Big Stories 2025
Gelson Kurniawan, CNBC Indonesia
26 December 2025 09:30
Jakarta, CNBC Indonesia - Tahun 2025 menjadi salah satu periode paling dinamis dalam sejarah pasar modal Indonesia. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) menyuguhkan narasi pergerakan yang kompleks, dimulai dari tekanan koreksi yang dalam pada semester pertama, hingga bertransformasi menjadi tren penguatan yang solid di semester kedua.
Tim CNBC Indonesia Research membedah secara rinci sembilan fase krusial pergerakan pasar sepanjang tahun ini, serta faktor fundamental yang menjadi katalis utama di balik fenomena pemecahan rekor yang terjadi berulang kali.
Berikut adalah analisis lengkap kronologi perjalanan IHSG tahun 2025:
Gelombang Tekanan Jual Awal Tahun (Januari - 11 Februari 2025)
Tahun perdagangan 2025 dibuka di tengah bayang-bayang ketidakpastian ekonomi global. Para pelaku pasar mengambil sikap defensif yang memicu gelombang aksi jual (sell-off) sejak awal tahun.
Data perdagangan menunjukkan bahwa hingga 11 Februari 2025, IHSG mengalami depresiasi signifikan sebesar 12,5% hingga tertekan ke level 6.531. Penurunan ini dipicu oleh kombinasi faktor eksternal, seperti kekhawatiran terhadap kebijakan suku bunga global, serta sentimen wait and see investor karena terpilihnya Donald Trump sebagai Presiden AS.
Foto: Cover Fokus/ RI Jadi Korban Baru Perang Dagang Trump/Aristya Rahadian
RI Jadi Korban Baru Perang Dagang Trump
Liberation Day, IHSG Jatuh di Bawah 6.000 (Hingga 8 April 2025)
Periode paling kritis bagi IHSG terjadi pada bulan Maret hingga awal April. Walaupun sudah terjadi aksi sell-off dari awal tahun, sentimen negatif masih menghantui IHSG hingga kembali memuncak memaksa pasar memasuki fase kapitulasi.
Hal ini terjadi akibat adanya "Liberation Day" yang diumumkan oleh Donald Trump, dengan mengenakan tarif ke berbagai negara yang membuat IHSG sempat turun sebesar 5% dalam beberapa waktu saja di sesi pertama perdagangan bursa.
Indonesia mendapatkan tarif sebesar 32% pada masa itu menjadi salah satu negara dengan tarif tertinggi di antara seluruh negara yang dikenakan tarif oleh pemerintah AS degan berujung trading halt pada pembukaan bursa dan disahkan Peraturan Otoritas Jasa Keuangan (POJK) emiten boleh buyback saham tanpa RUPS terlebih dahulu.
IHSG kembali terkoreksi tajam sebesar 12,77% dari posisi sebelumnya, hingga akhirnya menyentuh level terendah tahun berjalan (Year-to-Date Low) di posisi 5.996 pada 8 April 2025. Penembusan level psikologis 6.000 ini menjadi titik nadir psikologis investor sebelum akhirnya momentum pembelian mulai masuk secara bertahap.
Momentum Pembalikan Arah (Hingga 10 Juni 2025)
Titik terendah di bulan April menjadi landasan bagi kebangkitan pasar. Memasuki kuartal kedua, investor mulai menyadari bahwa valuasi emiten Indonesia sudah berada di level yang sangat atraktif (undervalued).
Ditopang dengan membaiknya sentimen global mengenai tarif sehingga investor yang tadinya wait and see sudah mulai kembali untuk melakukan transaksi pada risk-on aset seperti saham dan juga kripto ditopang dengan adanya penurunan suku bunga.
Akibatnya, IHSG mencatatkan reli panjang (bullish) yang impresif. Hingga 10 Juni 2025, indeks melesat naik sebesar 20,59% dan berhasil bertengger kembali di level 7.230. Kenaikan ini didukung oleh naiknya saham-saham konglomerasi pada saat itu.
Foto: Presiden Prabowo Subianto menyampaikan pidato dalam Sidang Tahunan 2025 di Gedung MPR/DPR RI, Jakarta, Jumat (15/8/2025). (Tangkapan Layar Youtube/Sekretariat Presiden)
IHSG Sentuh 8.000 Pertama Kali (15 Agustus 2025)
Bulan Agustus menjadi tonggak sejarah penting bagi pasar modal Indonesia. Optimisme menyambut perayaan kemerdekaan dan data makroekonomi yang solid mendorong indeks melaju kencang.
Puncaknya terjadi pada 16 Agustus 2025, di mana IHSG untuk pertama kalinya dalam sejarah berhasil menyentuh level psikologis 8.000. Momen ini menandai era baru bagi bursa saham domestik dan menjadi sinyal kuat bahwa pasar telah sepenuhnya pulih dari tekanan awal tahun, didorong oleh euforia investor dan arus dana asing yang masif.
