Update Terbaru Penutupan Selat Hormuz, Masih Ancam Minyak Dunia

3 months ago 44

Jakarta, CNBC Indonesia - Ketegangan militer antara Amerika Serikat (AS) dan Iran telah memicu kekacauan lalu lintas laut di Selat Hormuz, salah satu jalur pengiriman minyak terpenting di dunia.

Laporan Reuters yang dikutip Selasa (24/6/2025) menyebut setidaknya dua kapal tanker super telah berputar balik atau berhenti mendadak di kawasan tersebut. Fenomena ini terjadi di tengah kekhawatiran Iran akan menutup selat strategis itu sebagai respons atas serangan militer AS dan Israel.

Data pelacakan kapal menunjukkan bahwa Coswisdom Lake, kapal pengangkut minyak mentah raksasa (VLCC), sempat mencapai Selat Hormuz pada Minggu (22/6/2025) sebelum berbalik arah ke selatan. Keesokan harinya, kapal itu kembali mengubah haluan menuju pelabuhan Zirku di Uni Emirat Arab UEA).

Sementara itu, tanker South Loyalty memilih tetap berada di luar selat, meski dijadwalkan memuat minyak dari terminal Basra di Irak.

"Kami melihat penurunan 32% kapal tanker kosong yang masuk ke Teluk dalam sepekan terakhir, dan keberangkatan kapal bermuatan turun 27% dibanding awal Mei," kata Sentosa Shipbrokers, yang berbasis di Singapura.

Langkah hati-hati juga terlihat dari Formosa Petrochemical Corp asal Taiwan. Juru bicaranya, KY Lin, menyatakan, "Kapal-kapal kini hanya akan memasuki Selat Hormuz saat benar-benar mendekati waktu pemuatan untuk meminimalkan risiko."

Tak hanya itu, perusahaan pelayaran besar asal Jepang seperti Nippon Yusen dan Mitsui O.S.K. Lines turut mengonfirmasi bahwa mereka tetap melintasi selat, namun dengan instruksi khusus untuk mempersingkat waktu di wilayah tersebut.

Ketegangan ini bermula setelah AS memutuskan ikut serta dalam serangan Israel ke Iran. Langkah tersebut memicu kekhawatiran global bahwa Iran dapat menutup Selat Hormuz, jalur yang dilalui sekitar 20% pasokan minyak dan gas dunia.

Akibatnya, harga minyak melonjak tajam. Minyak mentah Brent dan West Texas Intermediate (WTI) menyentuh level tertinggi dalam lima bulan pada perdagangan Senin, dengan volatilitas tinggi akibat spekulasi gangguan pasokan. Tarif pengiriman tanker super juga ikut terdongkrak, melampaui US$60.000 (Rp985 juta) per hari, lebih dari dua kali lipat dalam seminggu terakhir.

Sementara itu, Parlemen Iran dilaporkan telah menyetujui langkah untuk menutup selat, menurut Press TV. Namun, keputusan final masih menunggu persetujuan Dewan Keamanan Nasional Tertinggi Iran. Ancaman penutupan ini bukan yang pertama, namun hingga kini belum pernah benar-benar terjadi.


(tfa/tfa)
[Gambas:Video CNBC]

Next Article 'Kiamat Selat Hormuz' di Depan Mata, China Teriak ke Iran-Israel-AS

Read Entire Article
| | | |