Jakarta, CNBC Indonesia - Direktur Pelaksana Dana Moneter Internasional atau International Monetary Fund (IMF) Kristalina Georgieva mengatakan pihaknya akan terus membantu negara-negara mengelola penyesuaian ekonomi makro dan memajukan reformasi, di tengah tantangan gejolak ketidakpastian yang timbuh akibat perubahan sistem perdagangan global
"Saat ini, 48 negara mengandalkan dukungan neraca pembayaran kami-termasuk Argentina, yang reformasi berorientasi pasarnya kini didukung oleh program terbaru dan terbesar kami," kata Kristalina dalam pidato resminya di Springs Meeting 2025, dikutip dari situs IMF, Jumat (18/4/2025).
Sayangnya, IMF tidak memaparkan daftar negara lainnya. Namun, Argentina telah dikenal sebagai 'pasien langganan' IMF. Sekitar minggu lalu (11/4/2025), pemerintah Argentina di bawah Presiden Javier Milei menyepakati pinjaman senilai US$ 20 miliar dengan IMF. Dalam rilis IMF, Dewan Eksekutif IMF telah menyetujui pengaturan Fasilitas Dana Diperpanjang (Extended Fund Facility/EFF) selama 48 bulan untuk Argentina dengan total US$20 miliar atau 479% dari kuota fasilitasnya.
Dari total tersebut, dana sebesar US$ 12 miliar dicairkan langsung. Adapun, tinjauan pertama direncanakan pada Juni 2025 dengan pencairan terkait sekitar US$ 2 miliar.
"Program ini diharapkan dapat membantu mengkatalisasi dukungan multilateral dan bilateral resmi tambahan, dan akses kembali yang tepat waktu ke pasar modal internasional," kata IMF.
Kondisi global saat ini memang sedang tidak baik-baik saja akibat ketegangan perang dagang yang dipicu oleh kebijakan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump. Namun, Kristalina berkeyakinan tidak akan ada resesi global. Dia hanya melihat kemungkinan besar pelemahan ekonomi.
Dia mengatakan ketegangan hubungan dagang ini hanya akan memicu revisi ke bawah untuk prakiraan ekonomi global.
"Proyeksi pertumbuhan baru kami akan mencakup penurunan harga yang signifikan, tetapi bukan resesi. Kami juga akan melihat kenaikan harga pada prakiraan inflasi untuk beberapa negara," kata Kristalina.
Kendati tidak menimbulkan resesi, dia memperingatkan bahwa ketidakpastian yang tinggi dan berlarut-larut dapat meningkatkan risiko tekanan pasar keuangan.
Dalam kesempatan ini, dia mengingatkan semua negara harus melipatgandakan upaya untuk menata kembali rumah mereka sendiri. Dalam dunia dengan ketidakpastian yang lebih tinggi dan guncangan yang sering terjadi, Kristalina menegaskan tidak ada ruang untuk menunda reformasi guna meningkatkan stabilitas ekonomi dan keuangan serta meningkatkan potensi pertumbuhan.
Menurut Kristalina, perekonomian menghadapi tantangan baru dari posisi awal yang lebih lemah, dengan beban utang publik yang jauh lebih tinggi daripada beberapa tahun yang lalu.
"Karena itu, sebagian besar negara harus mengambil tindakan fiskal yang tegas untuk membangun kembali ruang kebijakan, dengan menetapkan jalur penyesuaian bertahap yang menjaga kerangka fiskal. Namun, beberapa negara mungkin mengalami guncangan yang memerlukan dukungan fiskal baru," paparnya.
Oleh sebab itu, dia menegaskan negara-negara dengan utang publik yang tidak berkelanjutan harus bergerak secara proaktif untuk memulihkan posisi mereka, dengan mengambil keputusan sulit untuk mencari restrukturisasi utang.
"Saya sangat senang untuk memberitahukan bahwa Global Sovereign Debt Roundtable akan segera menerbitkan buku pedoman bagi otoritas negara yang mempertimbangkan restrukturisasi utang-untuk membantu pengambilan keputusan," ujarnya.
(haa/haa)
Saksikan video di bawah ini: