Sentimen Positif Lokal Melawan Badai Global: RI Bertahan atau Tumbang?

7 hours ago 4
  • Pasar keuangan Indonesia ambruk berjamaah, IHSG dan rupiah melemah
  • Wall Street kompak melemah di tengah kekhawatiran mengenai AI
  • Data ekonomi AS dan rapat Bank Indonesia akan menjadi penggerak sentimen pasar hari ini

Jakarta, CNBC Indonesia - Pasar keuangan Indonesia berakhir di zona merah, rupiah dan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) sama-sama melemah.

Tekanan di pasar keuangan Indonesia hari ini diharapkan bisa mereda. Selengkapnya mengenai proyeksi sentimen hari ini bisa dibaca pada halaamn 3 artikel ini.

Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) terkoreksi 10,84 poin atau turun 0,13% ke level 8.649,66 pada akhir perdagangan kemarin, Senin (15/12/2025). Koreksi ini terjadi meski saham-saham blue chip sektor perbankan kompak menguat.

Nilai transaksi kemarin tergolong ramai atau mencapai Rp 33,45 triliun, melibatkan 58,34 miliar saham dalam 3,59 juta kali transaksi. Kapitalisasi pasar turun menjadi Rp 15.816 triliun.

Saham emiten yang tergabung dalam konglomerasi bisnis Grup Bakrie tercatat masih mendominasi transaksi harian bursa. Tercatat 3 saham paling aktif kemarin di pasar reguler adalah BUMI dengan nilai transaksi Rp 5,12 triliun, BRMS Rp 2,26 triliun dan DEWA Rp 1,19 triliun.

Mayoritas sektor perdagangan berada di zona merah dengan koreksi terbesar dicatatkan oleh sektor energi, teknologi dan barang baku. Sementara kenaikan terbesar dicatat oleh sektor finansial, kesehatan dan konsumer primer.

Dian Swastatika Sentosa (DSSA) melemah 5,08% ke Rp 100.850 per saham dan berkontribusi atas pelemahan 20,03 indeks poin. Sementara itu Bumi Resources (BUMI) kemarin melemah 6,32% ke Rp 344 per saham dengan kontribusi pelemahan 12,89 indeks poin.

Emiten perbankan tercatat menjadi penopang utama kinerja IHSG kemarin, khususnya bank blue chip raksasa RI dengan kapitalisasi raksasa. Saham Bank Central Asia (BBCA) naik 3,75% ke Rp 8.300 per saham dengan kontribusi penguatan 28,37 indeks poin.

Bank Rakyat Indonesia (BBRI) kemarin melesat 4,13% ke Rp 3.780 per saham menjadi penopang utama kinerja IHSG dengan sumbangan 24,74 indeks poin.

Kemudian ada Bank Mandiri (BMRI) yang terapresiasi 3,53% ke Rp 4.990 dengan sumbangan 14,19 indeks poin dan terakhir Bank Negara Indonesia (BBNI) yang melonjak 4,72% ke Rp 4.440 per saham dengan kontribusi 6,87 indeks poin.

Pada pekan lalu, investor domestik semakin mendominasi pasar. Rasio investor asing menciut jadi 24% dari sebelumnya 28%, sedangkan investor domestik meningkat dari 72% menjadi 76%.

Sementara untuk nilai tukar Rupiah, Rupiah berbalik arah dan ditutup melemah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan kemarin, Senin (15/12/2025).

Mengutip data Refinitiv, mata uang Garuda ditutup melemah 0,15% atau terdepresiasi ke level Rp16.660/US$. Padahal, pada pembukaan perdagangan pagi tadi rupiah sempat menguat 0,09% ke posisi Rp16.620/US$.

Namun seiring berjalannya perdagangan, tekanan kembali meningkat sehingga rupiah berakhir di zona merah. Sepanjang hari, rupiah bergerak dalam rentang Rp16.620 - Rp16.672 per dolar AS.

Sementara itu, indeks dolar AS (DXY) pada pukul 15.00 WIB tercatat melemah tipis 0,03% ke level 98,370.

Pergerakan rupiah kemarin sejalan dengan rilis Statistik Utang Luar Negeri (ULN) Indonesia periode Oktober 2025.

Dari sisi eksternal, pelemahan indeks dolar AS di pasar global masih belum mampu dimanfaatkan oleh rupiah.

Indeks dolar bertahan di kisaran, seiring pelaku pasar bersiap menghadapi rilis sejumlah data ekonomi penting AS yang sebelumnya tertunda akibat shutdown pemerintah AS.

Data nonfarm payrolls November dijadwalkan rilis pada Selasa, disusul data penjualan ritel Oktober, serta indeks harga konsumen (CPI) November yang akan dirilis Kamis.

Lanjut ke pasar obligasi RI, pada penutupan perdagangan kemarin SBN 10 tahun ditutup pada angka imbal hasil sebesar 6,16%, melemah dari hari sebelumnya yang ditutup pada level 6,19%. 
Pelemahan ini menandai harga SBN yang tengah menanjak karena diburu investor.

Read Entire Article
| | | |