Jakarta, CNBC Indonesia - Ketegangan geopolitik di Asia terus bermunculan. Bahkan, hal itu kian meruncing dalam beberapa bulan terakhir, ditandai dengan adu kekuatan, sengketa batas, serta rivalitas historis yang kembali mengemuka.
Beberapa ketegangan tersebut telah pecah menjadi perang, khususnya di perbatasan. Saling serang antarnegara telah memakan banyak korban, termasuk dari warga sipil.
Berikut sejumlah konflik di Asia yang menguat dalam beberapa bulan terakhir sebagaimana dirangkum CNBC Indonesia, Senin (8/12/2025).
Jepang-China
Armada kapal induk China menggelar operasi udara besar-besaran di dekat wilayah Jepang, memicu protes keras dari Tokyo dan saling tuding berbahaya di antara kedua negara. Insiden terbaru ini makin menekan hubungan yang sejak beberapa bulan terakhir terus berada di bawah sorotan.
Menurut laporan yang dirilis Senin (8/12/2025), Pasukan Bela Diri Jepang menyatakan kapal induk Liaoning melakukan sekitar 100 kali lepas landas dan pendaratan pesawat tempur saat bergerak ke arah timur menuju Samudera Pasifik, melintasi perairan dekat Kepulauan Okinawa.
Aktivitas tersebut dipantau ketat oleh Jepang, terutama setelah pernyataan Perdana Menteri Sanae Takaichi bulan lalu mengenai kemungkinan respons Tokyo apabila tindakan militer China terhadap Taiwan turut mengancam keamanan Jepang.
Situasi memanas pada Sabtu ketika Jepang menuduh pesawat tempur yang diluncurkan dari Liaoning mengunci radar pada jet Jepang yang dikerahkan untuk membayangi pergerakan armada China. Penggunaan radar pelacak semacam itu dianggap sebagai sinyal potensi serangan, yang dapat memaksa pesawat target melakukan manuver menghindar.
Pada Minggu, Tokyo memanggil Duta Besar China untuk Jepang, Wu Jianghao, mengajukan protes resmi atas tindakan yang mereka sebut "berbahaya dan disayangkan".
Namun China membalik tuduhan tersebut. Dalam pernyataannya, Kedutaan Besar China menegaskan pesawat Jepang-lah yang "membahayakan keselamatan penerbangan" karena terbang terlalu dekat dengan Liaoning dan tiga kapal perusak misil yang mengiringinya.
"China dengan sungguh-sungguh menuntut agar Jepang menghentikan pencemaran nama baik dan fitnah, secara tegas menahan tindakan garis depannya, dan mencegah kejadian serupa terulang kembali," demikian isi pernyataan kedutaan, dilansir Reuters.
Pemerintah Jepang tidak menerima klaim tersebut. Kepala Sekretaris Kabinet Minoru Kihara menegaskan bahwa pesawat Jepang tidak mengganggu latihan Tiongkok, dan Tokyo akan tetap waspada.
Ia menambahkan bahwa Jepang akan "merespons dengan tenang namun tegas dan terus memantau pergerakan pasukan China di perairan sekitar negara kami."
Perselisihan ini menambah daftar panjang gesekan diplomatik yang meningkat sejak komentar Perdana Menteri Takaichi mengenai Taiwan. Setelah komentar tersebut, Beijing mengeluarkan imbauan agar warganya tidak bepergian ke Jepang serta menunda rencana membuka kembali impor produk laut Jepang yang sebelumnya dihentikan akibat pelepasan air olahan dari fasilitas nuklir Fukushima.
China-Taiwan
Ketegangan lama di perbatasan Thailand-Kamboja kembali meledak setelah militer Bangkok melancarkan serangan udara ke beberapa titik di sepanjang wilayah sengketa pada Senin (8/12/2025). Serangan ini menandai eskalasi paling serius dalam beberapa tahun terakhir dan menjadi bukti gencatan senjata yang diteken hanya hitungan bulan lalu kini praktis runtuh.
Militer Thailand mengatakan aksi itu dilakukan setelah pasukannya ditembaki oleh militer Kamboja di dua lokasi di Provinsi Ubon Ratchathani. Satu tentara Thailand tewas dan empat lainnya luka-luka dalam bentrokan terbaru tersebut.
"Dari pihak Thailand, operasi udara telah dimulai untuk menghantam sasaran militer di sejumlah area," demikian pernyataan resmi militer Thailand, sebagaimana dilansir Reuters.
