Jakarta, CNBC Indonesia - Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2025 hanya akan tumbuh di level 5,04%, dan pada 2026 bisa merosot ke level 4,9% meski ada peluang tumbuh 5,2%.
Untuk proyeksi 2025, laju pertumbuhannya jauh lebih rendah dari target yang ditetapkan dalam UU APBN 2025 sebesar 5,2% dan pada 2026 5,4%. Bahkan jauh lebih rendah dari perkiraan Menteri Keuangan Purbaya Yudhi Sadewa yang percaya diri pada 2026 ekonomi RI bisa tumbuh di level 6%.
Ramalan pertumbuhan BRIN itu juga berbeda dari proyeksi Bank Indonesia atau BI untuk 2025 di rentang 4,7%-5,5%. Sedangkan pada 2026, BI memperkirakan laju pertumbuhan ekonomi akan berada pada rentang 4,9%-5,7%.
"Jadi dengan skenario pesimis optimistis kami perkirakan di 2026 4,9-5,2%," kata Peneliti Pusat Riset Ekonomi Makro dan Keuangan BRIN Pihri Buhaerah dalam Economic Outlook 2026, dikutip Senin (22/12/2025).
Pihri menjelaskan, dalam model proyeksi ekonomi, BRIN menggunakan sistem dinamik dan mengadopsi predator pre model, dengan menganalogikan pemangsa adalah pemotongan anggaran serta peningkatan utang luar negeri. Sedangkan yang dimangsa ialah tax ratio dan potensi pertumbuhan ekonomi nya.
"Hasil dengan menggunakan model dinamis kami kemudian melakukan proyeksi 2026," paparnya.
Selain dengan pemodelan itu, BRIN juga membuat asumsi lain dengan melihat banyaknya PHK beberapa tahun terakhir. Walaupun level pengangguran turun di bawah 5%, namun BRIN menegaskan setengah pengangguran justru meningkat yang menandakan peralihan tenaga kerja dari yang selama ini bekerja di tempat yang cukup berkualitas namun terdampak PHK hingga masuk sektor non formal.
"Jadi kalau kita gabungkan walaupun tingkat pengangguran di bawah 5%, tapi kalau kita gabung setengah pengangguran dan pengangguran terbuka, maka angka pengangguran kita jadi 12%, tembus double digit," ujar Pihri.
Pihri menekankan, berdasarkan hasil riset pusat penelitian ekonomi LIPI, shock di pasar ketenagakerjaan membutuhkan proses pemulihan lebih lambat dibanding output. Waktu tercepat kembali normalnya kondisi ekonomi akibat gangguan pasar tenaga kerja butuh waktu paling cepat 4 tahun.
"Kita lihat pandemi 2020 kita belum pulih total, pandemi 2020 kita ada pandemi dari sisi supply dan demand akibatnya pertumbuhan kita terganggu, dan level produksi sudah kembali normal tapi di pasar tenaga kerja masalahnya tidak membaik. Informalitas meningkat, setengah pengangguran meningkat," tegasnya.
Berdasarkan pertimbangan-pertimbangan itu BRIN kata dia memperkirakan laju pertumbuhan pada 2025 hanya akan tumbuh 5,04%, meski pada kuartal IV-2025 akan ada pertumbuhan sedikit lebih cepat di kisaran 5,10%, lebih tinggi dari realisasi kuartal III-2025 sebesar 5,04% efek dari gencarnya belanja pemerintah.
Sebagai informasi, untuk pertumbuhan ekonomi kuartal II-2025, realisasinya mencapai 5,12% berdasarkan catatan Badan Pusat Statistik (BPS), lompat tinggi dibanding realisasi kuartal I-2025 yang tumbuhnya hanya 4,87%.
Sementara itu, untuk 2026, BRIN kata Pihri melihat ada potensi penurunan karena bencana alam tidak hanya di Sumatera tapi berpotensi terjadi di semua Pulau Indonesia. Kedua, ada kelambatan recovery belanja yang akan pengaruhi sisi supply dan demand sehingga potensi pertumbuhan hanya di level 4,9%.
"Jadi untuk pertumbuhan ekonomi kami menganggap bahwa tahun depan itu ada potensi meningkat tapi ada potensi juga menurun. Tapi, untuk melakukan lompatan kami tidak melihat itu karena ada shock di belanja," tuturnya.
Sedangkan laju pertumbuhan ekonomi dari sisi optimistis yang level atasnya ialah 5,2% ia sebut disebabkan karena Kementerian Keuangan untuk 2026 menaikkan defisit fiskal, sehingga belanja pemerintah akan lebih ekspansif dibanding 2025.
"Tapi persoalannya bagaimana transformasi ekspansi fiskal menjadi mesin pertumbuhan ini pertanyaan kita di economic outlook tahun ini karena dari efisiensi 2025 sebesar Rp 750 triliun dan Rp 50 triliun diambil dari TKD kemudian sisanya dari K/L itu harusnya berputar di sektor riil," papar Pihri.
"Kemudian ditarik ke atas untuk efisiensi masuk ke Danantara Rp 300 triliun nya dari Rp 750 triliun itu. Danantara, MBG, dan Kopdes Merah Putih sejatinya game changer tapi pergerakannya belum tercermin di data-data makro," tegasnya.
(arj/mij)
[Gambas:Video CNBC]
































:strip_icc():format(jpeg):watermark(kly-media-production/assets/images/watermarks/bola/watermark-color-landscape-new.png,1125,20,0)/kly-media-production/medias/5339916/original/010495200_1757135510-20250904AA_Timnas_Indonessia_Vs_China_Taipei-108.jpg)
:strip_icc():format(jpeg):watermark(kly-media-production/assets/images/watermarks/bola/watermark-color-landscape-new.png,1125,20,0)/kly-media-production/medias/5339674/original/047240900_1757081733-20250904AA_Timnas_Indonesia_vs_China_Taipei-08.JPG)







:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5310777/original/099498800_1754792417-527569707_18517708213000398_2665174359766286643_n.jpg)






