Jakarta, CNBC Indonesia - Tahun 2025 menjadi periode berat bagi industri otomotif nasional.
Kombinasi dari suku bunga acuan yang masih cukup tinggi, perlambatan ekonomi dan daya beli konsumen yang belum pulih sepenuhnya telah memberikan tekanan signifikan pada penjualan kendaraan roda empat.
Berdasarkan data GAIKINDO, penjualan mobil wholesales (dari pabrik ke dealer) selama sembilan bulan pertama tahun 2025 (Januari-September) tercatat hanya 561.825 unit.
Angka ini menunjukkan kontraksi sebesar 11,3% dibandingkan periode yang sama tahun lalu (Januari-September 2024), yang mencatatkan penjualan 633.660 unit.
Kelesuan pasar ini secara logis menjadi sentimen pemberat bagi para emiten distributor. Namun, rilis Laporan Keuangan Kuartal III-2025 yang dipublikasikan para emiten di Bursa Efek Indonesia (BEI) menceritakan sebuah kisah yang terbelah.
Di saat pasar induknya lesu, ada emiten yang berhasil bertahan berkat diversifikasi, ada yang tertekan namun diselamatkan oleh efisiensi, dan ada yang secara mengejutkan berhasil tumbuh positif.
Berikut adalah bedah kinerja komprehensif dari para pemain utama di sektor otomotif.
Pemain Mobil Baru: Antara Bertahan dan Melawan Arus
Kinerja emiten penjual mobil baru sangat bervariasi, mencerminkan strategi dan struktur bisnis mereka yang berbeda.
ASII (Astra International): Sang Raksasa Otomotif Indonesia
Sebagai grup dengan pangsa pasar terbesar di Indonesia, PT Astra International Tbk (ASII) tidak kebal terhadap perlambatan pasar. Namun, skala dan diversifikasi bisnisnya menjadi peredam guncangan yang efektif.
Kinerja ASII selama Januari-September 2025 menunjukkan resiliensi yang kuat:
Pendapatan bersih konsolidasian tercatat relatif stabil, hanya turun tipis 1,1% menjadi Rp 243,61 triliun. Kinerja ini jauh lebih baik daripada pasar mobil GAIKINDO yang terkontraksi 11,3%, menunjukkan kontribusi kuat dari segmen non-otomotif seperti alat berat dan pertambangan.
Laba bersih yang diatribusikan kepada induk perusahaan terkoreksi wajar sebesar 5,3% menjadi Rp 24,47 triliun.
Penurunan laba ASII mencerminkan dampak langsung dari penurunan volume penjualan di segmen otomotif. Namun, diversifikasi bisnisnya berhasil mencegah penurunan yang lebih dalam, membuktikan model bisnis holding multi-sektor mereka efektif dalam meredam volatilitas di satu segmen.
IMAS (Indomobil Sukses Internasional): Tumbuh di Tengah Kelesuan
Berbeda dengan Astra dan pasar secara umum, PT Indomobil Sukses Internasional Tbk (IMAS) justru mencatatkan pertumbuhan yang solid. Emiten yang memegang merek seperti Suzuki, Nissan, dan KIA ini tampil sebagai anomali.
Pendapatan bersih IMAS selama Januari-September 2025 tercatat naik 4,6% YoY menjadi Rp 22,72 triliun. Pertumbuhan ini didukung oleh segmen "Mobil dan Motor" yang naik menjadi Rp 3,49 triliun (dari Rp 2,80 triliun) dan "Truk dan Alat Berat" yang naik menjadi Rp 9,39 triliun (dari Rp 10,13 triliun).
Yang lebih menonjol adalah lonjakan laba bersihnya. Laba yang diatribusikan kepada induk melesat 216% menjadi Rp 257,6 miliar. Kenaikan profitabilitas ini tidak hanya didorong oleh pertumbuhan pendapatan, tetapi juga ditopang oleh kenaikan "Pendapatan Lainnya" yang melonjak menjadi Rp 908,9 miliar.
CARS (Bintraco Dharma): Penjualan Tertekan, Laba Selamat
PT Industri dan Perdagangan Bintraco Dharma Tbk (CARS) memberikan gambaran paling jujur mengenai tekanan yang dihadapi dealer regional. Sebagai dealer utama Toyota (Nasmoco) di Jawa Tengah dan DIY, kinerja CARS sangat terekspos pada penjualan unit baru.
Pendapatan bersih CARS anjlok 23,9% YoY menjadi Rp 3,47 triliun. Penurunan ini sejalan, bahkan sedikit lebih dalam, dari kontraksi pasar nasional. Ajaibnya, laba bersih mereka nyaris tidak bergerak. Laba yang diatribusikan kepada induk hanya turun tipis 1,4% menjadi Rp 135 miliar.
