Boeing, China dan Amerika Terjerat Hubungan Musuh Tapi Butuh

1 hour ago 2

Jakarta, CNBC Indonesia - Perseteruan perang tarif dagang antara dua negara besar, Amerika Serikat (AS) dan China terus berlanjut. Imbas adanya perang dagang tersebut China memulangkan pesawat Boeing ke AS.

Pesawat jet Boeing tersebut sebelumnya digunakan oleh sebuah maskapai penerbangan China namun pesawat tersebut telah kembali mendarat ke negara asalnya karena menjadi korban dari tarif bilateral balas-membalas yang diluncurkan oleh Presiden AS Donald Trump dalam serangan perdagangan globalnya.

China telah memerintahkan maskapai penerbangannya untuk tidak menerima lagi kiriman jet Boeing sebagai tanggapan atas keputusan AS yang mengenakan tarif 245% pada barang-barang China.

Keputusan China bakal berdampak besar terhadap pabrikan pesawat asal AS tersebut. Seperti diketahui, China adalah pasar utama Boeing.


Peran Besar China dalam Bisnis Penerbangan Dunia & Boeing

China memiliki peran besar dalam bisnis Boeing demikian juga sebaliknya.

China diproyeksikan menjadi pasar penerbangan terbesar di dunia dalam dua dekade mendatang. Pertumbuhan ekonomi dan modernisasi industri penerbangannya akan meningkatkan kebutuhan akan pesawat baru dan layanan pendukungnya.

Dalam laporan Commercial Market Outlook (CMO) 2024 untuk China, Boeing mengungkapkan proyeksi jangka panjang yang mencerminkan potensi luar biasa dari sektor ini.

The production line for the Boeing P-8 Poseidon maritime patrol aircraft is pictured at Boeing's 737 factory in Renton, Washington, U.S. November 18, 2021. REUTERS/Jason RedmondFoto: Perakitan pesawat patroli maritim Boeing P-8 Poseidon di pabrik Boeing 737 di Renton, Washington, AS, 18 November 2021. (REUTERS/Jason Redmond)
The production line for the Boeing P-8 Poseidon maritime patrol aircraft is pictured at Boeing's 737 factory in Renton, Washington, U.S. November 18, 2021. REUTERS/Jason Redmond

Merujuk laporan tersebut, permintaan pesawat dari China akan melonjak dua kali lipat hingga 2043, seiring berkembangnya industri penerbangan untuk memenuhi permintaan yang meningkat atas perjalanan udara penumpang dan kargo.

Selama lebih dari 50 tahun, pesawat Boeing telah menjadi tulang punggung sistem transportasi udara penumpang dan kargo sipil di China.

Boeing merupakan pelanggan terbesar dari industri manufaktur penerbangan China, dengan lebih dari 10.000 pesawat Boeing yang menggunakan komponen buatan China.

Bisnis Boeing di China menyumbang lebih dari $1,5 miliar per tahun atau sekitar Rp 25,21 triliun (US$1=Rp 16.805) bagi perekonomian China melalui pemasok, usaha patungan, operasional, pelatihan, serta investasi riset dan pengembangan.

Proyeksi Khusus untuk China hingga 2043:

  • Armada pesawat komersial China akan tumbuh rata-rata 4,1% per tahun, dari 4.345 menjadi 9.740 pesawat.
  • Pertumbuhan lalu lintas penumpang tahunan sebesar 5,9%, melampaui rata-rata global sebesar 4,7%.
  • Volume penumpang akan meningkat seiring maskapai menghubungkan kota besar dengan kota-kota kecil.

Proyeksi tambahan:

  • China akan menjadi alur lalu lintas udara terbesar di dunia, mendorong peningkatan armada pesawat lorong tunggal, yang menyumbang lebih dari 75% dari pengiriman.
  • China akan memiliki armada widebody terbesar di dunia, dengan permintaan 1.575 pesawat baru tipe widebody atau berbadan lebar.
  • Armada pesawat kargo termasuk model khusus dan konversi akan hampir tiga kali lipat, dipicu oleh pertumbuhan pesat sektor e-commerce.

