Jakarta, CNBC Indonesia - Vatikan mengumumkan, Beato Carlo Acutis dan Beato Pier Giorgio Frassati, dua pemuda Katolik yang dicintai karena iman mereka yang kuat dan kesaksian mereka tentang kekudusan, akan dikanonisasi sebagai Santo atau orang kudus dalam ajaran Katolik secara bersama pada tanggal 7 September.
Tanggal 7 September 2025 ditetapkan dalam konsistori publik biasa pertama para Kardinal masa kepausan Paus Leo XIV, yang diselenggarakan pada 13 Juni di Istana Apostolik, Vatican. Acutis, yang meninggal karena leukemia pada tahun 2006 di usia 15 tahun, akan menjadi orang milenium pertama yang dinyatakan sebagai santo oleh Gereja Katolik.
Kanonisasi Acutis awalnya dijadwalkan pada 27 April dalam Yubileum Remaja Vatikan. Upacara tersebut ditunda setelah wafatnya Paus Fransiskus pada 21 April. Meskipun ada perubahan, ribuan peziarah muda dari seluruh dunia yang telah datang ke Roma untuk kanonisasi Acutis menghadiri pemakaman mendiang Paus dan Misa Yubileum, yang dihadiri sekitar 200.000 orang.
Dalam tindakan yang tak terduga, konsistori juga memutuskan untuk memindahkan tanggal kanonisasi Frassati, yang telah ditetapkan pada tanggal 3 Agustus selama Yubileum Pemuda.
Misa kanonisasi untuk Acutis dan Frassati diperkirakan akan berlangsung di Lapangan Santo Petrus.
Selama konsistori hari Jumat, Dewan Kardinal menyetujui kanonisasi mendatang terhadap tujuh beato lainnya, termasuk Bartolo Longo, José Gregorio Hernández, Peter To Rot, Vincenza Maria Poloni, Ignazio Choukrallah Maloyan, María del Monte Carmelo Rendiles Martínez, dan Maria Troncatti, yang akan dikanonisasi bersama pada tanggal 19 Oktober.
Carlo Acutis: Orang suci millennial pertama
Acutis, seorang remaja Italia yang merupakan ahli coding komputer. Ia meninggal karena kanker pada 2006, dikenal karena pengabdiannya yang besar terhadap kehadiran nyata Yesus dalam Ekaristi.
Ia menjadi orang milenium pertama yang dibeatifikasi oleh Gereja Katolik pada 2020 dan sangat populer di kalangan umat Katolik, terutama kaum muda. Dikenal karena imannya yang mendalam dan kepiawaian digitalnya, Ia menggunakan keterampilan pemrograman komputernya untuk menarik perhatian pada mukjizat Ekaristi di seluruh dunia. Pameran mukjizatnya, yang menampilkan lebih dari 100 mukjizat yang terdokumentasi terkait Ekaristi sepanjang sejarah, telah menjangkau ribuan paroki di lima benua.
Vatikan secara resmi mengakui mukjizat kedua yang dikaitkan dengan perantaraan Acutis pada 23 Mei 2024. Kasus tersebut melibatkan penyembuhan Valeria Valverde, perempuan berusia 21 tahun asal Kosta Rika, yang mengalami cedera otak serius dalam kecelakaan sepeda saat kuliah di Florence pada tahun 2022. Ia diperkirakan tidak akan selamat, tetapi pulih setelah ibunya berdoa memohon perantaraan Acutis di makamnya di Assisi.
Lahir di London pada 1991 dan dibesarkan di Milan, Acutis menghadiri Misa harian sejak usia muda dan sangat bersemangat tentang kehadiran nyata Yesus dalam Ekaristi. Tak lama setelah Komuni pertamanya di usia 7 tahun, Carlo berkata kepada ibunya: "Untuk selalu bersatu dengan Yesus: Inilah rencana hidupku."
Carlo menyebut Ekaristi sebagai "jalanku menuju surga", dan ia mengerahkan segenap daya upayanya untuk mewartakan Kehadiran Nyata. Kesaksiannya menginspirasi orang tuanya untuk kembali mengamalkan iman Katolik dan pengasuhnya yang beragama Hindu untuk bertobat dan dibaptis.
Banyak teman sekelas, sahabat, dan anggota keluarga Carlo bersaksi kepada Vatikan bagaimana ia mendekatkan mereka kepada Tuhan. Ia dikenang karena berkata: "Orang yang menghadap matahari akan menjadi cokelat; orang yang menghadap Ekaristi akan menjadi orang kudus."
Sesaat sebelum kematiannya, Acutis mempersembahkan penderitaannya akibat kanker "untuk Paus dan Gereja" dan menyatakan keinginannya untuk "langsung ke surga."
Dikenal sebagai anak yang ceria dan baik hati, serta mencintai hewan, video game, dan teknologi, kehidupan Acutis telah menginspirasi pembuatan film dokumenter, proyek evangelisasi digital, dan pendirian sekolah-sekolah atas namanya. Warisannya terus bergema kuat di kalangan generasi baru umat Katolik.
Frassati, yang meninggal pada usia 24 tahun pada 1925, juga dicintai oleh banyak orang saat ini karena kesaksiannya yang antusias terhadap kekudusan yang mencapai "tempat tertinggi."
Pemuda dari kota Turin, Italia utara, ini adalah seorang pendaki gunung yang bersemangat dan anggota Ordo Dominikan Ketiga yang terkenal karena kegiatan amalnya.
