Jakarta, CNBC Indonesia - Presiden Prabowo Subianto genap menjabat sebagai pucuk pimpinan Indonesia selama satu tahun pada hari ini, Senin (20/10/2025).
Sejak dilantik pada 20 Oktober 2024, nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) menunjukkan tren pelemahan di tengah dinamika global yang bergejolak.
Melansir data Refinitiv, kurs rupiah pada perdagangan terakhir sebelum pelantikan berada di Rp15.460/US$, dan di perdagangan pertama setelah pelantikan, 21 Oktober 2024, rupiah melemah 0,19% ke Rp15.490/US$.
Tren pelemahan berlanjut hingga Jumat (17/10/2025), ketika rupiah ditutup di Rp16.575/US$. Secara kumulatif, rupiah tercatat melemah sekitar 7,21% dalam satu tahun kepemimpinan Prabowo.
Akhir 2024 - Awal 2025: Rupiah Tertekan
Memasuki kuartal IV 2024 hingga awal 2025, rupiah mulai kehilangan momentum penguatannya dan menembus level psikologis Rp16.000/US$ pada 17 Desember 2024. Pelemahan ini sejalan dengan penguatan indeks dolar AS (DXY) yang menanjak ke level tertinggi dalam dua tahun terakhir.
Penguatan dolar AS dipicu oleh fundamental ekonomi AS yang solid serta ekspektasi kebijakan moneter The Federal Reserve (The Fed) yang cenderung ketat.
Data inflasi dan pasar tenaga kerja yang kuat mendorong asumsi bahwa The Fed akan menunda penurunan suku bunga. Di sisi lain, ketegangan geopolitik global dan permintaan terhadap aset safe haven memperkuat posisi dolar, sehingga menekan mata uang negara berkembang termasuk rupiah.
8 April 2025 - Rupiah Tersungkur ke Level Terendah Akibat Tarif Trump
Rupiah mencatat pelemahan harian terdalam tahun 2025 setelah Presiden AS Donald Trump mengumumkan kebijakan tarif global yang agresif.
Pada Selasa (8/4/2025), rupiah anjlok 1,84% ke Rp16.850/US$, menjadi titik terlemah sepanjang tahun.
nilai tukar rupiah terhadap dolar AS pada Rabu (9/4/2025) dibuka pada posisi Rp16.900/US$, rupiah atau melemah 0,24%.
Rupiah bahkan sempet menyentuh Rp 16.950/US$ pada 9 April 2025 pukul 09.40 WIB. Rupiah pun ada di posisi terlemah intraday sepanjang masa.
Kebijakan "tarif resiprokal" sebesar 10-32% terhadap mitra dagang utama AS, termasuk Indonesia, memicu gejolak di pasar keuangan global. Investor asing menarik dana dari pasar negara berkembang karena kekhawatiran akan perang dagang baru. Sentimen negatif makin dalam ketika Trump mengancam tambahan tarif 50% untuk impor dari China, membuat volatilitas rupiah melonjak tajam
23 Mei 2025 - Rupiah Menguat Setelah Penundaan Tarif
Setelah sebulan mengalami tekanan, rupiah mulai berbalik menguat usai Trump menunda penerapan tarif global selama 90 hari untuk memberi waktu negosiasi bilateral.
Pada 23 Mei 2025, rupiah ditutup di Rp16.215/US$, menguat signifikan dibanding posisi April.
Keputusan ini menenangkan pasar keuangan dunia, terutama karena sebagian besar negara mendapat kelonggaran dari tarif tambahan. Hanya China yang tetap dikenai bea masuk tinggi, namun kesepakatan parsial antara Washington dan Beijing pada akhir Mei berhasil menekan eskalasi perang dagang, memberi ruang bagi rupiah untuk pulih sementara.
23 Juni 2025 - Rupiah Melemah Imbas Konflik Timur Tengah
Rupiah kembali melemah tajam pada 23 Juni 2025, ditutup di Rp16.480/US$, mendekati level psikologis Rp16.500/US$.
Tekanan ini dipicu oleh meningkatnya ketegangan geopolitik di Timur Tengah, setelah Israel melancarkan operasi Rising Lion ke fasilitas nuklir Iran pada 13 Juni.
Iran membalas dengan serangan rudal balistik dalam operasi True Promise III, memicu kekhawatiran eskalasi konflik regional. Pasar global merespons dengan arus modal keluar dari aset berisiko, termasuk mata uang negara berkembang. Ketidakpastian tinggi membuat rupiah kembali berada di bawah tekanan signifikan.
