11 Aplikasi Populer Ini Ternyata Buatan Militer Israel

3 hours ago 1

Jakarta, CNBC Indonesia - Tak banyak yang menyadari bahwa sejumlah aplikasi populer yang terpasang di ponsel ternyata memiliki keterkaitan langsung dengan unit militer siber Israel. Aplikasi-aplikasi ini digunakan secara luas dan telah diunduh jutaan kali di berbagai negara, termasuk Indonesia.

Sebagian aplikasi tersebut diketahui didirikan oleh alumni Unit 8200, unit intelijen sinyal dan perang siber di bawah militer Israel. Selain itu, ada pula yang dikembangkan oleh mantan personel Mamram, unit sistem komputasi pusat Pasukan Pertahanan Israel atau IDF.

Ragam aplikasinya mencakup berbagai kebutuhan digital, mulai dari pengeditan video berbasis kecerdasan buatan, peta digital, hingga gim mobile populer. Di balik fungsinya yang terlihat biasa, latar belakang pendirinya menjadi sorotan.

Laporan TechTrends menyebut ekosistem aplikasi ini telah membentuk industri bernilai miliaran dolar AS. Sejumlah platform di antaranya juga akrab digunakan oleh masyarakat Indonesia, seperti aplikasi peta digital Waze dan layanan pemetaan transportasi umum Moovit.

Selengkapnya, berikut daftar aplikasi-aplikasi populer yang ramai di-download dan terkait dengan militer Israel, menurut tabel yang dihimpun TechTrends:

  1. Waze didirikan oleh mantan engineer Unit 8200.
  2. Moovit dibangun oleh mantan anggota unit siber Mamram.
  3. Supersonic dipimpin CEO yang pernah memegang operasional untuk Angkatan Darat Israel.
  4. ZipoApps didirikan mantan agen intelijen Unit 8200.
  5. Bazaart diciptakan oleh mantan pejabat intelijen IDF.
  6. Lightricks memiliki salah satu pendiri yang masih bekerja di Unit 8200.
  7. Playtika didirikan oleh anak mantan kepala staf IDF.
  8. Crazy Labs disebut seluruh pendirinya masih bekerja di IDF.
  9. CallApp didirikan oleh sosok yang pernah bekerja selama tiga tahun di Unit 8200.
  10. Gett diciptakan oleh mantan pejabat Unit 8200.
  11. Fooducate didirikan oleh mantan pilot Angkatan Udara Israel.

Kekhawatiran terhadap aplikasi-aplikasi ini tak hanya soal latar belakang pendirinya, tetapi juga motif pengembangannya. Sejumlah platform dituding menyematkan adware, sistem pelacak, atau mengumpulkan data pribadi pengguna secara berlebihan.

Dalam beberapa kasus, aplikasi seperti Simple Gallery disebut berubah drastis setelah diakuisisi perusahaan Israel. Dari perangkat lunak sumber terbuka, aplikasi tersebut berkembang menjadi mesin bisnis yang sangat menguntungkan.

Banyak pengguna tidak menyadari bahwa aplikasi yang mereka gunakan sehari-hari dikembangkan oleh mantan atau personel aktif intelijen Israel. Sejumlah analis menilai mekanisme pengumpulan data sudah tertanam cukup dalam di ekosistem perangkat seluler.

Beberapa platform juga dilaporkan diam-diam mengubah kebijakan privasi, memicu kekhawatiran baru. Perusahaan seperti ZipoApps dan Supersonic pernah mendapat kritik terkait praktik pengumpulan data yang agresif dan pola pelacakan pengguna yang tidak transparan.

Meski menuai kontroversi, angka unduhan aplikasi-aplikasi tersebut terus meningkat. Kesuksesan mereka turut didorong oleh belanja iklan besar serta kemitraan dengan raksasa teknologi seperti Google dan Facebook.

Ada beberapa langkah yang bisa dilakukan pengguna untuk meminimalkan risiko, antara lain memeriksa nama pengembang aplikasi di toko resmi, menelusuri profil perusahaan pengembang melalui LinkedIn atau Crunchbase, serta memilih aplikasi dari pengembang yang berkomitmen pada praktik pengelolaan data yang aman dan etis.

(luc/luc)
[Gambas:Video CNBC]

Read Entire Article
| | | |