Jakarta, CNBC Indonesia - Bank Indonesia (BI) melihat pertumbuhan ekonomi Indonesia yang mencapai 5% di kondisi dunia yang sedang tidak ideal sebagai sebagai suatu privilege.
"Kita bicara kemudian bagaimana di dalam negeri yang memang masih cukup kuat gitu ya. Tumbuh 5% dalam kondisi saat ini tuh privilege gitu ya," kata Kepala Departemen Kebijakan Makroprudensial BI, Solikin M. Juhro dalam Taklimat Media, di Kantor Bank Indonesia, Senin (22/12/2025).
Sebelumnya Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo mengungkapkan, laju pertumbuhan ekonomi Indonesia akan mengalami perbaikan. Perry mengatakan, ekonomi Indonesia pada 2025 diperkirakan 4,7-5,5% dan akan meningkat 4,9-5,7% pada 2026.
Ekonomi dunia masih penuh dengan risiko gonjang-gonjang pada 2026. Bahkan, ketidakpastian yang sudah dialami sepanjang 2025 akan semakin intens terjadi tahun depan.
Solikin mengatakan bahwa kepastian itu sudah mendapatkan perhatian dari Gubernur BI Perry Warjiyo.
"Sempat disinggung oleh Bapak Gubernur (Bank Indonesia), Anggota Dewan Gubernur bahwasanya memang kita itu menghadapi ketidakpastian yang memang semakin tinggi gitu," katanya.
Solikin menjelaskan pada 2026 ada banyak tantangan yang berpotensi mendisrupsi pertumbuhan ekonomi dunia yang sumbernya luas.
"Itu kita nggak hanya masalah ekonomi tapi juga politik gitu ya. Kita bicara setiap perang tarif gitu ya. Juga kita bicara masalah geopolitical ya. Mulai dulu Ukraina, sampai kita bicara masalah perdagangan. Jadi kalau dilihat di kiri bawah ya policy uncertainty itu juga tinggi-tingginya. Termasuk digabung dengan geopolitical risk, aspek politik, aspek perdagangan dan ini sehingga global policy uncertainty juga tinggi. " ujarnya.
Situasi yang berkembang saat ini adalah mulai terurainya konsolidasi negara yang semakin mengerucut juga memberikan tantangan yang nyata bagi ekonomi dunia tahun depan.
"Di ekonomi dunia ini lambat pertumbuhannya dan fragmented itu istilahnya tadi. Jadi dia pola-pola perdagangan konteks ekonomi itu semakin tidak-tidak multilateralisme tapi lebih ke smaller group gitu ya atau bahkan bilateralisme," katanya.
Kemudian, ada juga tingginya utang publik di berbagai negara yang membuat kondisi keuangan negara tersebut tidak sehat. Tingginya utang pun merata menjangkit negara maju maupun berkembang, tak terkecuali Amerika Serikat.
"Utang-utang publik gitu. Kalau kita lihat Amerika itu juga terdampak juga di dalam konteks kebijakannya sendiri. Sehingga memang menjadikan fiscal deficit-nya juga harus dibiayai dengan utang gitu."
BI memperkirakan ekonomi dunia akan tumbuh 3% year-on-year (yoy) pada 2026 atau lebih lambat dari perkiraan pertumbuhan ekonomi pada 2025 sebesar 3,2% yoy.
(haa/haa)
[Gambas:Video CNBC]































:strip_icc():format(jpeg):watermark(kly-media-production/assets/images/watermarks/bola/watermark-color-landscape-new.png,1125,20,0)/kly-media-production/medias/5339674/original/047240900_1757081733-20250904AA_Timnas_Indonesia_vs_China_Taipei-08.JPG)
:strip_icc():format(jpeg):watermark(kly-media-production/assets/images/watermarks/bola/watermark-color-landscape-new.png,1125,20,0)/kly-media-production/medias/5339916/original/010495200_1757135510-20250904AA_Timnas_Indonessia_Vs_China_Taipei-108.jpg)







:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5310777/original/099498800_1754792417-527569707_18517708213000398_2665174359766286643_n.jpg)






