Bak Musuh Dalam Selimut, Trump Desak Ukraina Menyerah pada Rusia

3 hours ago 1
Daftar Isi

Jakarta, CNBC Indonesia - Pertemuan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump dan Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky di Washington pada Jumat (17/10/2025) berakhir dengan kekecewaan mendalam di pihak Ukraina.

Dalam pertemuan yang digambarkan sebagai tegang itu, Trump dikabarkan mendesak Kyiv untuk menyerahkan sebagian wilayahnya kepada Rusia demi mengakhiri perang yang telah berlangsung lebih dari 3 tahun.

Menurut dua sumber yang mengetahui langsung jalannya pembicaraan, Trump juga menolak permintaan Zelensky untuk mendapatkan rudal jarak jauh jenis Tomahawk, serta mengemukakan gagasan untuk memberikan jaminan keamanan bagi baik Ukraina maupun Rusia, pernyataan yang disebut membuat delegasi Ukraina bingung.

Usai pertemuan tersebut, Trump secara terbuka menyerukan gencatan senjata di garis depan pertempuran saat ini. Posisi itu kemudian diikuti oleh Zelensky dalam komentarnya kepada media.

"Pertemuan berakhir dengan keputusan Trump untuk membuat 'kesepakatan di mana posisi kita sekarang, pada garis demarkasi'," kata salah satu sumber, dilansir Reuters, Senin (20/10/2025).

Dalam pernyataannya di Air Force One pada Minggu, Trump menegaskan kembali pandangannya.

"Kami pikir mereka seharusnya berhenti di garis tempat mereka berada sekarang, di garis pertempuran," ujarnya. "Bagian lainnya sangat sulit dinegosiasikan jika kalian mulai berkata, 'kamu ambil ini, kami ambil itu'."

Ketika ditanya apakah ia meminta Ukraina menyerahkan seluruh wilayah Donbas kepada Rusia, Trump menjawab dengan nada kurang tegas.

"Tidak. Biarkan saja seperti sekarang. Itu sudah terpecah. Saya pikir sekitar 78% wilayah sudah diambil Rusia. Biarkan begitu dulu. Mereka bisa menegosiasikan sesuatu lagi di kemudian hari," tuturnya.

Ukraina Kecewa Berat

Pertemuan itu, meski tidak sepenuhnya bencana bagi Ukraina, jelas merupakan pukulan bagi harapan Zelensky untuk mendapatkan dukungan senjata jarak jauh dari Washington. Trump belum memutuskan apakah akan mengizinkan penggunaan rudal Tomahawk oleh Ukraina.

Beberapa pekan terakhir, muncul tanda-tanda bahwa Trump mulai menurunkan prioritas dalam memaksa tercapainya kesepakatan damai antara Kyiv dan Moskow, dan lebih condong menunjukkan dukungan terbuka terhadap Ukraina.

Pada pertemuan di Majelis Umum PBB September lalu, misalnya, Trump sempat berspekulasi bahwa Ukraina bisa merebut kembali seluruh wilayah yang diduduki Rusia, sesuatu yang bahkan dianggap tidak realistis oleh pihak Kyiv sendiri.

Namun, pertemuan pada Jumat menunjukkan adanya perubahan arah kebijakan. Menurut beberapa sumber, Trump tampak kembali mendorong kesepakatan cepat, meskipun dengan syarat yang sulit diterima Ukraina.

Para pejabat AS disebut berulang kali mengangkat gagasan "pertukaran wilayah" antara Ukraina dan Rusia, konsep yang sebelumnya sudah sempat didukung Trump pada awal tahun. Presiden AS itu menegaskan bahwa kesepakatan cepat "sangat penting," kata salah satu sumber.

Pengaruh Putin?

"Itu pertemuan yang buruk," ujar salah satu sumber menggambarkan situasi tersebut. "Pesannya jelas: 'Negaramu akan membeku dan hancur jika tidak membuat kesepakatan dengan Rusia.'"

Namun sumber lain membantah bahwa Trump mengucapkan kata "hancur". Keduanya sepakat bahwa Trump beberapa kali melontarkan kata-kata kasar selama diskusi berlangsung.

Dua sumber tersebut juga mengatakan mereka merasa Trump telah dipengaruhi oleh percakapannya sehari sebelumnya dengan Presiden Rusia Vladimir Putin.

Dalam panggilan telepon pada Kamis, seperti dilaporkan The Washington Post, Putin disebut mengusulkan pertukaran wilayah: Ukraina menyerahkan Donetsk dan Luhansk, dan sebagai gantinya menerima sebagian kecil wilayah di Zaporizhzhia dan Kherson.

Salah satu sumber mengungkapkan bahwa proposal pertukaran wilayah itu bahkan disampaikan secara langsung oleh pejabat AS kepada Zelensky pada pertemuan Jumat.

Menurut laporan, Ukraina menilai wilayah Donetsk dan Luhansk yang masih mereka kuasai memiliki nilai strategis penting, kehilangan daerah itu akan membuat seluruh negara lebih rentan terhadap serangan Rusia.

"Menyerahkan wilayah barat Donetsk dan Luhansk sama saja dengan bunuh diri," ujar salah satu pihak yang mengetahui jalannya pembicaraan.

Dua sumber lainnya menyebut Utusan Khusus AS Steve Witkoff termasuk yang paling gencar mendesak agar Ukraina menerima proposal Rusia tersebut. Witkoff bahkan menyinggung bahwa kedua wilayah itu "memiliki populasi berbahasa Rusia yang signifikan," argumen yang pernah ia sampaikan secara terbuka sebelumnya.

Pertemuan Lanjutan AS-Rusia

Sebelum bertemu Zelensky, Trump mengatakan bahwa ia akan segera bertemu Putin di Budapest. Tak lama setelah itu, seorang ajudan Kremlin mengonfirmasi bahwa Menteri Luar Negeri AS Marco Rubio dan Menlu Rusia Sergei Lavrov akan melakukan pembicaraan persiapan dalam beberapa hari ke depan.

Dalam pertemuan Jumat, para pejabat AS memberi tahu bahwa Rubio dijadwalkan bertemu Lavrov pada Kamis mendatang, menurut salah satu sumber. Departemen Luar Negeri AS belum memberikan tanggapan atas laporan tersebut.

Pertemuan sebelumnya antara Trump dan Putin di Alaska pada Agustus lalu tidak menghasilkan terobosan apapun.


(luc/luc)
[Gambas:Video CNBC]

Next Article Trump 'Hukum' Tetangga RI Gegara Putin, Lempar Tarif 25% Plus Penalti

Read Entire Article
| | | |