Kamboja langsung membalas tuduhan itu. Kementerian Pertahanan Kamboja mengatakan militer Thailand melancarkan serangan fajar terhadap dua pos mereka setelah berhari-hari provokasi lintas perbatasan. Kamboja menegaskan pihaknya tidak membalas tembakan dan menuduh Thailand berupaya memaksa munculnya perang terbuka.
Kuo tidak memerinci jumlah kapal perang yang dikerahkan. Namun seorang sumber keamanan yang berbicara kepada AFP menyebut jumlahnya "signifikan".
Menurut Kuo, operasi China kali ini tidak hanya terjadi di Selat Taiwan, tetapi membentang dari area selatan Laut Kuning, bergerak ke Laut China Timur dekat Kepulauan Diaoyu yang sengketa, kemudian meluas hingga ke Laut China Selatan dan bahkan mencapai Pasifik Barat.
"Ini benar-benar menimbulkan ancaman dan berdampak pada Indo-Pasifik dan seluruh kawasan," ujarnya.
Taiwan menyerukan agar Beijing "menunjukkan pengendalian diri". Meski begitu, Kuo menegaskan bahwa otoritas Taiwan yakin mampu mengelola situasi tersebut.
"Kami juga percaya diri bahwa kami dapat menangani hal ini dengan baik," katanya.
Hingga saat ini, militer China maupun media pemerintahnya tidak mengeluarkan pernyataan mengenai peningkatan aktivitas angkatan laut di wilayah yang disebut Taiwan. Ketika ditanya apakah benar ada pengerahan besar kapal perang, Kementerian Luar Negeri China juga tidak memberikan konfirmasi langsung.
"Saya ingin menekankan bahwa China secara konsisten mengikuti kebijakan defensif," kata juru bicara kementerian, Lin Jian, dalam konferensi pers rutin. "Angkatan laut dan penjaga pantai China beroperasi secara ketat di perairan terkait sesuai hukum domestik China dan hukum internasional," imbuhnya.
Ia juga meminta "pihak-pihak terkait" agar tidak "bereaksi berlebihan atau menyebarkan sensasi yang tidak berdasar."
Beijing, yang mengeklaim Taiwan sebagai bagian dari wilayahnya, tidak pernah menutup kemungkinan penggunaan kekuatan untuk mengambil alih pulau itu. China juga mengeklaim kedaulatan hampir atas seluruh wilayah Laut China Selatan, yang menjadi sumber sengketa dengan sejumlah negara Asia Tenggara.
Thailand-Kamboja
Ketegangan lama di perbatasan Thailand-Kamboja kembali meledak setelah militer Bangkok melancarkan serangan udara ke beberapa titik di sepanjang wilayah sengketa pada Senin (8/12/2025). Serangan ini menandai eskalasi paling serius dalam beberapa tahun terakhir dan menjadi bukti gencatan senjata yang diteken hanya hitungan bulan lalu kini praktis runtuh.
Militer Thailand mengatakan aksi itu dilakukan setelah pasukannya ditembaki oleh militer Kamboja di dua lokasi di Provinsi Ubon Ratchathani. Satu tentara Thailand tewas dan empat lainnya luka-luka dalam bentrokan terbaru tersebut.
"Dari pihak Thailand, operasi udara telah dimulai untuk menghantam sasaran militer di sejumlah area," demikian pernyataan resmi militer Thailand, sebagaimana dilansir Reuters.
Kamboja langsung membalas tuduhan itu. Kementerian Pertahanan Kamboja mengatakan militer Thailand melancarkan serangan fajar terhadap dua pos mereka setelah berhari-hari provokasi lintas perbatasan. Kamboja menegaskan pihaknya tidak membalas tembakan dan menuduh Thailand berupaya memaksa munculnya perang terbuka.
Thailand juga menuding pasukan Kamboja telah menembakkan roket BM-21 ke arah area sipil di Thailand, meskipun tidak ada korban jiwa dilaporkan.
Bentrok terbaru ini kembali mengguncang wilayah timur Thailand. Militer Thailand mengungkap bahwa lebih dari 385.000 warga dari empat distrik perbatasan mulai dievakuasi, dengan sekitar 35.000 di antaranya sudah ditempatkan di penampungan sementara.
Konflik Thailand-Kamboja tidak hanya soal bentrokan sporadis, tetapi merupakan warisan panjang dari persoalan batas negara yang tidak pernah selesai.
