Fenomena Langka 20 Tahun Terjadi Lagi, Purbaya Mesti Happy Apa Sedih?

2 hours ago 1

Jakarta, CNBC Indonesia - Imbal hasil atau yield Surat Berharga Negara (SBN) dengan tenor 10 tahun kembali mengalami penurunan hingga mencetak level terendahnya sejak Desember 2020.

Melansir data Refinitiv, pada penutupan perdagangan Kamis (16/10/2025), imbal hasil SBN Tenor 10 Tahun mengalami penurunan hingga 1,51% menjadi 5,924% atau turun 9,1 basis poin (bps).

Bahkan penguatan SBN RI telah terjadi sejak awal 2025. Di awal Januri 2025, yield masih berada di level 7,010%, artinya yield SBN RI tenor 10 tahun telah mengalami penurunan sebesar 15% atau turun hingga 108,6 bps.

Seiring dengan penguatan pasar obligasi Tanah Air, terlihat jelas bahwa investor tengah melirik SBN RI. Hal ini dapat terlihat mulai dari kenaikan kepemilikan perbankan dalam SBN serta aliran dana asing yang masuk cukup deras ke pasar SBN yang cukup besar.

Berdasarkan data kepemilikan SBN yang dirilis oleh Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko (DJPPR) Kementerian Keuangan, hingga 15 Oktober 2025 kepemilikan SBN oleh perbankan tercatat mencapai Rp1.342,73 triliun.

Angka tersebut menunjukkan kenaikan signifikan di sepanjang tahun berjalan. Sebagai perbandingan, pada akhir 2024 total kepemilikan bank di SBN masih sebesar Rp1.051,40 triliun, artinya terjadi peningkatan sekitar 27,7% sepanjang 2025.

Meskipun, data kepemilikan SBN oleh bank ini bukan yang tertinggi bila dibandingkan tahun-tahun sebelumnya. Seperti pada akhir 2022, dimana bank tercatat memiliki SBN dengan nilai total Rp1.697,4 triliun atau menjadi yang tertinggi dibandingkan tahun-tahun sebelumnya.

Tren peningkatan kepemilikan SBN oleh bank sendiri sudah terlihat sejak masa pandemi Covid-19 pada 2020. Kala itu, kepemilikan bank di SBN melonjak dari Rp581,3 triliun pada akhir 2019 menjadi Rp1.375,5 triliun pada akhir 2020, atau naik sekitar 137% dalam setahun.

Selain itu, tren kenaikan harga di pasar obligasi pemerintah yang tercermin dari penurunan imbal hasil juga turut dipengaruhi oleh masuknya investor asing secara masif sepanjang 2025.

Tercatat, aliran dana asing (net buy) ke pasar SBN mencapai Rp77,1 triliun hingga pertengahan Oktober 2025.

Dampak Dari Penurunan Imbal Hasil SBN RI

Penurunan imbal hasil obligasi pemerintah ini membawa kabar baik bagi pemerintah. Hal ini dikarenakan, Semakin rendah yield maka semakin ringan biaya bunga utang yang harus di bayarkan pemerintah.

Penurunan imbal hasil obligasi pemerintah membawa kabar baik bagi keuangan negara. Pasalnya, semakin rendah yield SBN, maka semakin ringan pula beban bunga utang yang harus dibayarkan pemerintah.

Pemerintah dapat menerbitkan utang baru dengan biaya bunga yang lebih murah. Serta, beban pembayaran bunga dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) bisa ditekan, sehingga memberikan ruang fiskal yang lebih luas.

Berdasarkan laporan APBN Kita edisi September 2025 yang dirilis oleh Kementerian Keuangan, realisasi imbal hasil SBN tenor 10 tahun tercatat sebesar 6,77 (year-to-date/ytd). Sementara untuk periode September, yield SBN 10 tahun tercatat di level 6,09%.

Kondisi ini memberi sinyal positif bahwa ke depan, beban bunga utang pemerintah berpotensi semakin ringan seiring tren penurunan yield yang berlanjut.

Fenomena Langka

Imbal hasil di bawah 6% merupakan fenomena langka. Dalam catatan Refinitiv sejak 2003 atau 22 tahun terakhir, hanya beberapa kali imbal hasil SBN tenor 10 tahun di bawah 6%.

Dalam 23 tahun hanya ada enam periode, baik panjang dan pendek, di mana SBN bisa menyentuh level 5%. Di antaranya adalah pada  Februari 2012,  Juli-Desember 2012  hingga berlanjut sampai Mei 2013. Setelah lama ada di kisaran 7%, imbal hasil sempat meneyntuh ke bawah 6% pada Desember 2020, Januari 2021 dan Kamis kemarin (16/10/2025).

Bagi pemerintah Indonesia, terutama Menteri Keuangan Purbaya Yudhi Sadewa, fenomena langka ini bisa menjadi kabar positif dan negatif. Di satu sisi, imbal hasil yang melandai akan mengurangi beban bunga utang. Di sisi lain, besarnya dana bank yang masuk ke SBN akhir-akhir ini bisa menjadi warning jika bank lebih senang membeli SBN dibandingkan menyalurkan kredit.

CNBC INDONESIA RESEARCH

[email protected]

(evw/evw)

Read Entire Article
| | | |