Jakarta, CNBC Indonesia - Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto mengatakan ekonomi digital di kawasan ASEAN, termasuk Indonesia, akan terus tumbuh tajam ke depannya.
Dia mengungkapkan nilai ekonomi digital Indonesia menjadi salah satu yang terbesar di ASEAN saat ini. Nilainya, pada 2024, telah mencapai US$ 90 miliar atau setara Rp 1.494 triliun (Rp 16.600/ US$).
Airlangga memperkirakan nilainya akan terus tumbuh. Dia memperkirakan ini akan mencapai US$ 400 miliar atau setara Rp 6.640 triliun. Dengan perkembangan ini, dia mewanti-wanti agar Indonesia tidak kehilangan daya saingnya.
Dia pun mendorong pengembangan gig economy yang memang menjadi motor dari ekonomi digital. Dari Sumber Daya Manusia (SDM), pemerintah sudah membuka program magang korporasi di berbagai tempat. Ada juga yang dilarikan ke gig economy.
"Nah, di gig economy ini tentu kalau namanya digital, ekosistemnya pertama yang dikejar adapah paten (intellectual property rights," kata Airlangga dalam acara Launching Program Pelatihan Gig Economy dan AI Open Innovation Challenge, Kamis (18/12/2025).
Selanjutnya, Airlangga juga menyorot pentingnya pengembangan chip. Indonesia harus masuk radar chip, sebab industri elektronik dan otomotif Tanah Air sudah diekspor ke pasar global.
Semua itu membutuhkan chip, sehingga Indonesia sebenarnya memiliki permintaan yang besar untuk chip. Jika paten chip bisa didapat, maka permintaannya akan meluas ke hardware, data, dan aplikasi.
Pemerintah juga sudah mendorong adopsi IoT dalam industri 4.0. Di Cilegon, Semarang, hingga Maluku, Indonesia mulai membuat klaster industri berbasis IoT.
Semua ini akan memperkuat gig economy di Indonesia. Terlebih pemerintah sudah menyiapkan Kredit Usaha Rakyat (KUR) sebesar Rp 10 triliun bagi pelaku gig economy dengan bunga hanya 6%.
"Karena kita target dari program residen untuk akselerasi ekonomi ini yang ke 8, ini adalah gig economu di 15 kota. Dan Jakarta menjadi prototipe pertama, nanti kita replikasi ke tempat lain. Dan Jakarta tidak harus satu tempat, boleh sebanyak-banyaknya di Jakarta," Airlangga menjelaskan.
"Palo Alto Indonesia adanya di Jakarta, boleh. Karena ekosistemnya semua mendukung. Dunia kerjanya ada, environment tempat kerja bisa disediakan," ia menambahkan.
Menurut Airlangga, peluang Indonesia dalam mengembangkan gig economy sangat besar, karena ada dukungan infrastruktur dari industri telekomunikasi seperti Telkom dan XL Axiata.
"Dengan ekosistem yang lengkap, saya optimis ekonomi digital kita yang sekarang sekitar US$90 miliar, nanti di tahun 2030 targetnya US$360-400 miliar," kata Airlangga.
"Jangan sampai itu malah di-outsourcing ke India. Jadi, lebih baik outsourcing-nya di Indonesia," ujarnya.
Airlangga juga mengatakan pentingnya penyimpanan data dalam pengembangan AI. Hal ini membutuhkan banyak tenaga kerja. Pasalnya, ia mengatakan AI tanpa penyimpanan data akan menjadi AI bodong.
"Jadi inilah mengapa kita terus dorong. Bahkan ASEAN kita sudah dorong yang namanya Digital Economic Framework, dari US$1 triliun, market ASEAN akan naik menjadi US$2 triliun di tahun 2030. Artinya bagi Indonesia, targetnya bisa naik menjadi US$600 miliar," Airlangga menjelaskan.
(haa/haa)
[Gambas:Video CNBC]
































:strip_icc():format(jpeg):watermark(kly-media-production/assets/images/watermarks/bola/watermark-color-landscape-new.png,1125,20,0)/kly-media-production/medias/5339916/original/010495200_1757135510-20250904AA_Timnas_Indonessia_Vs_China_Taipei-108.jpg)
:strip_icc():format(jpeg):watermark(kly-media-production/assets/images/watermarks/bola/watermark-color-landscape-new.png,1125,20,0)/kly-media-production/medias/5339674/original/047240900_1757081733-20250904AA_Timnas_Indonesia_vs_China_Taipei-08.JPG)








:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5310777/original/099498800_1754792417-527569707_18517708213000398_2665174359766286643_n.jpg)





