Halmahera Selatan, CNBC Indonesia - PT Trimegah Bangun Persada Tbk atau Harita Nickel berkomitmen melaksanakan reklamasi pasca tambang. Gak tanggung-tanggung, tahun ini perusahaan akan melakukan reklamasi hingga 66 hektare (Ha).
Mengacu data,sejak 2017 hingga kuartal I-2025, Harita sudah melakukan reklamasi pasca tambang hingga mencapai 105 Hektare. Nah, yang berbeda, kegiatan reklamasi yang dilakukan Harita tak perlu menunggu Izin Usaha Pertambangan (IUP) berakhir.
Metode reklamasi yang dilakukan sangat cepat, di mana begitu tambang sudah selesai ditambang, maka perusahaan akan melakukan penghijauan dengan penanaman pohon kembali. Alhasil, lahan tersebut tidak lagi terlihat seperti pernah ditambang.
Environment and Business Improvement Manager Harita Nickel, Dedy Amrin mengungkapkan, kegiatan reklamasi menggunakan pohon jenis cemara laut, kayu putih, ketapang, kayu nani, hingga pohon gofasa. "Untuk melakukan reklamasi, perusahaan mengucurkan dana sekitar Rp 250 juta per hektare," terang Dedy Amrin saat ditemui di Area Pertambangan Harita Nikel, Obi, Halmahera Selatan, Maluku, dikutip Sabtu (14/6/2025).
Kegiatan reklamasi tak terlepas dari tantangan, Dedy membeberkan, salah satunya adalah erosi dan sedimentasi. Untuk mengatasi dampak seperti erosi dan sedimentasi, Harita Nickel membangun kolam endapan 2 juta meter kubik air limpasan tambang di atas lahan 43 hektare.
Lumpur hasil endapan disaring, dikeringkan, lalu dipakai untuk menutup lahan bekas tambang sebagai dasar media tanam. Perusahaan juga membangun pusat pembibitan pohon yang diberi nama Loji Central Nursery. Di sinilah semua bibit pohon untuk reklamasi disiapkan, mulai dari biji. "Reklamasi itu bukan cuma tanam pohon, tapi bangun ekosistem juga," kata Dedy Amrin.
Foto: Area Tambang, Smelter Feronikel dan HPAL Harita Nikel di Obi, Halmahera Selatan, Jumat (13/6/2025). (CNBC Indonesia/Pratama Guitarra)
Area Tambang, Smelter Feronikel dan HPAL Harita Nikel di Obi, Halmahera Selatan, Jumat (13/6/2025). (CNBC Indonesia/Pratama Guitarra)
Kata dia, bibit ditanam dalam polibag berisi pupuk dari kotoran sapi. Ada shade house, greenhouse hidroponik, hingga gudang pupuk dan laboratorium lingkungan. "Kami juga pernah panen pokcay dan juga menanam pohon buah-buahan seperti pisang buat konsumsi karyawan," kata Mokhamad Rifai, Reclamation Superintendent Harita Nickel .
Sementara itu, Harita Nickel juga melakukan pemanfaatan ulang slag nikel, produk sisa hasil peleburan, sebagai material pembuatan bata, batako, kubus berongga, dan infrastruktur jalan.
Slag nikel digunakan dalam berbagai konstruksi, seperti pembuatan jalan dan pembuatan drainase. Total penggunaan beton slag nikel sebesar 409.715 m2
Adapun tailing merupakan produk sampingan dari proses HPAL yang terdiri dari padatan rendah dan kandungan air tinggi. "Kami menerapkan sistem Dry Stack yang ramah lingkungan untuk menangani tailing ini, dengan tahap proses Netralisasi ,pemadatan dengan Filter Press dan Pengolahan Air Lanjutan," katanya.
Kapasitas dry stack terkini adalah 49 juta ton/25 juta meter kubik. Sementara itu, total penggunaan slag nikel adalah 412.026 m2.
(pgr/pgr)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Harita Fokus Efisiensi Operasi, Cetak Laba Rp1,66 T di Kuartal I-2025