Jakarta, CNBC Indonesia - Banyak orang tua memiliki niat yang sama ketika memasuki usia lanjut: tetap mandiri dan tidak merepotkan anak-anak. Namun para perencana pensiun mengingatkan, niat baik tersebut tidak akan cukup jika tidak dibarengi dengan perencanaan yang konkret dan realistis.
Steve Vernon, aktuaris senior dan peneliti strategi pendapatan pensiun yang menulis untuk Forbes, menilai kekhawatiran menjadi beban anak adalah hal wajar. Meski begitu, ia menekankan bahwa rasa khawatir saja tidak akan menyelesaikan masalah.
Vernon menjelaskan bahwa sebagian besar pensiunan, pada titik tertentu, akan mengalami penurunan kondisi fisik atau kognitif, terutama di fase akhir kehidupan. Karena itu, menurutnya, persiapan harus dilakukan sejak dini, bukan menunggu hingga kondisi tersebut benar-benar terjadi.
Berikut langkah-langkah yang dinilai penting oleh para ahli agar orang tua dapat menjalani masa pensiun dengan lebih mandiri, baik secara fisik maupun finansial.
1. Menjaga Kesehatan untuk Mengurangi Ketergantungan
Menurut Vernon, faktor kesehatan menjadi penyebab paling umum mengapa lansia akhirnya membutuhkan bantuan orang lain. Ia menilai, memburuknya kondisi kesehatan sering kali berujung pada kebutuhan perawatan jangka panjang yang mahal dan sulit dihindari.
Untuk menekan risiko tersebut, Vernon menyarankan pensiunan menjaga gaya hidup sehat, mulai dari mengonsumsi makanan seimbang, menjaga berat badan ideal, rutin berolahraga, tidur cukup, hingga menghindari kebiasaan berisiko seperti merokok dan konsumsi alkohol berlebihan.
Ia juga menyoroti pentingnya latihan keseimbangan dan kekuatan otot. Vernon menjelaskan bahwa cedera akibat jatuh, seperti patah tulang pinggul, kerap menjadi titik awal penurunan kualitas hidup lansia secara signifikan dan berkelanjutan.
2. Pastikan Keuangan Pensiun Berkelanjutan
Selain kesehatan, masalah keuangan menjadi alasan besar lain mengapa orang tua akhirnya bergantung pada anak. Vernon menekankan pentingnya memastikan pendapatan pensiun mampu menutup seluruh pengeluaran hidup selama sisa usia.
Ia menggunakan prinsip sederhana dalam perencanaan pensiun: pendapatan harus lebih besar dari pengeluaran. Jika proyeksi menunjukkan pengeluaran berpotensi melampaui pendapatan, penyesuaian gaya hidup sebaiknya dilakukan lebih awal.
Menurut Vernon, menunda perubahan justru meningkatkan risiko harus mengambil keputusan drastis di usia lanjut, ketika pilihan sudah semakin terbatas. Ia menyarankan evaluasi dimulai dari pos pengeluaran terbesar, seperti perumahan dan transportasi.
3. Siapkan Rencana Saat Tidak Lagi Mandiri
Vernon juga mengingatkan bahwa banyak keluarga menghadapi tekanan besar karena orang tua tidak pernah menyiapkan rencana untuk fase ketika mereka tidak lagi mampu hidup mandiri atau mengelola keuangan sendiri.
Ia menyarankan pensiunan memikirkan beberapa hal krusial sejak sekarang, antara lain:
-
Apakah rumah saat ini masih layak dihuni jika mobilitas menurun
-
Bagaimana strategi pembiayaan perawatan jangka panjang
-
Siapa yang dapat dipercaya untuk membantu mengelola keuangan saat risiko kesalahan atau penipuan meningkat
Menurutnya, arahan yang jelas akan sangat membantu anak-anak ketika harus mengambil keputusan penting. Tanpa panduan tersebut, anak justru berisiko mengalami tekanan emosional, bahkan konflik antar saudara.
