Awas Perang Koyak Negara Arab Ini, Bentrokan Berdarah-Militer Terjun

2 hours ago 1

Jakarta, CNBC Indonesia - Pasukan pemerintah Suriah resmi dikerahkan ke kota-kota pesisir, Latakia dan Tartous, Senin (29/12/2025) menyusul pecahnya demonstrasi massa yang berujung pada bentrokan mematikan. Insiden ini dilaporkan menewaskan sedikitnya tiga orang dan melukai 60 lainnya.

Situasi ini menjadi tantangan terbaru bagi pemerintahan baru Presiden Ahmed al-Sharaa yang tengah berjuang menstabilkan negara dan melakukan reintegrasi internasional setelah 14 tahun perang saudara yang menghancurkan.

Intervensi Militer di Pesisir Barat Kementerian Pertahanan Suriah mengumumkan pada hari Minggu bahwa unit angkatan darat yang dilengkapi dengan tank dan kendaraan lapis baja telah memasuki pusat kota di bagian barat negara itu. Misi ini dilakukan sebagai tanggapan atas serangan oleh "kelompok luar hukum" terhadap warga sipil dan aparat keamanan guna memulihkan stabilitas.

Kantor berita resmi pemerintah, SANA, mengutip pejabat setempat melaporkan bahwa serangan tersebut dilakukan oleh "sisa-sisa rezim lama" dari mantan Presiden Bashar al-Assad di tengah aksi protes di Latakia.

SANA melaporkan 60 orang terluka akibat penusukan, hantaman batu, serta tembakan senjata api yang menyasar personel keamanan maupun warga sipil. Bentrokan dilaporkan pecah saat massa kontra-pemerintah berhadapan dengan pengunjuk rasa pro-pemerintah, di mana pria bersenjata bertopeng melepaskan tembakan ke arah petugas.

Kementerian Dalam Negeri mengonfirmasi dalam sebuah pernyataan bahwa seorang perwira polisi termasuk di antara mereka yang tewas. Selain itu, dua personel keamanan terluka di Tartous setelah penyerang tak dikenal melemparkan granat tangan ke kantor polisi al-Anaza di Baniyas.

Protes Komunitas Alawit dan Tuntutan Federalisme Kekerasan ini meletus saat ribuan warga Suriah dari komunitas Alawit turun ke jalan-jalan di wilayah jantung minoritas agama tersebut di bagian tengah dan pesisir Suriah pada hari Minggu. Mereka memprotes kekerasan dan diskriminasi yang dialami pasca-jatuhnya rezim lama.


Aksi ini diserukan oleh Ghazal Ghazal, seorang pemimpin spiritual Alawit yang tinggal di luar negeri. Ia mengeluarkan seruan untuk "menunjukkan kepada dunia bahwa komunitas Alawit tidak dapat dipermalukan atau dipinggirkan."

Pemicu utama kemarahan massa adalah pengeboman mematikan di sebuah masjid di Homs pada hari Jumat lalu yang menewaskan delapan orang. Serangan tersebut diklaim oleh kelompok Sunni, Saraya Ansar al-Sunna. Komunitas Alawit, yang juga merupakan latar belakang Bashar al-Assad, merasa menjadi sasaran kekerasan sistematis sejak perubahan kekuasaan.

Selain menuntut keamanan, para demonstran mendesak pemerintah untuk menerapkan sistem federalisme, sebuah sistem desentralisasi kekuasaan dari Damaskus untuk memberikan otonomi yang lebih besar bagi kelompok minoritas, serta pembebasan tahanan Alawit.

"Kami tidak ingin perang saudara, kami ingin federalism politik. Kami tidak menginginkan terorisme kalian. Kami ingin menentukan nasib kami sendiri," tegas Ghazal melalui pesan video di Facebook.

Polarisasi di Masyarakat Di lapangan, ketegangan antarwarga sangat terasa. Ali Hassan, salah satu pengunjuk rasa antipemerintah, menyatakan bahwa tuntutan federalisme muncul karena rasa tidak aman.

"Kami hanya ingin tidur dengan tenang dan bekerja dengan tenang. Jika situasi ini terus berlanjut, kami ingin federalisme. Mengapa setiap hari atau dua hari sekali, 10 orang dari kami terbunuh?" ujarnya.


Di sisi lain, massa propemerintah menilai tuntutan tersebut sebagai upaya sabotase. Mohammad Bakkour, seorang pengunjuk rasa tandingan, menyatakan dukungannya pada pemerintahan Al-Sharaa.

"Kami di sini untuk mendukung pemerintah baru kami yang sejak hari pertama pembebasan telah menyerukan perdamaian. Mereka (pengunjuk rasa Alawit) tidak menginginkan satu bangsa, mereka menginginkan sektarianisme, kekacauan, dan federalisme untuk kepentingan pribadi," pungkasnya.

Hingga saat ini, militer Suriah masih bersiaga di titik-titik krusial Latakia dan Tartous untuk mencegah eskalasi konflik horizontal yang lebih luas.

(tps/luc)
[Gambas:Video CNBC]

Read Entire Article
| | | |