Potensi pertumbuhan industri aviasi lainnya:

  • Maskapai yang beroperasi di China akan membutuhkan layanan penerbangan senilai $780 miliar, termasuk solusi digital, pemeliharaan, dan modifikasi.
  • Industri penerbangan China akan memerlukan hampir 430.000 tenaga kerja baru untuk mendukung kebutuhan pilot, teknisi pemeliharaan, dan awak kabin.

Dilansir dari Annual Report Boeing 2018, pada 2016-2019, China menjadi salah satu penyumbang terbesar pendapatan mereka dengan kontribusi 7-8%.

China memiliki peran penting bagi Boeing, bukan hanya sebagai pasar pembeli terbesar, tetapi juga sebagai mitra strategis dalam produksi pesawat. Dengan pertumbuhan ekonomi yang pesat dan kebutuhan transportasi udara yang terus meningkat, China menjadi ladang peluang jangka panjang.

Selain itu, banyak komponen pesawat Boeing yang dibuat di China, memperkuat ketergantungan rantai pasok. Hubungan ini membuat setiap dinamika politik dan ekonomi di China berdampak langsung pada keberlangsungan bisnis Boeing secara global.

 Ist/www.boeing.comFoto: Ist/www.boeing.com
foto : Ist/www.boeing.com

Per 31 Desember 2024, Boeing memiliki sekitar 55 pesawat model 737-8 yang masih tersedia, yang diproduksi sebelum 2023, termasuk sekitar 40 pesawat yang dipesan China. Pesawat ini diperkirakan akan mulai dikirim pada 2025.

Dengan proyeksi yang menunjukkan ekspansi armada dan peningkatan kebutuhan layanan pendukung, China bukan hanya menjadi pasar strategis bagi Boeing, tetapi juga pusat pertumbuhan aviasi global. Dukungan teknologi, sumber daya manusia, dan kerja sama internasional akan menjadi kunci keberhasilan dalam menghadapi tantangan dan memenuhi potensi luar biasa industri penerbangan China hingga 2043.

Perang Trump dan Bisnis Boeing

Analis dirgantara memprediksi bahwa China dan Amerika Serikat kemungkinan besar akan melakukan negosiasi untuk menemukan solusi yang memastikan tarif baru tidak menghambat pengiriman pesawat Boeing.

Diskusi ini diharapkan bisa memberikan solusi terkait bagaimana tarif baru dapat diterapkan pada pesawat yang berada dalam berbagai tahap produksi, sertifikasi, dan pengiriman.

Salah satunya adalah model 737 Max yang sudah berada di fasilitas penyelesaian dan pengiriman Boeing di Zhoushan, China.

People work near the door of a 737 Max aircraft at the Boeing factory in Renton, Washington, U.S., March 27, 2019.  REUTERS/Lindsey WassonFoto: Pesawat Boeing 737 Max di pabrik Boeing di Renton, Washington, AS (REUTERS/Lindsey Wasson)
People work near the door of a 737 Max aircraft at the Boeing factory in Renton, Washington, U.S., March 27, 2019. REUTERS/Lindsey Wasson

Pada 14 April 2025, The Wall Street Journal melaporkan bahwa China telah menginstruksikan maskapai mereka untuk menghentikan pemesanan pesawat Boeing baru dan meminta persetujuan sebelum menerima pesawat yang sudah dipesan.

Namun, banyak analis berpendapat bahwa penundaan pengiriman ini tidak akan berlangsung lama mengingat pentingnya pelanggan China bagi Boeing serta kebutuhan mendesak maskapai China terhadap pesawat Boeing dan produk dirgantara buatan AS lainnya.

