Ini Untung Rugi Efek Bulog Beli Gabah Petani Besar-besaran

4 hours ago 2

Jakarta, CNBC Indonesia - Kebijakan yang menugaskan Perum Bulog menyerap gabah dalam jumlah besar menuai berbagai dampak di lapangan. Pengamat Pertanian yang sekaligus Pengurus Pusat Perhimpunan Ekonomi Pertanian Indonesia (Perhepi) Khudori menilai langkah ini membawa untung bagi petani, tetapi juga menimbulkan efek samping serius bagi ekosistem perberasan nasional.

"Dengan Bulog wajib menyerap dalam bentuk gabah yang jumlahnya besar itu, karena infrastrukturnya terbatas, mau tidak mau dia harus menggandeng mitra, dalam hal ini adalah penggilingan. Ini dampaknya macam-macam," ujar Khudori dalam webinar PERHEPI, Senin (14/7/2025).

Ia menyebut petani memang sangat diuntungkan karena Bulog dan bahkan swasta wajib membeli gabah tanpa memperhatikan kualitas. "Tapi, ini kan kebijakan yang tidak mendidik. Kebijakan yang membuka perilaku culas, perilaku moral hazard. Dan itu terasa betul di awal-awal penyerapan, di Februari-Maret," jelasnya.

Menurut Khudori, banyak petani yang justru melakukan panen dini meskipun padi belum siap. Kadar air tinggi, mutu gabah rendah, namun tetap diterima Bulog karena tak ada standar kualitas yang dipersyaratkan.

"Gabah buruk pun itu disetor ke Bulog. Dan kalau Bulog tidak mau menerima, ya bisa di-foto, bisa di-video, di-viralkan. Dan Bulog akan di-bully," ucap dia.

Di sisi lain, dengan kurang memadainya infrastruktur yang dimiliki Bulog, maka penggilingan padi kecil diuntungkan, karena dapat menjadi mitra Bulog dalam sistem maklon-dengan cara mengolah gabah jadi beras tanpa modal dan tetap mendapatkan pembayaran.

"Ini buat penggilingan-penggilingan padi kecil yang selama ini tidak bisa bekerja, itu sangat menarik. Karena mereka tanpa modal, dan pasti cuan," kata Khudori.

Namun, ia menyoroti harga yang tidak rasional dalam skema ini. "Dengan harga gabah Rp6.500 (per kg), terus pembelian beras di gudang Bulog Rp12.000 (per kg), itu enggak masuk harganya. Minimal mestinya Rp13.000 per kg," ujarnya.

Inilah sebabnya, sebagian besar pengadaan Bulog tahun ini lebih banyak dalam bentuk gabah. "Saya kira, pengadaan Bulog tahun ini kira-kira mungkin sepertiga hanya dalam bentuk beras, sisanya dalam bentuk gabah," lanjut dia.

Khudori juga mengungkapkan, meskipun stok cadangan beras pemerintah (CBP) memecahkan rekor, namun penyaluran ke pasarnya minim, sehingga membuat harga beras di tingkat konsumen jadi terkerek naik.

"Sebagian besar surplus produksi itu diserap oleh Bulog, sementara swasta itu hanya kebagian sisa-sisa. Dan kita semua tahu, yang diserap Bulog itu tidak disalurkan," ucapnya.

Kondisi ini menyebabkan harga beras terus naik hingga melebihi Harga Eceran Tertinggi (HET). "Sebetulnya tugas pemerintah kan bukan hanya memastikan stok, tapi juga mengendalikan harga. Nah, ketika stok itu hanya ditahan dan ditumpuk saja untuk memecahkan rekor, inilah yang terjadi," tukas dia.

Ia menilai situasi ini turut menyumbang inflasi, dan menciptakan ketidakseimbangan insentif dalam ekosistem perberasan. "Pemerintah menaikkan HPP (harga pokok penjualan gabah) gabah 3 kali, tapi HET (harga eceran tertinggi) beras hanya 2 kali. Secara keseluruhan, saya kira ekosistem perberasan kita terkoyak, dan ini nggak mudah untuk memulihkannya," ujar Khudori.

Lebih lanjut, ia juga menyinggung soal kualitas dan harga beras Bulog yang tak lagi kompetitif. "Kalau HPP Bulog itu Rp13.800 (per kg), itu berarti di atas harga pasar, di atas HET. Kalau dijual dengan harga itu, penetrasi di pasar pasti akan rendah. Dan itu kualitasnya kualitas medium," ungkap Khudori.

Situasi ini dinilai akan menurunkan persepsi konsumen. "Kalau dibandingkan dengan SPHP dua tahun terakhir yang kualitasnya itu premium, pasti akan terjadi penurunan kualitas di level konsumen. Ini nggak mudah, saya kira, memanage harapan konsumen," pungkasnya.

Pengamat Pertanian Khudori, dala webinar PERHEPI, Senin (14/7/2025). (Tangkapan Layar Zoom)Foto: Pengamat Pertanian Khudori, dala webinar PERHEPI, Senin (14/7/2025). (Tangkapan Layar Zoom)
Pengamat Pertanian Khudori, dala webinar PERHEPI, Senin (14/7/2025). (Tangkapan Layar Zoom)


(dce)
[Gambas:Video CNBC]

Next Article Anggaran Beli Padi Petani Cair, Bulog Langsung Cash & Carry di Sawah

Read Entire Article
| | | |