1 Juli 2025 - Rupiah Menguat Saat Konflik Mereda
Beberapa hari setelah tensi memuncak, gencatan senjata diumumkan antara Israel dan Iran.
Langkah cepat diplomatik AS dan sekutunya menenangkan pasar keuangan dunia, dan investor mulai kembali ke aset emerging markets.
Rupiah pun menguat ke Rp16.210/US$ pada 1 Juli 2025, menjadi level terkuat sejak konflik meletus di pertengahan Juni. Perbaikan sentimen global ini menunjukkan betapa sensitifnya pergerakan rupiah terhadap perkembangan geopolitik dunia.
1 Agustus 2025 - Rupiah Kembali Tekan Akibat Negosiasi Tarif Trump
Memasuki Agustus, rupiah kembali menembus Rp16.500/US$ seiring penguatan tajam dolar AS.
Penguatan DXY terjadi di tengah negosiasi tarif antara AS dan sejumlah mitra dagangnya, yang meski menghasilkan kesepakatan parsial, tetap memicu volatilitas.
Langkah Trump yang menegaskan penerapan tarif global 10% serta bea balasan hingga 41% untuk negara tanpa kesepakatan dagang baru kembali mengguncang pasar. Kekhawatiran perang dagang babak baru membuat investor memburu dolar, menekan rupiah dan mata uang negara berkembang lainnya.
14 Agustus - Rupiah Sempat terapresiasi hingga mendekati dari Rp16.000/US$
Setelah sempat tertekan hingga menyentuh level Rp16.505/US$ pada 1 Agustus, rupiah berhasil berbalik arah.
Pada perdagangan, Kamis (14/8/2025) rupiah bahkan sempat menyentuh Rp16.090/US$ secara intradayyang menjadikan level terkuat sejak 1 Januari 2025.
Salah satu faktor utama yang mendorong tren penguatan rupiah adalah meningkatnya ekspektasi pelaku pasar bahwa The Federal Reserve (The Fed) akan memangkas suku bunga acuannya pada September lalu.
Hal ini memberikan sinyal positif yang dimanfaatkan investor dalam meningkatkan eksposur pada aset berisiko di pasar negara berkembang. Kondisi ini semakin menciptakan momentum positif bagi rupiah, terutama dengan dukungan fundamental ekonomi domestik yang relatif stabil.
Akhir Agustus - Gelombang Demonstrasi Membuat Rupiah Kembali tertekan
Rupiah mengalami pelemahan pada Jumat (29/8/2025) hingga ditutup di level Rp16.485/US$ atau melemah 0,87% dalam sehari. Hal ini tercatat sebagai pelemahan harian terbesar sejak 8 April 2025.
Tekanan terhadap rupiah terjadi di tengah memanasnya situasi politik dalam negeri.
Aksi demonstrasi berlangsung sejak Senin (25/8/2025) hingga Kamis (28/8/2025), yang memuncak dengan insiden tragis tertabraknya pengemudi ojek online oleh kendaraan taktis Brimob di Pejompongan, Jakarta Selatan. Peristiwa ini kemudian memicu gelombang aksi massa yang kembali marak di berbagai daerah pada Jumat (29/8/2025).
9 September - Rupiah Anjlok Efek Pergantian Menteri Keuangan
rupiah melemah signifikan pada perdagangan Selasa (9/10/2025), hingga sampai 1,04% ke posisi Rp16.470/US$.
Pelemahan rupiah ini sekaligus menandai pelemahan harian terbesar sejak 8 April 2025, yang kala itu rupiah melemah 1,84% imbas dari pengumuman resiprokal tarif Presiden AS Donald Trump.
Pelemahan rupiah pada perdagangan Selasa kemarin masih dipengaruhi oleh pergantian menteri keuangan dari Sri Mulyani digantikan oleh Purbaya Yudhi Sadewa yang resmi diumumkan pada Senin sore (8/9/2025), artinya setelah perdagangan rupiah ditutup, sehingga efeknya baru terasa pada perdagangan esoknya.
Menurut Rully Wisnubroto, Ekonom senior Mirae Asset Sekurita Indonesia, pergantian ini memberi sinyal adanya pergeseran arah kebijakan ekonomi pemerintah Presiden Prabowo.
"Hal ini akan sangat berpengaruh karena merupakan sebuah sinyal pergeseran arah kebijakan ekonomi untuk memperkuat kendali dan menekankan prioritas baru," ujar Rully.
CNBC INDONESIA RESEARCH
(evw/evw)