Jakarta, CNBC Indonesia - Perang baru bisa saja terjadi di tangan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump. Ini terutama menyasar Venezuela.
Trump menegaskan pada hari Kamis bahwa ia tidak membutuhkan persetujuan Kongres untuk melancarkan serangan darat terhadap Caracaz. Meskipun, ada kritik bahwa ia telah melampaui wewenang konstitusionalnya dengan serangan di laut.
Hal ini terungkap di Ruang Oval, Gedung Putih, ketika seorang reporter bertanya apakah ia akan meminta otorisasi dari anggota parlemen AS untuk menyerang kartel narkoba di darat di negara Amerika Latin tersebut. Trump mengatakan ia tidak akan memiliki masalah untuk melakukan itu.
"Saya tidak keberatan memberi tahu mereka," ujarnya, dimuat AFP, Jumat (19/12/2025).
"Tetapi Anda tahu, itu bukan masalah besar. Saya tidak harus memberi tahu mereka," tegasnya.
Menurut Konstitusi AS, hanya Kongres yang memiliki wewenang untuk secara resmi menyatakan perang. Meskipun, presiden adalah panglima tertinggi angkatan bersenjata.
"Presiden gagal menunjukkan wewenang yang diperlukan berdasarkan hukum AS atau internasional untuk melakukan serangan militer mematikan terhadap kapal-kapal ini," kata perwakilan Demokrat, oposisi pemerintah Trump, Gregory Meeks selama debat di DPR AS.
"Tidak ada yang dapat mengklaim secara kredibel bahwa kapal-kapal ini, dalam beberapa kasus bahkan tidak berlayar ke Amerika Serikat dan berada ribuan mil dari wilayah AS, menimbulkan ancaman langsung terhadap rakyat Amerika yang membenarkan penggunaan kekuatan militer," katanya.
Para ahli mengatakan Trump dapat memerintahkan serangan militer terbatas di Venezuela tanpa persetujuan Kongres. Tetapi itu hanya berlaku sementara dan hanya jika dibingkai sebagai tindakan defensif atau terbatas cakupannya.
Perlu diketahui, setelah serangan 11 September di AS, Kongres mengizinkan penggunaan kekuatan militer untuk perang AS di Afghanistan dan Irak. Alasannya kala itu, untuk operasi kontra-terorisme di negara lain.
104 Orang Tewas
Sementara itu, Amerika telah melakukan beberapa serangan udara sejak September terhadap kapal-kapal yang diduga terlibat perdagangan narkoba di Karibia dan Pasifik. Rata-rata merupakan kapal-kapal Venezuela.
Terbaru, dua kapal di Samudra Pasifik dibombardir pada hari Kamis. Hal ini menyebabkan lima orang tewas.
"Serangan terbaru terjadi di dua kapal di perairan internasional yang terlibat dalam operasi perdagangan narkoba," kata Komando Selatan AS pada X.
"Tiga orang tewas di kapal pertama dan dua orang di kapal kedua," tambahnya.
Pemerintahan Trump telah melakukan serangan ke kapal-kapal di Laut Karibia dan Samudra Pasifik bagian timur sejak September. Ditambah operasi terbaru ini, serangan tersebut kini telah menewaskan total 104 orang.
Sebenarnya belum ada bukti mengatakan bahwa kapal-kapal tersebut terlibat dalam perdagangan narkoba. Sehingga memicu perdebatan tentang legalitas operasi tersebut.
Operasi juga muncul saat Trump menuding Presiden Venezuela Nicolas Maduro terkait peredaran narkoba. Maduro sendiri mengklaim kampanye AS bertujuan untuk menggulingkan rezim, bukan untuk menghentikan perdagangan narkoba seperti yang dinyatakan.
(sef/sef)
[Gambas:Video CNBC]
































:strip_icc():format(jpeg):watermark(kly-media-production/assets/images/watermarks/bola/watermark-color-landscape-new.png,1125,20,0)/kly-media-production/medias/5339916/original/010495200_1757135510-20250904AA_Timnas_Indonessia_Vs_China_Taipei-108.jpg)
:strip_icc():format(jpeg):watermark(kly-media-production/assets/images/watermarks/bola/watermark-color-landscape-new.png,1125,20,0)/kly-media-production/medias/5339674/original/047240900_1757081733-20250904AA_Timnas_Indonesia_vs_China_Taipei-08.JPG)







:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5310777/original/099498800_1754792417-527569707_18517708213000398_2665174359766286643_n.jpg)






