Udang, Kakap-Nila Juara Perikanan Budidaya RI, Segini Produksi di 2025

2 hours ago 1

Jakarta, CNBC Indonesia - Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) mengungkapkan, capaian produksi ikan budidaya nasional hingga triwulan III-2025 telah menembus 5,02 juta ton atau setara 96,95% dari target tahunan. Dengan masih berjalannya produksi pada triwulan IV-2025, pemerintah optimistis realisasi hingga akhir tahun bisa mencapai lebih dari 5,1 juta ton.

Direktur Jenderal Perikanan Budidaya KKP Tb. Haeru Rahayu mengatakan, triwulan IV-2025 yang berlangsung pada Oktober hingga Desember menjadi penentu akhir pencapaian produksi perikanan budidaya tahun ini.

"Yang pertama hingga triwulan ketiga di tahun ini ya produksi ikan kita mencapai 5,02 juta ton. Sudah 96,95% ini ya. Triwulan keempat itu kan dimulai dari Oktober, November, dan Desember. Kita tinggal menghitung, mudah-mudahan 5,17 juta ton ini bisa tercapai," ujar Haeru dalam konferensi pers di Media Center KKP, Jakarta, Senin (15/12/2025).

Selain ikan, komoditas rumput laut juga menunjukkan kinerja yang kuat. Hingga saat ini, realisasi produksi rumput laut telah mencapai 8,2 juta ton atau 94,97% dari target 8,63 juta ton.

"Kemudian khusus untuk rumput laut ini sekarang realisasinya sudah mencapai 8,2 juta ton, atau 94,97% dari target 8,63 juta ton," ujarnya.

Terkait komoditas penyumbang produksi perikanan budidaya tahun 2025, Haeru menyebut kelompok ikan dan komoditasnya cukup beragam.

"Ikan ini ada yang krustasea, yaitu kelompok udang. Ada ikan seperti kakap, bandeng, dan seterusnya. Kemudian ada moluska, itu seperti mutiara, dan seterusnya. Kemudian aquatic plant, itu ada rumput laut," jelasnya.

Saat ditanya komoditas yang paling besar menyumbang produksi, Haeru menyebut kontribusinya tersebar di berbagai daerah dan komoditas.

"Wah banyak. Sebenarnya kalau udang itu, di Aceh saja dia posisinya yang ke-6, di Aceh dan Sumut (Sumatra Utara). Sumut yang ke-9. NTB nomor 1. Ini contoh udang," ucap dia.

Sementara untuk ikan nila, produksi terbesar masih terpusat di Pulau Jawa. "Tilapia yang paling banyak itu ada di Jawa. Disusul NTB, kemudian Sulawesi," ungkapnya.

Tak hanya dari sisi produksi, kontribusi Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) sektor perikanan budidaya juga melampaui ekspektasi. Haeru menyebut capaian PNBP bahkan telah melebihi target secara signifikan.

"Kemudian PNBP kita juga luar biasa ini. Walaupun kita PNBP-nya itu tidak seperti eselon I yang lain, tetapi kita berdasarkan apa istilahnya hasil samping dari UPT yang kita miliki. Sudah bisa mencapai atau melebihi target 391,55%," kata dia.

Di sisi pengembangan program, KKP saat ini tengah menjalankan proyek percontohan budidaya ikan nila salin di Karawang, Jawa Barat. Pada fase pertama, proyek tersebut telah menyelesaikan pengembangan lahan seluas 84 hektare dan kini diperluas.

"Nah ini kita sedang punya program modeling yang budidaya Ikan Nila Salin di Karawang. Di fase satu kita sudah menyelesaikan 84 hektare. Nah sekarang kita tambah lagi 230 hektare sehingga total mencapai 315 hektare," jelas Haeru.

Lahan yang dimanfaatkan merupakan bekas tambak inti rakyat seluas 400 hektare yang telah terbengkalai selama lebih dari satu dekade. Hingga saat ini, progres pengerjaan proyek tersebut disebut sudah di atas 80%.

"Ini dari luas lahan 400 hektare yang bekas atau eks tambak inti rakyat sekian 10 tahun yang lalu di zaman Bapak Presiden Soeharto. Ini teman-teman Alhamdulillah tadi malam saya sampai jam 9 di sana. Begitu capaiannya sudah di atas 80%," katanya.

Haeru menargetkan proyek tersebut rampung pada akhir bulan ini dan diharapkan menjadi pusat pembelajaran budidaya nila salin skala industri.

"Insyaallah tanggal 30 atau 31 Desember bisa kita selesaikan. Nah kalau ini tercapai maka banyak sekali tujuan yang ingin kami sasar. Yang pertama, kalau ini sudah jadi maka di sana semacam pusat edukasi atau center of excellence-nya nih. Sehingga orang yang mau belajar budidaya Nila khususnya Nila Salin silahkan datang ke sana," ujarnya.

Menurut Haeru, pengembangan tersebut dilakukan tidak lagi dalam skala kecil, melainkan industri.

"Tidak lagi dalam skala kecil tetapi sudah dalam skala industri. Bayangkan 300 hektare lebih begitu ada ikan Nila Salin," pungkas dia.

Direktur Jenderal Perikanan Budidaya KKP, Tb. Haeru Rahayu saat konferensi pers di Media Center KKP, Jakarta, Senin (15/12/2025). (CNBC Indonesia/Martyasari Rizky)Foto: Direktur Jenderal Perikanan Budidaya KKP, Tb. Haeru Rahayu saat konferensi pers di Media Center KKP, Jakarta, Senin (15/12/2025). (CNBC Indonesia/Martyasari Rizky)
Direktur Jenderal Perikanan Budidaya KKP, Tb. Haeru Rahayu saat konferensi pers di Media Center KKP, Jakarta, Senin (15/12/2025). (CNBC Indonesia/Martyasari Rizky)

(dce)
[Gambas:Video CNBC]

Read Entire Article
| | | |