Awas! Perang Dagang Bisa Bikin 'Gerbang Neraka' Perang Dunia Terbuka

3 days ago 10

Jakarta, CNBC Indonesia - Keputusan Presiden AS, Donald Trump, menaikkan tarif impor timbal balik (resiprokal) terhadap ratusan negara, termasuk Indonesia, memicu serangan balik dari negara-negara yang terdampak. Sebagai respon, mereka juga menerapkan tarif tinggi pada barang-barang impor dari AS. China, misalnya, mengenakan tarif 34% terhadap barang-barang asal AS.

Peristiwa demikian yang berujung pada perang dagang dapat memicu ketidakstabilan ekonomi dan ketegangan politik internasional. Hal serupa pernah terjadi pada 1930 ketika AS memberlakukan kebijakan kenaikan tarif impor yang memicu 'gerbang neraka' perang dunia terbuka. 

Bagaimana ini bisa terjadi tak terlepas dari ketidakstabilan yang terjadi pada penghujung 1929. Pada Oktober 1929, Bursa Saham New York mengalami keruntuhan. AS dan banyak negara lain mengalami penurunan daya beli, kemerosotan industri dan peningkatan angka pengangguran. 

Mengutip Britannica, Situasi demikian membuat pemerintah AS mengeluarkan kebijakan proteksionisme, salah satunya, melalui kenaikan tarif barang impor. Pada 17 Juni 1930, pemerintah AS mengeluarkan Smoot-Hawley Acts. Ini diambil dari gabungan dua nama senator di Paman Sam. 

Aturan tersebut membuat lebih dari 20.000 barang asing yang sebelumnya mudah masuk dan merajalela terkena tarif impor lebih tinggi hingga 40%. Pemerintah AS berdalih aturan dibuat untuk melindung warga dan industri AS dari krisis ekonomi.

Namun, dari kacamata global, kebijakan AS membuat krisis ekonomi makin parah. Banyak negara tak bisa melakukan ekspor sehingga menghasilkan efek domino berupa lesunya industri dan meningkatnya pengangguran. Di Eropa, negara yang cukup terkena dampak adalah Jerman. 

Sejak 1920-an, Jerman adalah negara paling tidak beruntung. William L. Shirer dalam The Rise and Fall of the Third Reich (1960) menyebut, kekalahan Perang Dunia I (1914-1918) membuat negara tersebut mengalami kesulitan ekonomi. Jerman harus mengeluarkan uang besar untuk ganti rugi perang, membiayai kerusakan akibat perang, hingga merevitalisasi industri. 

Ketika situasi mulai kondusif, lagi-lagi Jerman harus menelan pil pahit. Industrinya kembali mengalami kelesuan imbas kenaikan tarif impor AS yang jadi pasar utama produk Jerman. Saat AS mengenakan tarif impor besar, maka produk Jerman tak bisa dipasarkan. 

Alhasil, negara itu jatuh ke dalam jurang krisis ekonomi. Orang-orang menganggur. Kemiskinan dan kriminalitas terjadi di mana-mana. Di tengah kondisi demikian, muncul seorang pria berkumis kotak bernama Adolf Hitler mengemukakan solusi atas krisis ekonomi. 

Anggota partai Deutsche Arbeiterpartei (DAP) itu menyebut kunci perbaikan ekonomi adalah perbaikan politik. Dia menyebut partai politik penguasa harus patriotik dan nasionalis, bukan kapitalis atau sosialis.

Pemikiran ini dia sampaikan kepada ribuan rakyat Jerman yang dihimpit krisis ekonomi dan berhasil memikat mereka dengan pidatonya yang mengesankan. 

Singkat cerita, pada tahun 1933, pria itu berhasil menjadi pemimpin utama di partainya. Partainya pun sukses meraih suara terbanyak dan kelak berubah nama menjadi Nationalsozialistische Deutsche Arbeiterpartei (NSDAP atau Nazi)

Perlahan, Hitler sukses naik menjadi Kanselir Jerman dengan ambisi besar menguasai Eropa. Saat ini terjadi, fokus utama dunia berada pada perbaikan ekonomi, sehingga sorotan atas pertahanan dan perdamaian berkurang. Dari sini, langkah Hitler pun semakin mulus. Pada 1939, Hitler melakukan serangan mendadak ke Polandia dan memulai Perang Dunia II dengan skala dahsyat yang tak pernah terbayangkan sebelumnya. 

Dunia pun mengalami perubahan yang bermula bukan hanya dari permasalahan politik, tetapi juga ekonomi dalam hal ini, salah satunya, adalah kenaikan tarif impor dan perang dagang oleh AS. 


(mfa/sef)

Saksikan video di bawah ini:

Video: Lirik Prospek Bisnis Produk Perawatan Rambut Lokal Go Global

Next Article Trump Sukses Bisnis & Politik, Ternyata Berkat Dibantu Kakek & Ayah

Read Entire Article
| | | |