Hal ini juga dikarenakan oleh penurunan tarif AS kepada Indonesia sejak Juli yang secara sementara ditetapkan berada di level 19% sampai negosiasi Indonesia-AS berlanjut oleh pemerintah untuk menemukan titik terang bagi kedua belah pihak.
Kejadian Dalam Negeri (Hingga 9 September 2025)
Volatilitas kembali hadir di bulan September, sebuah fenomena akibat dari gejolak dalam negeri yang terjadi. IHSG mengalami tekanan cukup dalam akibat peristiwa ini sejak akhir Agustus.
Hingga 9 September 2025, indeks terkoreksi sebesar 3,26% ke level 7.628. Meskipun terjadi penurunan, struktur tren IHSG masih mampu terjaga dalam posisi netral dan investor lanjut wait and see menanti kebijakan moneter selanjutnya dengan pengangkatan Menteri Keuangan baru Purbaya Yudhi Sadewa.
Foto: Infografis/Ini daftar Menteri Keuangan Indonesia dari masa ke masa/Aristya rahadian
Ini daftar Menteri Keuangan Indonesia darimasa ke masa
Kembali ke Jalur Hijau: Menembus 8.250 (Hingga 9 Oktober 2025)
Koreksi di bulan September terbukti hanya bersifat sementara. Memasuki bulan Oktober, minat beli kembali mendominasi pasar karena terpilihnya Menteri Keuangan yang baru memberikan angin segar bagi pasar domestik.
IHSG mencatatkan kenaikan 6,66% hingga 9 Oktober 2025, membawa indeks ke level 8.250. Kenaikan ini mengonfirmasi bahwa minat investor terhadap aset ekuitas Indonesia masih sangat tinggi, didukung oleh stabilitas nilai tukar Rupiah.
Selain itu kenaikan beberapa hari juga didukung oleh naiknya
Dinamika Volatilitas Jangka Pendek (Hingga 17 Oktober 2025)
Di pertengahan Oktober, pasar kembali bergerak fluktuatif. Hal ini terjadi karena adanya sentimen negatif dari pasar global akibat dari meningkatnya ketegangan AS dan China yang saling memberikan tarif satu sama lain.
Hingga 17 Oktober 2025, IHSG mengalami penurunan sebesar 4,06% ke posisi 7.915. Meskipun demikian, level 7.900 terbukti menjadi area support yang cukup kuat menahan penurunan lebih lanjut.
Hal ini juga didorong dengan adanya pemberitahuan terkait dua bank regional di Amerika yang sedang dihadang oleh kasus internal, penghapusan kredit macet, dan kreditur sub-prime yang mengalami kebangkrutan.
Namun setelah 17 Oktober emiten perbankan di Indonesia mengalami rebound dari supportnya sehingga mengangkat IHSG ke level yang lebih tinggi dan melanjutkan rally ATHnya hingga akhir tahun.
Purbaya Berhasil Mencetak Rekor ATH 21 Kali
Di luar dinamika pergerakan harga harian di atas, tahun 2025 mencatat sejarah penting dengan apa yang disebut pelaku pasar sebagai "Purbaya Effect".
Stabilitas kebijakan dan reformasi struktural yang dijalankan di bawah kepemimpinan Purbaya dinilai memberikan kepastian hukum dan iklim investasi yang kondusif. Hal ini tercermin dari respons pasar yang sangat positif, terutama pada semester kedua tahun 2025.
Indikator paling nyata dari kepercayaan pasar ini adalah frekuensi pemecahan rekor tertinggi indeks. Data Bursa Efek Indonesia mencatat bahwa sepanjang tahun 2025, IHSG berhasil menembus level All Time High (ATH) sebanyak 21 kali.
Frekuensi pemecahan rekor yang tinggi ini mengindikasikan bahwa kenaikan IHSG bukan sekadar didorong oleh sentimen sesaat, melainkan didukung oleh fundamental yang kokoh dan inflow dana jangka panjang yang persisten. Jika momentum ini terus berlanjut, prospek IHSG di tahun 2026 diproyeksikan akan semakin cerah.
-
CNBC INDONESIA RESEARCH
(gls/gls)
































:strip_icc():format(jpeg):watermark(kly-media-production/assets/images/watermarks/bola/watermark-color-landscape-new.png,1125,20,0)/kly-media-production/medias/5339674/original/047240900_1757081733-20250904AA_Timnas_Indonesia_vs_China_Taipei-08.JPG)
:strip_icc():format(jpeg):watermark(kly-media-production/assets/images/watermarks/bola/watermark-color-landscape-new.png,1125,20,0)/kly-media-production/medias/5339916/original/010495200_1757135510-20250904AA_Timnas_Indonessia_Vs_China_Taipei-108.jpg)







:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5310777/original/099498800_1754792417-527569707_18517708213000398_2665174359766286643_n.jpg)






