Proyek Gas Abadi RI Segera Dibangun, Ini Kabar Terbarunya

21 hours ago 5

Jakarta, CNBC Indonesia - Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) membeberkan kabar terbaru mengenai rencana pengembangan proyek Lapangan Abadi, Blok Masela, di Maluku.

Kepala SKK Migas Djoko Siswanto mengatakan bahwa saat ini Inpex Corporation (Inpex) selaku operator Blok Masela telah menyelesaikan proses tender untuk pengerjaan desain detail atau Front End Engineering Design (FEED) untuk proyek Blok Masela.

"Tender FEED sudah ditandatangani. Tinggal jalan. Besok Insya Allah diumumkan pemenang tendernya," ungkap Djoko ditemui di Kementerian ESDM, Jakarta, Kamis (31/7/2025).

Seperti diketahui, pada April 2025 lalu proyek gas Lapangan Abadi ini resmi masuk ke tahap Front-End Engineering Design (FEED) atau desain teknis atau rekayasa Onshore LNG (OLNG). Proyek ini diperkirakan menelan investasi hingga US$ 20 miliar setara Rp 336,9 triliun (asumsi kurs Rp 16.850 per US$) atau hampir mencapai Rp 340 triliun

Proyek ini di operatori oleh perusahaan migas asal Jepang Inpex Corporation yang memiliki hak partisipasi mencapai 65%. Bersama dengan Inpex, Pertamina melalui PT Pertamina Hulu Energi Masela (PHE Masela) juga memiliki PI sebesar 20% dan Petronas sebesar 15%.

President and CEO Inpex Corporation Takayuki Ueda mengatakan, pihaknya mendorong progres proyek Masela agar bisa meningkatkan ketahanan dan keberlanjutan energi di Indonesia. "Hari ini, dengan bangga kami umumkan dimulainya Inisiasi FEED Onshore LNG untuk Proyek LNG Abadi," jelasnya dalam acara Launching OLNG FEED Masela di Jakarta, dikutip Kamis (10/4/2025).

Adapun, perusahaan migas asal Jepang tersebut juga terus memastikan agar proyek gas Masela bisa tepat beroperasi tepat waktu. Adapun tahap OLNG ini berfokus pada pemilihan lisensi teknologi dan teknologi penggerak turbin gas.

"Yang keduanya penting untuk mempercepat keseluruhan fase desain rekayasa awal proyek," tambahnya.

Blok Masela sendiri ditargetkan dapat memproduksi sebanyak 1.600 juta standar kaki kubik per hari (MMSCFD) gas atau setara 9,5 juta ton LNG per tahun (mtpa) dan gas pipa 150 MMSCFD, serta 35.000 barel minyak per hari. Namun, meski sudah ditemukan lebih dari 20 tahun lalu, proyek ini tak kunjung beroperasi.

Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM Bahlil lahadalia sebelumnya sempat mengaku telah memberikan teguran kepada Inpex selaku operator Blok Masela dengan mengirim surat peringatan pertama (SP 1). Hal tersebut menyusul lambannya pengembangan proyek Blok Masela oleh perusahaan asal Jepang tersebut.

Menurut Bahlil surat peringatan tersebut diberikan lantaran sejak ditemukan puluhan tahun silam, proyek blok Masela tidak mengalami kemajuan signifikan.

"Ada satu wilayah kerja yang sudah 26 tahun, sudah menemukan ini gas terbesar tapi tidak dinaikkan statusnya. Saya sudah bikin surat peringatan pertama," kata Bahlil dalam acara Mandiri Investment Forum (MIF) 2025 di Jakarta, Selasa (11/2/2025).

Adapun, apabila surat tersebut tak diindahkan oleh Inpex, ia tak segan-segan untuk mencabut izin pengelolaan Blok Masela.

"Saya tidak perlu sampaikan perusahaan apa itu, biarkanlah Tuhan saya dan dia yang tahu. Kalau dia rasa pasti tahu betul itu kira-kira," katanya.