Perselisihan ini berasal dari peta yang dibuat Prancis pada tahun 1907 saat Kamboja masih menjadi koloni. Peta itu menetapkan batas yang menurut Kamboja legal, tetapi dianggap tidak akurat oleh Thailand.
Perbatasan kedua negara membentang sepanjang 817 kilometer, dengan sejumlah titik yang tidak pernah didemarkasi secara jelas. Setiap interpretasi berbeda atas peta kolonial itu membuka ruang gesekan yang terus berulang.
Sejarah mencatat ketegangan yang berulang, mulai dari baku tembak 2011 hingga berbagai insiden kecil yang memicu demonstrasi, pengerahan pasukan, dan pengungsian massal.
Adapun jika ditarik jauh ke belakang, permusuhan Thailand-Kamboja sudah muncul sejak abad ke-13, ketika Kerajaan Siam dan Kekaisaran Khmer saling berebut pengaruh dan wilayah.
Meski hubungan modern berupaya ditata ulang, warisan sejarah, identitas nasional, narasi budaya, serta ambisi geopolitik membuat kedua negara sulit benar-benar keluar dari bayang-bayang masa lalu.
Pakistan-Afghanistan
Ketegangan keamanan di sepanjang perbatasan Pakistan-Afghanistan kembali melonjak setelah dua serangan berturut-turut menewaskan enam pejabat keamanan Pakistan dalam dua hari pada pekan lalu.
Pada Rabu (3/12/2025), tiga polisi tewas dan dua lainnya luka-luka akibat ledakan di Paniala, Khyber Pakhtunkhwa, wilayah yang kerap menjadi target kelompok militan.
"Laporan awal menunjukkan ledakan disebabkan alat peledak rakitan," ujar pejabat kepolisian Dera Ismail Khan, Ali Hamza, kepada AFP.
Sebelumnya, 10 warga sipil tewas dalam serangan bom bunuh diri di Peshawar. Pemerintah Taliban Afghanistan bahkan berjanji untuk "merespons dengan tepat" serangan itu.
Pengeboman itu juga menyusul serangan bunuh diri yang menargetkan markas besar pasukan paramiliter Kepolisian Federal Pakistan di Peshawar, menewaskan tiga perwira dan melukai 11 lainnya.
Ledakan bom bunuh diri lainnya di luar pengadilan di ibu kota Pakistan, Islamabad, pada bulan lalu menewaskan 12 orang dan diklaim oleh sebuah faksi Taliban Pakistan, yang memiliki ideologi yang sama dengan Taliban Afghanistan.
Islamabad menyalahkan sel militan yang "dibimbing komando tinggi yang berbasis di Afghanistan" atas serangan di ibu kota tersebut.
Hubungan antara Islamabad dan Kabul telah tegang sejak Taliban kembali berkuasa pada tahun 2021. Hubungan makin memburuk setelah bentrokan mematikan di perbatasan pada Oktober yang menewaskan sekitar 70 orang dari kedua belah pihak.
Pertempuran berakhir dengan gencatan senjata yang ditengahi oleh Qatar dan Turki, tetapi beberapa putaran perundingan di Doha dan Istanbul gagal menghasilkan kesepakatan yang langgeng. Masalah keamanan, terutama tuntutan Pakistan agar Kabul mengekang para pejuang TTP, menjadi poin penting.
Islamabad menuduh Taliban melindungi militan di balik lonjakan serangan, termasuk TTP, yang telah melancarkan kampanye berdarah melawan Pakistan selama bertahun-tahun. Kabul membantah tuduhan tersebut dan membantah bahwa Pakistan melindungi kelompok-kelompok yang memusuhi Afghanistan dan tidak menghormati kedaulatannya.
(luc/luc)
[Gambas:Video CNBC]































:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5319082/original/060228700_1755504247-pspr.jpg)


:strip_icc():format(jpeg):watermark(kly-media-production/assets/images/watermarks/bola/watermark-color-landscape-new.png,1125,20,0)/kly-media-production/medias/5339916/original/010495200_1757135510-20250904AA_Timnas_Indonessia_Vs_China_Taipei-108.jpg)

:strip_icc():format(jpeg):watermark(kly-media-production/assets/images/watermarks/bola/watermark-color-landscape-new.png,1125,20,0)/kly-media-production/medias/5339674/original/047240900_1757081733-20250904AA_Timnas_Indonesia_vs_China_Taipei-08.JPG)










:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/4939096/original/049996300_1725747991-000_36FT7CN.jpg)