"Kami tidak melihat ini bisa bertahan lama. Dengan mempertimbangkan neraca perdagangan, kami yakin Pemerintahan Trump tidak dapat mengabaikan Boeing. Pesawat Boeing merupakan salah satu dari sedikit manufaktur teknologi tinggi yang diekspor AS dalam jumlah besar."tutur Ron Epstein, analis dari BofA Global Research, kepada CNN International.

Alternatif untuk Pesawat Boeing

Beberapa analis berpendapat bahwa keputusan China untuk menghentikan penerimaan pesawat Boeing justru akan merugikan China lebih besar dibanidngkan AS.

Addison Schonland, salah satu pendiri AirInsight, mengungkapkan bahwa meskipun China menunda pengiriman, dampaknya tidak akan terlalu besar bagi AS.

"India akan dengan senang hati menerima pesawat tersebut, bahkan dengan sedikit diskon," ujar Schonland.

Schonland mengacu pada pesawat 737 Max yang kini masih ada dalam inventaris Boeing dan seharusnya diterima oleh maskapai China. Namun, karena ketegangan yang terjadi, Boeing telah mengalihkan beberapa pesawat tersebut ke maskapai lain, khususnya di India, seperti Air India Express dan Akasa Air.

"India diuntungkan karena maskapai mereka terus berkembang. Sementara itu, China justru kehilangan peluang karena maskapai-maskapai mereka berkembang lebih lambat," tambahnya.

Beberapa analis lainnya juga yakin bahwa Boeing tidak akan kesulitan mencari maskapai pengganti untuk pesawat-pesawat yang awalnya dipesan oleh maskapai China. Epstein dari Bank of America berpendapat Boeing seharusnya tidak menemui kesulitan dalam mengalokasikannya.

"Pesawat-pesawat tersebut (bisa dialihkan) kepada maskapai lain yang membutuhkan kapasitas tambahan. India menjadi salah satu pilihan yang mungkin." Tutur Epstein, kepada CNN International.

Boeing berisiko kehilangan pemesanan dari maskapai China dan berpotensi memperburuk persaingannya dengan Airbus.

Namun, banyak yang berpendapat bahwa Airbus tidak akan dapat menggantikan Boeing dalam memenuhi kebutuhan pesawat China. Hal ini karena backlog Airbus sudah sangat penuh dan kapasitas produksinya terbatas. Selain itu, beberapa analis menganggap bahwa China pada akhirnya masih membutuhkan Boeing sebagai pemasok untuk menjaga persaingan dengan Airbus.

Boeing. (REUTERS/Brendan McDermid/File Photo)Foto: Boeing. (REUTERS/Brendan McDermid/File Photo)
Boeing. (REUTERS/Brendan McDermid/File Photo)

"Airbus tidak dapat menjadi satu-satunya pemasok pesawat komersial besar untuk China, mengingat kapasitas produksinya yang terbatas," jelas Epstein.

"Kami percaya bahwa risiko utama terkait penundaan pengiriman ini lebih merupakan strategi negosiasi, dan kami akan terkejut jika penundaan ini berlangsung lama, mengingat pentingnya komponen buatan AS dalam armada pesawat China," kata Ken Herbert, analis keuangan dari RBC Capital Markets.

Herbert juga menambahkan bahwa maskapai China sangat bergantung pada komponen buatan AS untuk pesawat Boeing yang sudah ada dalam armada mereka.

Menurut data terbaru, pengiriman pesawat oleh Airbus dan Boeing pada paruh pertama 2024 menunjukkan penurunan sekitar 15% dibandingkan dengan tahun sebelumnya.

Boeing mengalami penurunan tajam, dengan pengiriman yang berkurang lebih dari sepertiganya, mencapai hanya 167 unit. Di sisi lain, Airbus mencatatkan sedikit peningkatan dengan total pengiriman 322 pesawat, meskipun hanya ada kenaikan sekitar 2,5%.

CNBC INDONESIA RESEARCH
[email protected]

(mae/mae)

Read Entire Article
| | | |