Konser K-pop Jadi Strategi Baru China Menangkan Perang Dagang

5 hours ago 3

Jakarta, CNBC Indonesia - Setelah nyaris satu dekade absen dari daratan China akibat larangan tak resmi, konser K-pop tampaknya akan kembali menghentak panggung Negeri Tiongkok. Ini ditandai dengan pengumuman konser grup K-pop Epex di Fuzhou, Provinsi Fujian pada 31 Mei 2025.

Ini akan menjadi konser perdana grup K-pop yang sepenuhnya beranggotakan orang Korea di China sejak 2016. Tak hanya itu, menurut Asosiasi Produser Hiburan Korea, acara tahunan K-pop terbesar di Korea Selatan, Dream Concert, juga direncanakan digelar pada 26 September di stadion berkapasitas 40 ribu kursi di Provinsi Hainan, China.

Langkah ini diyakini sebagai sinyal pelonggaran larangan tak resmi terhadap konten hiburan Korea Selatan yang diberlakukan China sejak 2016, tepatnya sejak penempatan sistem pertahanan rudal THAAD oleh Korea Selatan, sebuah langkah yang dianggap Beijing sebagai ancaman terhadap keamanannya. Menurut analis CGS International Securities Hong Kong, Oh Jiwoo, perubahan kebijakan ini merupakan bagian dari strategi China untuk mendorong kembali konsumsi domestik yang lesu.

"Pemerintah mulai mempromosikan acara budaya termasuk konser musik asing untuk menggairahkan sektor pariwisata, perhotelan, dan perdagangan lokal," ujar Oh Jiwoo dikutip laman CNBC International, Senin (5/5/2025).

Data menunjukkan konsumsi budaya pernah menyumbang hampir 70% terhadap pertumbuhan PDB China pada 2018, namun kini anjlok di bawah 30%. Untuk itu, Kementerian Budaya dan Pariwisata China telah mengeluarkan seruan untuk mendorong lebih banyak acara budaya.

Tak hanya berdampak ekonomi, pendekatan ini juga disebut sebagai bagian dari strategi diplomasi budaya China dalam merajut kembali hubungan dengan negara-negara tetangga, termasuk Korea Selatan. Analis Citi, John Wu dan Alicia Yap, menilai pembukaan kembali akses terhadap K-pop berpotensi memulihkan aliran pendapatan berbasis penggemar dan memperkuat kerja sama kawasan.

Oh Jiwoo juga menambahkan, pasar musik China merupakan yang terbesar kedua di Asia dan pasar ekspor album terbesar ketiga bagi Korea Selatan, setelah Jepang dan Amerika Serikat. Artinya, potensi ekonomi dari pelonggaran ini sangat besar.

Sektor hiburan pun dinilai lebih tahan terhadap perang dagang dibanding sektor ekspor utama Korea Selatan lainnya seperti semikonduktor dan otomotif.

"Sumber pendapatan utama K-pop, streaming, konser, dan konten penggemar bersifat digital dan tak berwujud, sehingga tidak terdampak langsung oleh tarif perdagangan lintas negara," kata Oh.

Kebangkitan K-pop juga menjadi harapan baru di tengah tekanan pada saham empat agensi terbesar yaitu HYBE, SM, YG, dan JYP yang mengalami penurunan pada 2024 meski masih memiliki basis penggemar global yang kuat. Namun, pada awal 2025, saham ketiganya menunjukkan tanda-tanda pemulihan signifikan.

Analis CHS Joshua Kim memprediksi, jika larangan terhadap artis Korea benar-benar dicabut, China diperkirakan bisa menyumbang lebih dari 25% pendapatan konser K-pop pada 2025, mengungguli kontribusi tahun 2016. Pasar konser China sendiri, menurut ia, melonjak dari US$2,9 miliar pada 2019 menjadi US$8 miliar pada 2024.

Kehadiran Epex di Fuzhou disebut Oh sebagai "uji coba kebijakan" yang dapat membuka jalan bagi konser grup-grup papan atas. Beberapa acara berskala lebih kecil oleh Twice dan IVE di Shanghai juga menunjukkan adanya transisi bertahap menuju pembukaan penuh.

"Dengan agensi besar seperti HYBE, JYP, SM, dan YG sudah siap dengan tur global, mereka kemungkinan akan bergerak cepat memonetisasi permintaan di China," kata Oh.

Mengutip lagu 2NE1 rilisan 2009 dari YG Entertainment, K-pop seakan berkata kepada China: "It's been a long time coming, but we're here now."


(hsy/hsy)

Saksikan video di bawah ini:

Video: Resistensi Bisnis Wewangian di Tengah Pelemahan Daya Beli

Next Article Tak Bisa Pakai Nama NewJeans, Member Tampil sebagai Individu

Read Entire Article
| | | |