Keraguan Investor Terjawab, Defisit APBN Aman di Bawah 3%

3 hours ago 1

Jakarta, CNBC Indonesia - Defisit Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) di bawah 3% saat ini menjadi harga mati bagi Menteri Keuangan Purbaya Yudhi Sadewa.

Komitmen yang ia lontarkan itu rupanya memberi rasa tenang kepada investor yang sempat ada keraguan terhadap kondisi fiskal negara di tengah ketidakpastian ekonomi global.

Komitmen menjaga defisit 3% disampaikan Purbaya kepada investor pemegang surat utang pemerintah yang terdiri dari perbankan hingga sekuritas dalam acara Investor Meeting di Direktorat Jenderal Pajak (DJP), pada pekan lalu, tepatnya Senin (13/10/2025).

"Mereka ingin tahu gimana sih saya me-manage ekonomi ke depan, ngaco apa nggak," kata Purbaya.

"Jadi saya bilang ke mereka, saya nggak akan ceroboh menembus batas 3% dari PDB untuk defisit," tegasnya lagi dikutip Senin (20/10/2025).

Sebagai informasi, defisit APBN mencapai Rp 371,5 triliun, atau 1,56% dari PDB per 30 September 2025. Adapun, target defisit APBN 2025 mencapai 2,78%.

Hal ini dipaparkan Purbaya dalam konferensi pers APBN KITA Edisi Oktober 2025, Selasa (14/10/2025). Sementara itu, keseimbangan primer mencapai Rp18 triliun per 30 September 2025.

"Kinerja APBN tetap terjaga dengan defisit 1,56% dari PDB dan keseimbangan primer yang positif," kata Purbaya dalam konferensi pers APBN KITA Edisi Oktober 2025, Selasa (14/10/2025).

Janji Purbaya

Janji Purbaya soal jaga defisit fiskal di bawah 3% tidak hanya gumam belaka. Salah satu tindakan konkritnya adalah "mengancam" realokasi anggaran kementerian dan lembaga (K/L) yang lelet membelanjakan anggarannya alias memiliki serapan rendah.

Ia mengatakan bahwa realokasi tersebut bisa dialihkan ke pos lain yang memang langsung dirasakan masyarakat dan mempercepat pertumbuhan ekonomi

Realokasi anggaran K/L yang tidak mampu melakukan serapan optimal adalah salah satu cara disiplin fiskal yang dilakukan oleh Purbaya.

Menurutnya, anggaran belanja pemerintah yang menganggur atau tak terserap justru menjadi beban tersendiri bagi pemerintah karena harus membayar bunga penempatan dananya.

"Kalau besar-besar nganggur, saya ambil. Karena kan saya bayar kan? Saya bayar bunga kan? Saya bayar sekarang 6%. Setiap 100 triliun nganggur, saya bayar berapa? Bayar 6 triliun kan? Rugi saya," ucap Purbaya.

Purbaya mengatakan hal tersebut seraya menegaskan bahwa bagi K/L yang masih memiliki serapan rendah harus melakukan percepatan belanja. Adapun percepatan tersebut dengan catatan harus akurat, tepat waktu, dan tidak dikorupsi.

Menteri Keuangan juga mengatakan manfaat dari realokasi anggaran menganggur bisa bisa digunakan untuk mengurangi utang atau membayar cicilan utang.

"Saya pindahkan anggarannya ke tempat yang lain atau saya kurangin utang atau saya pegang untuk bayar utang," katanya dikutip Senin (20/10/2025).

Meskipun Purbaya memiliki komitmen kuat menjaga defisit di bawah 3%, ia membuka peluang untuk menambah defisit APBN. Tentunya dengan syarat kondisi tertentu.

Ia mengungkapkan defisit APBN bisa diperlebar jika pertumbuhan ekonomi bisa melaju lebih kencang, sesuai target Presiden Prabowo Subianto di level 8%. Saat itu, kebutuhan ekspansi fiskal ia sebut tentu akan meningkat, dan pembiayaan anggaran juga akan berubah.

"Walaupun standar Eropa, standar Amerika, sudah dilanggar semua (rasio utang di atas 40% PDB, mereka sudah geser. Tapi saya akan pake rule mereka yang paling strict. Nanti kalau ekonomi kita udah tumbuh makin kenceng, baru kita lihat kita perlu itu apa enggak," ujar Purbaya Dalam pertemuan dengan para investor atau bond holder pemerintah, dalam acara investor meeting di Kantor Pusat Direktorat Jenderal Pajak (DJP), Senin (13/10/2025).


(haa/haa)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Sri Mulyani Ungkap APBN Berbalik Surplus Rp 4,3 Triliun di April 2025

Read Entire Article
| | | |