4. Kurangi Beban Logistik bagi Anak
Selain keuangan dan kesehatan, Vernon menyoroti beban non-finansial yang kerap luput dari perhatian, yaitu meninggalkan rumah penuh barang untuk dibereskan anak.
Ia menilai furnitur lama, pakaian yang tidak terpakai, hingga barang kenangan yang menumpuk selama puluhan tahun sering menjadi sumber stres bagi keluarga. Membersihkan dan menyederhanakan isi rumah sejak dini dipandang sebagai langkah kecil dengan dampak besar bagi anak-anak di kemudian hari.
Saat Membantu Anak Dewasa Justru Menggerus Pensiun
Di sisi lain, laporan The New York Times menyoroti fenomena dukungan finansial berkepanjangan kepada anak dewasa yang justru berisiko mengancam keamanan pensiun orang tua.
Bryan Hodgens, Senior Vice President dan Head of Research di LIMRA, menyebut bahwa sebagian orang tua tetap membantu anak berusia di atas 26 tahun meski bantuan tersebut mengorbankan kondisi keuangan mereka sendiri. Survei LIMRA menunjukkan, dukungan ini kerap memangkas tabungan pensiun dan meningkatkan risiko kehabisan dana di hari tua.
Ketergantungan Bukan Soal Moral
Brad Klontz, psikolog keuangan dan dosen di Creighton University, menjelaskan bahwa ketergantungan finansial anak dewasa bukanlah kegagalan karakter. Ia menilai pola tersebut sering terbentuk karena bantuan keuangan yang terus diberikan tanpa batasan jelas, sehingga memperkuat perilaku tidak mandiri.
Susan Zimmerman, co-founder Mindful Asset Planning, menambahkan bahwa bantuan tanpa ekspektasi dan jangka waktu yang tegas dapat berubah dari pertolongan darurat menjadi ketergantungan jangka panjang, yang justru merugikan kedua belah pihak.
Ahli Sarankan Orang Tua Mulai Tegas
Para perencana keuangan yang diwawancarai The New York Times menyarankan orang tua mulai menetapkan batas yang jelas dalam membantu anak dewasa.
Malik Lee, Managing Principal Felton and Peel Wealth Management, menekankan pentingnya menunjukkan dampak nyata bantuan tersebut terhadap arus kas pensiun. Sementara itu, Amy Miller dari Wealthspire Advisors mengingatkan bahwa pencairan aset untuk membantu anak juga membawa konsekuensi pajak dan hilangnya potensi imbal hasil jangka panjang.
Kesimpulan
Para ahli sepakat, perencanaan pensiun bukan hanya soal menabung, tetapi juga menyangkut kesehatan, pengelolaan aset, serta batas yang sehat dalam membantu anak dewasa. Dengan persiapan yang matang, orang tua dapat menjaga kemandirian di hari tua sekaligus mengurangi beban finansial dan emosional bagi anak-anak.
Bagi banyak keluarga, langkah ini justru menjadi bentuk tanggung jawab dan kasih sayang jangka panjang yang paling nyata.
(dag/dag)
[Gambas:Video CNBC]
































:strip_icc():format(jpeg):watermark(kly-media-production/assets/images/watermarks/bola/watermark-color-landscape-new.png,1125,20,0)/kly-media-production/medias/5339916/original/010495200_1757135510-20250904AA_Timnas_Indonessia_Vs_China_Taipei-108.jpg)
:strip_icc():format(jpeg):watermark(kly-media-production/assets/images/watermarks/bola/watermark-color-landscape-new.png,1125,20,0)/kly-media-production/medias/5339674/original/047240900_1757081733-20250904AA_Timnas_Indonesia_vs_China_Taipei-08.JPG)







:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5310777/original/099498800_1754792417-527569707_18517708213000398_2665174359766286643_n.jpg)






