Kisah Pemuda 20 Tahun Sukses jadi Petani Kelapa Sawit Gaji Rp 25 Juta

1 month ago 34

Jakarta -

Alih-alih melanjutkan studi dan bekerja di kantoran, pemuda 20 tahun ini memilih untuk bekerja di kebun sawit. Dalam sebulan ia mendapat gaji Rp 25 juta.

Setiap orang punya jalannya masing-masing untuk menuju gerbang kesuksesan, begitu juga dengan Muhammad Hazim Mohd, pemuda berusia 20 tahun yang berasal dari Malaysia.

Kisahnya sukses menginspirasi banyak orang, setelah memutuskan untuk bekerja di bidang pertanian. Dikutip dari Weird Kaya (24/12/24) ia bekerja di perkebunan kelapa sawit.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Perkebunan kelapa sawit seluas 16 hektar tersebut merupakan milik keluarga. Meskipun begitu, Hazim menunjukkan keseriusannya. Awalnya ia hanya membantu sang ayah di kebun.

Kisah Pemuda 20 Tahun Sukses jadi Petani Kelapa Sawit Gaji Rp 25 JutaKisah Pemuda 20 Tahun Sukses jadi Petani Kelapa Sawit Gaji Rp 25 Juta Foto: WeirdKaya

"Saya mulai membantu ayah saya ketika saya berusia 12 tahun. Bukan hanya karena saya tertarik bertani, tetapi juga karena saya melihat betapa kerasnya ayah ketika bekerja di kebun," ujarnya.

Ia mengatakan bahwa ayahnya tersebut bekerja dari pagi sampai sore menjelang malam. Hal tersebut menginspirasi dirinya untuk turun tangan membantu mengelola perkebunan.

Meskipun ada persepsi umum yang menyebut bahwa pertanian adalah pekerjaan yang kotor, berat, dan berbahaya, tetapi Hazim tidak menjadikan hal tersebut sebagai beban.

Sebaliknya, ia justru percaya bahwa dengan pola pikir yang benar dan perencanaan yang matang, betani bisa menjadi hal yang memuaskan dan menguntungkan secara finansial.

"Sebagian orang menganggap sektor pertanian terlalu menantang, tapi jika dikelola dengan baik, tidak sesulit yang dibayangkan orang," ujar Hazim seperti yang dikutip dari Cosmo.

Kisah Pemuda 20 Tahun Sukses jadi Petani Kelapa Sawit Gaji Rp 25 JutaKisah Pemuda 20 Tahun Sukses jadi Petani Kelapa Sawit Gaji Rp 25 Juta Foto: WeirdKaya

Dalam mengelola perkebunan sawit milik keluarga, ayah Hazim memainkan peran penting. Mulai dari penyemprotan pestisida, pemupukan, panen, hingga pengolahan minyak sawit.

Ayahnya tersebut mengawali setiap aspek operasi dengan bantuan dua pekerja. Namun, Hazim tidak hanya menjalankan aktivitas sehari-hari di perkebunan.

Ia juga berpikiran maju dengan memulai pembibitan kelapa sawit sebagai persiapan penanaman kembali di masa depan. Hal ini penting untuk menjaga produktivitas perkebunan.

Selain itu, juga untuk memastikan perkebunan layak secara ekonomi. Mengingat harga minyak sawit relatif stabil, yakni berkisar antara Rp 3.200.000 - Rp 3.400.00 per ton.

Berkat praktik pengendalian hama yang baik, Hazim menikmati penghasilan tetap sepanjang tahun. Dalam sebulan ia memperoleh penghasil senilai Rp 25 juta.

"Sebagian besar penghasilan saya ditabung untuk membeli lebih banyak lahan dan memperluas perkebunan," ujar Hazim.

Lebih lanjut, Hazim juga menuturkan bahwa saat ini ia mengesampingkan impiannya untuk memiliki mobil mewah atau dawai terkini. Ia lebih suka menggunakan uang untuk mengembangkan asetnya.

"Tujuan saya adalah memiliki rumah dan tanah sebelum saya menikah," ujarnya.

Selain mengelola perkebunan kelapa sawit, Hazim juga menanam tanaman lain, seperti bambu, nanas, dan pisang. Hazim juga menyibukkan diri dengan beternak.


(raf/odi)

Read Entire Article
| | | |