Blok Masela

Inpex Masela Ltd merupakan pemegang hak partisipasi (Participating Interest/ PI) terbesar di Blok Masela yakni mencapai 65%.

Sebelumnya, Inpex ditemani oleh Shell Upstream Overseas Services dengan saham 35%. Namun sayangnya, Shell memutuskan hengkang dari proyek gas abadi yang berlokasi di Maluku itu.

Adapun 35% saham Shell tersebut sejak Juli 2023 lalu telah diambil oleh PT Pertamina Hulu Energi melalui anak usahanya PT Pertamina Hulu Energi Masela (PHE Masela) sebesar 20% dan Petronas 15%.

Perjanjian jual beli hak partisipasi dari Shell ke Pertamina dan Petronas ini ditandatangani pada 25 Juli 2023 dan persetujuan Menteri ESDM atas pengalihan PI diperoleh pada 4 Oktober 2023.

Lapangan Abadi di Blok Masela adalah lapangan gas laut dalam dengan cadangan gas terbesar di Indonesia yang terletak sekitar 160 kilometer lepas pantai Pulau Yamdena di Laut Arafura dengan kedalaman laut 400-800 meter. Adapun potensi gas dari Lapangan Abadi ini diperkirakan 6,97 triliun kaki kubik (TCF) gas.

Setelah kontrak bagi hasil ditandatangani pada 1998, akhirnya Inpex menemukan cadangan gas jumbo di Blok Masela ini pada tahun 2000.

Setelah 19 tahun kemudian, baru lah Pemerintah Indonesia memberikan persetujuan atas Rencana Pengembangan atau Plan of Development (PoD) pertama (PoD-I) kepada Inpex untuk memproduksi 9,5 juta ton LNG per tahun (MTPA) dari Kilang LNG Masela, dan memproduksi 150 juta standar kaki kubik per hari (MMSCFD) gas pipa, serta 35.000 barel per hari (bph) kondensat.

Konsep pengembangan lapangan green field (lapangan migas baru) yang memiliki kompleksitas tinggi dan risiko besar mencakup pengeboran deep water, fasilitas subsea, FPSO (Floating Production Storage and Offloading), dan onshore LNG plant akan menjadi tantangan sekaligus peluang besar bagi PHE serta mitra-mitranya untuk merealisasikannya. Selain itu pengembangan lapangan ini juga berpotensi menyerap hingga 10.000 tenaga kerja.

Blok Masela juga direncanakan akan menghasilkan energi bersih melalui penerapan teknologi penangkapan dan penyimpanan karbon atau Carbon Capture and Storage (CCS) untuk mendukung program Pemerintah dalam mengurangi emisi karbon dan mendukung sustainability pada era transisi energi.

Penerapan CCS ini pun disetujui Pemerintah Indonesia pada 28 November 2023, melalui Revisi 2 PoD-I. Kemudian, dilanjutkan dengan melakukan tender FEED. Hingga akhirnya, Rabu, 9 April 2025, Inpex meluncurkan FEED OLNG ini.

Berikut jejak penting Proyek Gas Lapangan Abadi, Blok Masela:

1998: Kontrak bagi hasil (PSC) ditandatangani oleh Inpex

2000: Penemuan cadangan gas jumbo di Blok Masela

2019: Persetujuan Rencana Pengembangan Pertama (PoD-I) oleh Pemerintah Indonesia, untuk memproduksi 9,5 juta ton LNG per tahun, 150 MMSCFD gas bumi, dan 35.000 bph kondensat.

2023: Shell hengkang, Pertamina dan Petronas masuk memegang hak partispasi masing-masing 20% dan 15%. Kemudian, Revisi 2 POD-I disetujui Pemerintah Indonesia, karena memasukkan fasilitas CCS.

2025: FEED OLNG resmi diluncurkan.


(wia)
[Gambas:Video CNBC]

Next Article Inpex Akhirnya Luncurkan Desain Teknis Proyek Gas Raksasa di Maluku

Read Entire Article
| | | |