Perempuan Palembang Ini "Ciptakan" Negara Terkaya di Dunia, Kok Bisa?

7 hours ago 5

Jakarta, CNBC Indonesia - Brunei Darussalam dikenal sebagai salah satu negara terkaya di dunia. Kekayaan ini berasal dari eksploitasi minyak bumi yang telah berlangsung sejak 1928 hingga saat ini.

Tak heran jika para penguasanya kerap masuk dalam daftar pemimpin dan orang terkaya di dunia. Namun, tak banyak yang tahu eksistensi Brunei Darussalam saat ini "tercipta" berkat orang Indonesia, tepatnya dari Palembang.

"Penciptaan" ini terbentuk melalui jalur pernikahan. Itu kemudian melahirkan banyak generasi hingga membentuk garis keturunan para sultan sampai sekarang.

Siapa Orangnya?

Dia adalah Raden Mas Ayu Siti Aisyah dari Kesultanan Palembang. Situs resmi Keraton Palembang menyebutkan, Siti Aisyah merupakan putri dari Tumenggung Manca Negara dan saudara kandung Raja Palembang ke-9, Sedo Ing Pesarean Jamaluddin Mangkurat V yang memerintah pada 1651-1652.

Titik balik hidup Siti Aisyah terjadi saat dipersunting oleh pria bangsawan dari Kesultanan Brunei, Abdul Jalilul Akbar. Kelak, Abdul Jalilul Akbar naik takhta sebagai Sultan Brunei dan memerintah dari tahun 1598 hingga 1659.

Pernikahan ini pun menjadikan Siti Aisyah sebagai permaisuri Sultan Brunei. Jalinan pernikahan ini kemungkinan besar terjadi karena adanya interaksi intens antara dua kesultanan besar di Asia Tenggara, yakni Palembang dan Brunei.

Menurut buku A History of Brunei (1994), sejak abad ke-16, Brunei dikenal sebagai kekuatan Islam yang besar di wilayah Kalimantan dan sekitarnya. Mereka telah menjalin hubungan dengan berbagai kerajaan di Kalimantan seperti Pontianak, Banjarmasin, hingga Samarinda.

Selain itu, Brunei juga aktif dalam perdagangan maritim dan kerap berlayar hingga ke kawasan Selat Malaka. Palembang, sebagai pusat penting perdagangan di selatan Sumatra, tentu menjadi simpul strategis dalam jaringan dagang ini.

Melalui hubungan dagang inilah, besar kemungkinan interaksi kedua kerajaan mengarah pada ikatan pernikahan politik. Setelah menikah, Siti Aisyah hidup sebagai tokoh penting dan terhormat di Brunei.

Menurut Historical Dictionary of Brunei Darussalam (2009), suaminya, Sultan Abdul Jalilul Akbar, sukses mengubah Brunei ke arah lebih baik. Akbar menjalin hubungan diplomatik dengan kekuatan asing seperti Kekaisaran Spanyol, serta membangun kerjasama ekonomi dengan para pedagang internasional.

Alhasil, pendapatan kesultanan pun meningkat pesat.

Dari pernikahan ini, lahirlah seorang putra bernama Muhyidin. Dia kemudian menjadi Sultan Brunei ke-15 dan memerintah pada 1673-1690, setelah berhasil merebut takhta dalam perang saudara.

Perang saudara ini membuat Muhyidin tak langsung menerima kekuasaan dari ayahnya. Melainkan jatuh terlebih dahulu ke saudara-saudara yang lain.

Dari Sultan Muhyidin inilah garis keturunan langsung Kesultanan Brunei modern bermula. Garis ini kemudian berjalan sampai ke Sultan Hassanal Bolkiah yang memerintah sejak 1967.

Di tangan Hassanal Bolkiah, Kesultanan Brunei bertransformasi dari negara dagang ke negara minyak yang kaya dan makmur.  Negara berhasil memacu produksi minyak hingga ratusan juta barel per hari.

Dari sinilah, Brunei jadi salah satu negara terkaya. Dalam laporan South China Morning Post (SCMP) 2024, nilai kekayaan kesultanan tahun  US$ 30 miliar (Rp 489 triliun).

Dengan kata lain, kejayaan Kesultanan Brunei hari ini tak terlepas dari peran seorang perempuan Palembang, Raden Mas Ayu Siti Aisyah. Ia menanamkan garis keturunan Palembang dalam darah para pewaris takhta Brunei.


(mfa/sef)
[Gambas:Video CNBC]

Read Entire Article
| | | |