Jakarta, CNBC Indonesia - Pesawat Jeju Air yang jatuh pada Desember lalu ternyata masih memiliki satu mesin yang berfungsi meski telah mengalami kerusakan akibat serangan burung. Informasi ini diungkap dalam pembaruan investigasi oleh otoritas Korea Selatan, yang menyebut mesin tersebut tetap menghasilkan daya meski satu mesin lainnya telah dimatikan oleh pilot.
Melansir Reuters, Pesawat Boeing 737-800 itu mendarat darurat tanpa roda pendarat di Bandara Muan, lalu tergelincir dan terbakar setelah menabrak tanggul. Kecelakaan ini menewaskan seluruh penumpang kecuali dua dari total 181 orang di dalam pesawat.
Hingga kini, laporan akhir belum diterbitkan, namun informasi teknis soal dua mesin pesawat mulai terkuak. Dalam pembaruan tertanggal 19 Juli yang diperoleh Reuters, mesin kiri ternyata mengalami kerusakan lebih ringan dibanding mesin kanan, tetapi justru mesin kiri itulah yang dimatikan 19 detik setelah serangan burung.
Mesin kanan mengalami semburan api dan asap hitam, namun masih menghasilkan daya yang "cukup untuk terbang", menurut laporan lima halaman tersebut. Meski begitu, belum dijelaskan alasan pilot mengambil keputusan itu, sementara investigasi masih berlangsung untuk merekonstruksi kondisi teknis pesawat dan persepsi awak saat kejadian.
Para ahli menekankan bahwa kecelakaan udara umumnya disebabkan banyak faktor dan memperingatkan agar tidak menarik kesimpulan prematur dari bukti yang belum lengkap. Perhatian publik kini mengarah pada kemungkinan bahwa awak mematikan mesin yang lebih tidak rusak, mengingatkan pada kecelakaan Boeing 737-400 di Kegworth, Inggris tahun 1989.
Kecelakaan di Inggris itu memicu reformasi besar terkait komunikasi dan prosedur darurat kru. Seorang sumber Reuters menyebut investigasi Korea memiliki "bukti jelas" dari perekam suara kokpit dan data komputer bahwa mesin kiri dimatikan meski mengalami kerusakan lebih ringan.
Foto: REUTERS/Kim Hong-Ji
Firefighters take a look at the wreckage of the aircraft that crashed after it went off the runway, at Muan International Airport, in Muan, South Korea, December 31, 2024. REUTERS/Kim Hong-Ji
Laporan tersebut juga menyinggung bahwa mesin kanan yang rusak lebih parah tetap menyuplai tenaga, membuka kemungkinan bahwa pesawat bisa bertahan lebih lama di udara. Namun, belum dijelaskan seberapa besar daya yang tersisa di mesin tersebut dan opsi darurat apa yang bisa diambil kru.
Kedua mesin mengalami kerusakan akibat burung dan getaran usai tabrakan. Mesin kanan tercatat mengalami kerusakan internal signifikan, sementara kerusakan pada mesin kiri tidak dijabarkan dalam dokumen.
Menurut mantan penyelidik Dewan Keselamatan Transportasi AS Greg Feith, dokumen itu menyajikan fakta baru tapi kurang banyak penjelasan, sehingga dinilai "misterius". Dewan Investigasi Kecelakaan Penerbangan dan Kereta Korea (ARAIB) belum menanggapi permintaan komentar atas laporan tersebut.
Para ahli keselamatan menilai laporan awal wajar jika masih minim fakta dan analisis. Dalam laporan awal Januari, ditemukan bulu dan bercak darah bebek di kedua mesin pesawat.
Mesin pesawat buatan CFM International, perusahaan patungan GE dan Safran, telah diperiksa Mei lalu dan tidak ditemukan cacat selain dampak serangan burung dan kecelakaan. Pihak keluarga korban sempat diberi penjelasan terkait kondisi mesin, namun meminta laporan 19 Juli tidak dipublikasikan karena terkesan menyalahkan pilot.
Meski ditahan dari publik, laporan tersebut diperoleh Reuters dan media Korea Selatan. Boeing dan GE mengarahkan pertanyaan ke ARAIB, sementara Safran belum memberikan komentar.
Jeju Air menyatakan masih bekerja sama penuh dengan ARAIB dan menunggu laporan akhir. Sesuai aturan global, investigasi kecelakaan sipil bertujuan mengungkap penyebab tanpa menetapkan kesalahan atau tanggung jawab hukum.
Serikat pilot Jeju Air menilai ARAIB menyesatkan publik dengan menyiratkan tidak ada masalah pada mesin kiri, padahal ada sisa burung di kedua mesin. Seorang sumber yang hadir dalam pertemuan dengan keluarga korban menyebut mesin kiri juga mengalami "surge" atau gangguan tenaga, mengacu pada data kotak hitam.
Serikat dan keluarga korban mendesak agar semua bukti yang relevan dibuka kepada publik. Mereka juga meminta perhatian pada tanggul beton di ujung landasan yang diduga memperparah jumlah korban tewas.
Standar penerbangan internasional mensyaratkan peralatan navigasi di jalur pesawat dibuat dari material yang mudah hancur bila tertabrak pesawat. Kementerian Transportasi Korea Selatan telah mengidentifikasi tujuh bandara domestik, termasuk Muan, yang masih memakai beton dan baja, dan berjanji akan menggantinya.
Desain baru untuk struktur tersebut saat ini sedang dalam tahap pengembangan. Seorang pejabat kementerian menyatakan kepada Reuters bahwa proses perbaikan sedang berjalan.
(wur)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Mesin Pesawat American Airlines Terbakar, Seluruh Penumpang Selamat