tekanan sosial meningkat dan bisa memicu tindak kriminal.

Selain itu, tingginya gap antara laporan kejahatan dan penyelesaian kasus menandakan tantangan besar bagi aparat penegak hukum.

Selain jumlah personel, kapasitas investigasi, teknologi kepolisian, hingga kepercayaan publik yang kerap rendah. Tanpa pembenahan menyeluruh, potensi kriminalitas bisa terus naik seiring pertumbuhan populasi perkotaan.

CNBC Indonesia Research

(emb/emb)

Read Entire Article
| | | |