Diam-Diam 6 Kampus Australia Tutup Institut Konfusius China, Ada Apa?

1 day ago 4

Jakarta, CNBC Indonesia - Sebanyak enam universitas Australia diam-diam menutup Institut Konfusius (CI) yang terkait dengan pemerintah China di kampus mereka. Mengutip BBC International, pemerintah Australia telah meningkatkan pengawasan terhadap pusat-pusat pendidikan tersebut dalam beberapa tahun terakhir, karena kekhawatiran bahwa Beijing menggunakannya untuk menyebarkan propaganda dan memata-matai mahasiswa internasional China.

China menyebut Institut Konfusius, yang menawarkan kelas bahasa dan budaya China di luar negeri, merupakan "jembatan yang memperkuat persahabatan" dengan dunia. Sementara itu, kekhawatiran global tentang jangkauan pemerintah China di luar negeri melalui pusat-pusat pendidikan tersebut telah meningkat, dengan universitas-universitas di Amerika Serikat (AS) dan Eropa juga memilih untuk menutup beberapa cabang mereka.

Menurut laporan Australian Broadcasting Corporation (ABC), penutupan tersebut berarti hampir setengah dari semua Institut Konfusius di universitas-universitas Australia telah ditutup. Tujuh lainnya tetap buka.

Pusat-pusat Konfusius kini telah dipindahkan dari kampus-kampus University of Melbourne, University of Queensland (UQ), University of Western Australia (UWA) dan University of New South Wales (UNSW), dan Royal Melbourne Institute of Technology (RMIT). Beberapa universitas menyebutkan gangguan yang disebabkan oleh pandemi Covid-19 sebagai alasan tidak memperbarui kontrak CI mereka.

Seorang juru bicara UNSW mengatakan universitas tersebut sedang mengembangkan programnya sendiri dalam studi China dan berkomitmen untuk "mendorong dialog terbuka dalam hubungan bilateral China-Australia".

Dalam beberapa tahun terakhir, pemerintah federal Australia telah mengindikasikan tidak akan mengizinkan lebih banyak pusat yang terkait dengan Partai Komunis China, untuk dibuka di negara tersebut.

Pemerintah juga mengharuskan universitas untuk memberikan lebih banyak transparansi tentang ajaran-ajaran institut dan dalam beberapa kasus mendaftarkannya pada Skema Transparansi Pengaruh Asing.

Sementara itu, juru bicara UQ mengatakan Institut Konfusius di sana ditutup saat kontrak berakhir pada Desember 2024, dan "tidak diberi arahan apa pun oleh pemerintah".

Universitas Melbourne menutup CI mereka pada Agustus 2024 setelah didirikan melalui kemitraan dengan Universitas Nanjing pada 2007. Menurut juru bicara Universitas Melbourne, universitas tersebut telah menawarkan berbagai program bahasa Mandarin dan Asia dan "tidak perlu memperbarui" perjanjian tersebut.

Juru bicara Universitas Adelaide tidak mengonfirmasi bahwa CI mereka telah ditutup, tetapi mengatakan bahwa lembaga tersebut terus membina "hubungan dengan negara lain, termasuk China" melalui kemitraan dan kolaborasi pendidikan.

Human Rights Watch mengatakan dalam laporan tahun 2019 bahwa Institut Konfusius adalah "perpanjangan tangan pemerintah China" yang menyensor diskusi tentang isu-isu sensitif secara politik ke Beijing.

Di Australia, ABC melaporkan pada tahun 2019 bahwa pelamar untuk posisi pengajar sukarela di lembaga tersebut diharuskan menunjukkan kesetiaan politik kepada pemerintah China.

Dr. Jeffrey Gill dari Universitas Flinders, yang mempelajari Institut Konfusius, mengatakan bahwa ia "tidak terkejut" dengan penutupan terbaru tersebut dan bahwa kekhawatiran seputar campur tangan asing "kemungkinan menjadi salah satu faktor". Hal itu ia ungkapkan kepada ABC.

Namun, Dr. Gill mengatakan bahwa ia tidak yakin bahwa Institut Konfusius mempromosikan "propaganda pemerintah China" dan memiliki "pengaruh yang sangat kecil terhadap persepsi China di Australia dan dunia Barat secara lebih luas".


(miq/miq)

Saksikan video di bawah ini:

Video: Produk Kosmetik Lokal Menjamur, Peluang Bisnis Makin Cuan

Next Article Uniqlo Tiba-Tiba Kena Boikot di China, Ini Pemicunya

Read Entire Article
| | | |