Laba bersih ini diselamatkan oleh dua faktor utama. Pertama, efisiensi operasional yang ketat, di mana Beban Pokok Penjualan berhasil ditekan secara signifikan. Kedua, lonjakan drastis pada pos "Pendapatan Lainnya" yang naik lebih dari dua kali lipat menjadi Rp 110,8 miliar.
Segmen Lain: Motor dan Pasar Mobil Bekas
Di luar mobil baru, pasar roda dua dan pasar mobil bekas memiliki ceritanya sendiri.
MPMX (Mitra Pinasthika Mustika): Pasar Roda Dua Ikut Mendingin
Perlambatan daya beli tampaknya tidak hanya melanda roda empat. PT Mitra Pinasthika Mustika Tbk (MPMX), yang bisnis intinya adalah distribusi motor Honda, juga merasakan dampaknya.
Pendapatan MPMX selama Januari-September 2025 turun 3,1% menjadi Rp 11,47 triliun. Penurunan ini sebagian besar disumbang oleh penjualan sepeda motor yang turun dari Rp 11,62 triliun menjadi Rp 11,29 triliun. Sejalan dengan itu, laba bersih perusahaan juga terkoreksi 7,7% menjadi Rp 406,7 miliar.
ASLC (Autopedia Sukses Lestari): Volume Naik, Margin Tertekan
Kisah paling kontras datang dari pasar mobil bekas, yang diwakili oleh PT Autopedia Sukses Lestari Tbk (ASLC). Sesuai dengan teori ekonomi, ketika kredit mobil baru mahal, permintaan mobil bekas meningkat.
Hal ini tercermin jelas pada pendapatan ASLC yang berhasil tumbuh 15,3% YoY menjadi Rp 713 miliar. Pertumbuhan ini didorong oleh segmen "Pendapatan penjualan kendaraan bekas" yang melonjak dari Rp 416,8 miliar menjadi Rp 506,4 miliar.
Namun, pertumbuhan pendapatan ini harus dibayar mahal. Laba bersih ASLC justru turun 25,5% menjadi Rp 30 miliar. Penyebabnya adalah margin yang tergerus. Beban Pokok Penjualan (COGS) ASLC membengkak 22,5%, jauh lebih cepat dari kenaikan pendapatannya.
Ini mengindikasikan bahwa untuk merebut volume penjualan di pasar mobil bekas yang kompetitif, ASLC harus rela mengorbankan profitabilitas, kemungkinan besar melalui perang harga atau peningkatan biaya untuk mendapatkan unit lelang.
Outlook: Menanti Momentum Akhir Tahun
Laporan keuangan Januari-September 2025 mengonfirmasi bahwa pasar otomotif berada dalam fase defensif. Emiten dealer murni seperti CARS paling merasakan tekanan, sementara holding terdiversifikasi seperti ASII mampu bertahan lebih baik.
Kelesuan ini jelas dipicu oleh faktor utama yaitu suku bunga tinggi dan kehati-hatian konsumen dalam mengambil kredit. Namun dengan adanya pemulihan dari total penjualan otomotif di Indonesia ini mampu membuat harga saham emiten otomotif mengalami peningkatan sejak April 2025, dengan catatan PER PBV yang masih tetap tergolong rendah.
Namun, harapan baru muncul dari data Gaikindo terbaru. Setelah sembilan bulan yang lesu, penjualan mobil pada Oktober 2025 tercatat 74.019 unit. Angka ini melonjak 19,2% dibandingkan penjualan September (62.077 unit), menjadi salah satu angka bulanan tertinggi tahun ini.
Pertanyaan besarnya adalah apakah lonjakan di bulan Oktober ini adalah sinyal pembalikan arah yang berkelanjutan, atau hanya efek jangka pendek dari pameran otomotif dan diskon besar-besaran jelang akhir tahun?
Investor akan mengamati dengan cermat data penjualan November dan Desember untuk melihat apakah momentum ini dapat berlanjut. Pemulihan industri yang sesungguhnya tampaknya masih harus menunggu beberapa waktu lagi.
Dengan stimulus kredit Kementerian Keuangan yang sudah terlihat pada bulan Oktober dan juga pelonggaran suku bunga tambahan serta keadaan makroekonomi yang mulai membaik diharapkan mampu membantu supply chain lebih terjaga sehingga mampu menekan harga dari penjualan mobil itu sendiri.
-
Sanggahan: Artikel ini adalah produk jurnalistik berupa pandangan CNBC Indonesia Research. Analisis ini tidak bertujuan mengajak pembaca untuk membeli, menahan, atau menjual produk atau sektor investasi terkait. Keputusan sepenuhnya ada pada diri pembaca, sehingga kami tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan tersebut.
CNBC INDONESIA RESEARCH
(gls/gls)




























:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5319082/original/060228700_1755504247-pspr.jpg)

:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5285579/original/071930200_1752717808-ChatGPT_Image_Jul_16__2025__11_01_37_AM.jpg)

:strip_icc():format(jpeg):watermark(kly-media-production/assets/images/watermarks/bola/watermark-color-landscape-new.png,1125,20,0)/kly-media-production/medias/5284222/original/004291500_1752589801-Timnas_Indonesia_U-23_Vs_Brunei_Darussalam_U-23-6.jpg)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/4860504/original/051850500_1718115963-Malut_United_-_Ilustrasi_Logo_Malut_United_copy.jpg)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/4809513/original/037230800_1713799872-Timnas_Indonesia_-_Nathan_Tjoe-A-On_dan_Justin_Hubner_copy.jpg)
:strip_icc():format(jpeg):watermark(kly-media-production/assets/images/watermarks/bola/watermark-color-landscape-new.png,1125,20,0)/kly-media-production/medias/5271468/original/063988200_1751511729-Timnas_Putri_Indonesia_vs_Pakistan-15.jpg)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5267473/original/070195100_1751106521-WhatsApp_Image_2025-06-28_at_17.14.16_c8077174.jpg)


:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/4922579/original/022348900_1724078961-Persik_Kediri_-_Ilustrasi_Logo_Persik_Kediri_2024_copy.jpg)
:strip_icc():format(jpeg):watermark(kly-media-production/assets/images/watermarks/bola/watermark-color-landscape-new.png,1125,20,0)/kly-media-production/medias/5284203/original/025207900_1752587520-1000251979__1_.jpg)

:strip_icc():format(jpeg):watermark(kly-media-production/assets/images/watermarks/bola/watermark-color-landscape-new.png,1125,20,0)/kly-media-production/medias/5284236/original/088370400_1752591890-20250715AA_Piala_AFF_U-23_Timnas_Indonesia_U-23_vs_Brunei-09.JPG)
:strip_icc():format(jpeg):watermark(kly-media-production/assets/images/watermarks/bola/watermark-color-landscape-new.png,1125,20,0)/kly-media-production/medias/5244173/original/074731200_1749138686-20250605BL_Timnas_Indonesia_Vs_China_Kualifikasi_Piala_Dunia_2026-23.JPG)
:strip_icc():format(jpeg):watermark(kly-media-production/assets/images/watermarks/bola/watermark-color-landscape-new.png,1125,20,0)/kly-media-production/medias/5284259/original/085124800_1752594152-Untitled_Project__4_.jpg)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5284158/original/026824100_1752581114-Persis.jpeg)