Lahir pada Sabtu Suci, 6 April 1901, Frassati adalah putra pendiri dan direktur surat kabar Italia La Stampa.
Pada usia 17 tahun, ia bergabung dengan Serikat St. Vincent de Paul dan mendedikasikan sebagian besar waktu luangnya untuk mengurus orang miskin, tuna wisma, dan orang sakit serta para prajurit yang didemobilisasi yang kembali dari Perang Dunia I.
Frassati juga terlibat dalam Kerasulan Doa dan Aksi Katolik. Ia memperoleh izin untuk menerima Komuni setiap hari.
Pada foto pendakian terakhirnya, Frassati menuliskan frasa "Verso L'Alto," yang berarti "menuju ketinggian." Frasa ini telah menjadi motto bagi umat Katolik yang terinspirasi oleh Frassati untuk berjuang mencapai puncak kehidupan abadi bersama Kristus.
Frassati meninggal karena polio pada tanggal 4 Juli 1925. Dokternya kemudian berspekulasi bahwa pemuda itu terjangkit polio saat melayani orang sakit.
Paus Yohanes Paulus II, yang membeatifikasi Frassati pada tahun 1990, menyebutnya sebagai "manusia Delapan Sabda Bahagia", menggambarkannya sebagai "yang sepenuhnya tenggelam dalam misteri Tuhan dan sepenuhnya mengabdikan diri untuk pelayanan terus-menerus kepada sesama."
Foto: Koalse foto Carlo Acutis dan Pier Giorgio Frassati. (Dok. carloacutis dan rifugiofrassati)
Koalse foto Carlo Acutis dan Pier Giorgio Frassati. (Dok. carloacutis dan rifugiofrassati)
Jalan Menjadi Santo-Santa atau Orang Kudus
Setidaknya ada lima tahap dalam proses menjadi orang Kudus atau Santo dalam ajaran Katolik.
Pertama, Proses untuk menjadikan seseorang orang suci biasanya tidak dapat dimulai hingga setidaknya lima tahun setelah kematiannya.
Hal ini dimaksudkan untuk memberikan waktu bagi emosi pasca kematian untuk menenangkan diri, dan untuk memastikan bahwa kasus individu dapat dievaluasi secara objektif.
Kedua, setelah lima tahun berlalu, atau keringanan diberikan, uskup di keuskupan tempat orang tersebut meninggal dapat membuka penyelidikan terhadap kehidupan individu tersebut, untuk melihat apakah mereka menjalani hidup dengan cukup suci dan berbudi luhur untuk dianggap sebagai orang suci.
Kelompok agama lain di keuskupan juga dapat meminta uskup untuk membuka penyelidikan.
Bukti dikumpulkan mengenai kehidupan dan perbuatan seseorang, termasuk kesaksian para saksi.
Jika ada bukti yang cukup, uskup meminta izin kepada Kongregasi Penggelaran Orang Kudus, departemen yang memberikan rekomendasi kepada Paus mengenai orang kudus, untuk membuka kasus tersebut.
Setelah kasusnya diterima untuk dipertimbangkan, individu tersebut dapat disebut sebagai "hamba Tuhan".
Kongregasi untuk Penggelaran Orang Kudus meneliti bukti kekudusan, pekerjaan, dan tanda-tanda sang kandidat yang membuat orang tertarik untuk berdoa melalui teladan mereka.
Jika Kongregasi menyetujui kasus tersebut, kasus tersebut akan diserahkan kepada Paus.
Jika Paus memutuskan bahwa orang tersebut menjalani kehidupan dengan "kebajikan heroik", maka mereka dapat disebut "terhormat".
Tahap keempat penyelidikan mukjizat yang perlu dikaitkan dengan doa yang dipanjatkan kepada individu tersebut setelah kematiannya.
Doa yang dikabulkan dipandang sebagai bukti bahwa individu tersebut sudah berada di surga, dan karenanya mampu menjadi perantara kepada Tuhan atas nama orang lain. Kejadian perlu melalui verifikasi bukti sebelum diterima sebagai mukjizat.
Contohnya adalah Yohanes Paulus II, para ahli Vatikan memeriksa bukti medis atas dugaan penyembuhan ajaib dari Penyakit Parkinson yang dialami seorang biarawati Prancis berusia 49 tahun, Suster Marie Simon-Pierre Normand . Suster Marie mengatakan bahwa ia dan rekan-rekan biarawatinya berdoa memohon perantaraan Paus Yohanes Paulus II setelah wafatnya. Vatikan menyatakan bahwa penyembuhan mendadak yang dialaminya tidak memiliki penjelasan medis yang logis.
Setelah beatifikasi, kandidat diberi gelar "diberkati". Ada satu pengecualian terhadap persyaratan mukjizat - seorang martir, seseorang yang meninggal karena imannya, dapat dibeatifikasi tanpa mukjizat yang diverifikasi.
Tahap kelima yakni Kanonisasi adalah langkah terakhir dalam mendeklarasikan orang yang telah meninggal sebagai orang kudus. Untuk mencapai tahap ini, mukjizat kedua biasanya perlu dikaitkan dengan doa-doa yang dipanjatkan kepada calon tersebut setelah mereka dibeatifikasi. Namun, para martir hanya memerlukan satu mukjizat yang terverifikasi untuk menjadi orang suci.
(ras/ras)