Duel Skuad Mewah dan Paket Hemat Jelang Malut United Vs Arema FC

Bola.com, Jakarta - Malut United kembali jadi sorotan jelang laga lanjutan BRI Super League 2025 ketika mereka menjamu Arema FC di Stadion Kie Raha, Ternate, Sabtu (29/11/2025). Klub promosi ini datang dengan status sebagai salah satu tim paling jor-joran dalam membangun skuat, terutama di sektor pemain asing. Empat pilar yang musim lalu membawa Persib Bandung juara Liga 1 langsung direkrut dan diberi peran penting sejak awal musim.

David da Silva, Ciro Alves, Tyronne Del Pino, dan Gustavo Franca menjadi wajah baru Malut United yang membawa reputasi besar. Nilai mereka pun tidak murah, menggambarkan ambisi klub untuk menembus papan atas sejak tahun pertama tampil di kasta tertinggi. Kehadiran empat nama tersebut membuat publik menilai Malut United sebagai salah satu tim dengan komposisi pemain asing paling mentereng musim ini.

Situasinya berbeda jauh dengan Arema FC. Klub berjuluk Singo Edan itu memilih opsi yang lebih hemat dengan mendatangkan pemain asing berlabel nonbintang. Secara nilai pasar, para pemain asing Arema berada jauh di bawah Malut United. Namun, performa mereka di lapangan sejauh ini justru cukup stabil dan efisien, membuat banyak pihak menilai bahwa paket hemat Arema punya efektivitas yang patut diperhitungkan.

Pertemuan ini akhirnya menghadirkan kontras menarik, skuat mewah Malut United melawan paket hemat Arema FC. Namun, seperti sering terjadi di sepak bola, nama besar dan nilai kontrak tidak selalu menjadi penentu hasil pertandingan. Faktor lain seperti kekompakan, kenyamanan taktik, hingga stabilitas internal tim bisa sangat berpengaruh. Bola.com merangkum duel kekuatan pemain asing kedua tim jelang pertandingan panas di Ternate.

Melihat komposisi lini depan Malut United, duet Brasil David da Silva dan Ciro Alves seharusnya tidak membutuhkan banyak waktu untuk kembali menemukan sentuhan terbaiknya. Mereka sudah lama bermain bersama di Persib Bandung, mendapat dukungan Tyronne Del Pino yang juga mantan rekan setim, dan sudah hafal karakter satu sama lain.

Namun, realitanya belum sepenuhnya sesuai harapan. Hingga pekan ini, David dan Ciro masing-masing baru mengoleksi empat gol. Angka itu masih jauh dari ekspektasi untuk pemain yang terbiasa menjadi mesin gol di klub sebelumnya. Padahal, materi pendukung mereka tergolong sangat ideal mulai dari kreativitas Tyronne hingga mobilitas para pemain sayap Malut United.

Dengan kualitas lini serang seperti itu, Malut United seharusnya bisa menjadi salah satu tim paling produktif di Super League. Saat ini mereka masih duduk di posisi ketiga daftar tim tersubur dengan torehan 19 gol. Kondisi ini menunjukkan bahwa para pemain asing Malut United masih butuh waktu untuk menemukan chemistry yang solid, baik antar pemain asing maupun dengan pemain lokal.

Selain itu, kehadiran pelatih Hendri Susilo yang baru memimpin tim musim ini juga mempengaruhi proses adaptasi. Malut United terlihat masih terus mencari formula untuk menyatukan gaya bermain dan karakter individu para bintang yang dimiliki. Situasi tersebut membuat performa David dan Ciro belum mencapai level stabil seperti musim-musim sebelumnya.

Di kubu Arema, nama Dalberto Luan menjadi sorotan utama. Striker Brasil itu tampil luar biasa dengan torehan 10 gol dan sementara menjadi top skor BRI Super League. Musim ini menjadi titik balik bagi Dalberto karena di dua musim sebelumnya ia belum termasuk dalam jajaran penyerang papan atas Liga 1.

Arema benar-benar diuntungkan dengan performa moncer para pemain asingnya yang sebenarnya tidak dibangun dengan biaya besar. Selain Dalberto, ada Valdeci Moreira yang berperan sebagai pengatur serangan dan Luiz Gustavo yang menjaga stabilitas lini belakang. Keduanya tampil konsisten sepanjang musim dan menjadi pilar penting bagi Arema.

Arema sebenarnya masih punya dua pemain asing lain yang juga tampil menonjol, yaitu Betinho Filho dan Matheus Blade. Sayangnya, kedua pemain itu dipastikan absen saat menghadapi Malut United karena sanksi kartu merah yang mereka terima pada laga sebelumnya. Absennya dua nama tersebut jelas menjadi kerugian besar bagi Singo Edan.

Dari sisi produktivitas tim, Arema berada di posisi keempat dengan catatan 18 gol. Capaian ini terbilang impresif mengingat nilai pasar skuat mereka hanya sekitar 47,71 miliar rupiah, kedua paling rendah di liga. Kondisi ini menunjukkan betapa efisiennya manajemen Arema dalam memilih pemain asing. Sebelumnya, mereka juga sukses mengorbitkan nama besar seperti Carlos Fortes dan Gustavo Almeida.