Simak! Sederet Sentimen Berikut Bisa Jadi Pegangan Investor Pekan ini

4 hours ago 3

Jakarta, CNBC Indonesia - Pasar keuangan Indonesia akan kembali dibuka besok, Selasa (8/4/2025). Setelah libur panjang, bursa saham, pasar mata uang dan obligasi kini dihadapkan pada badai sentimen negatif di hari pertama pembukaan pasar.

Sentimen negatif terbesar akan datang dari Amerika Serikat (AS) perihal tarif dagang yang diumumkan Presiden Donald Trump serta data-data lainnya yang akan menjadi hal yang dinantikan pelaku pasar.

Dari dalam negeri, pengumuman penting datang pada Selasa (8/4/2025) saat Badan Pusat Statistik (BPS) akan merilis data Indeks Harga Konsumen (IHK) untuk periode Maret 2025 baik secara bulanan maupun tahunan.

Hal ini menjadi perhatian penting karena pada Februari 2025, data IHK secara bulanan berada di posisi deflasi. Sementara itu pada Maret 2025 diperkirakan akan terjadi inflasi mengingat bulan kemarin merupakan momen bulan suci Ramadan yang identik dengan peningkatan konsumsi masyarakat.

Selanjutnya pada Kamis (10/4/2025) dini hari, hal yang menjadi perhatian adalah dari luar negeri, yakni Federal Open Market Committee (FOMC) Minutes yang merupakan dewan kebijakan moneter Bank Sentral Amerika Serikat (The Fed), yang dirilis beberapa minggu setelah rapat berlangsung. Ia berisi catatan diskusi dan keputusan yang diambil terkait kebijakan moneter.

Sebelumnya pada Maret 2025, The Fed memutuskan untuk menahan suku bunganya di level 4,25%-4,50%. Ini merupakan kali kedua The Fed menahan suku bunganya setelah terakhir kali menurunkan suku bunganya pada pertemuan Desember 2024.

Seperti diketahui, The Fed telah mengerek suku bunga sebesar 525 bps sejak Maret 2022 hingga Juli 2023. Mereka kemudian menahan suku bunga di level 5,25-5,50% pada September 2023-Agustus 2024 atau lebih dari setahun sebelum memangkasnya pada September 2024 dan dilanjutkan pada November serta Desember 2024 dengan total 100 basis poin (bps) di tahun kemarin.

Di hari yang sama, tarif yang lebih tinggi akan diberlakukan oleh Presiden AS, Donald Trump. Hal ini tentu memberikan dampak yang signifikan bagi global termasuk Indonesia yang juga merupakan mitra dagangnya.

Sebagai informasi, Indonesia dikenakan tarif oleh AS sebesar 32%.

Masih di hari yang sama, AS akan merilis data IHK baik secara tahunan maupun bulanan termasuk data klaim penganggurannya.

Sebelumnya pada Februari 2025, laju inflasi tahunan di AS melambat menjadi 2,8% atau lebih rendah jika dibandingkan dengan periode Januari yang tercatat sebesar 3%, dan berada di bawah perkiraan pasar sebesar 2,9%.

Apabila data inflasi kali ini kembali melandai, hal ini akan menjadi memperkuat untuk The Fed dalam memangkas suku bunga acuannya. Ketika hal ini terjadi, maka indeks dolar AS (DXY) berpotensi mengalami depresiasi dan rupiah berpeluang mengalami penguatan.

Tarif Trump dan Balasan dari China
Badai terbesar pekan ini datang dari kebijakan tarif Trump. Seperti diketahui, Trump mengumumkan akan memberlakukan tarif 10% kepada semua negara mulai 5 April 2025 dan tarif tambahan resiprokal pada 9 April 2025 waktu AS.

Kebijakan ini langsung menuai gelombang negatif di pasar saham global. Semua bursa baik Wall Street, Eropa, Asia, hingga Afrika Selatan babak belur pada akhir pekan lalu. IHSG belum terkena dampaknya karena masih libur.

Begitu pula, pasar mata uang global yang ambruk berjamaah akibat tarif Trump. 

Perang dagang sepertinya tidak terelakkan karena China sudah mengumumkan kalau mereka akan membalas tarif 34% ke semua produk Amerika. Kondisi inilah yang semakin memicu ketidakpastian. 

Para Menteri Keuangan ASEAN Bertemu
Para menteri keuangan ASEAN dijadwalkan akan membahas stabilitas ekonomi kawasan dan integrasi layanan keuangan saat mereka bertemu di Malaysia mulai Senin hingga Kamis. Pertemuan ini berlangsung di tengah kekhawatiran Asia terhadap tarif timbal balik besar-besaran dari Presiden AS Donald Trump yang dijadwalkan mulai berlaku pada hari Rabu.

Para menteri keuangan dan gubernur bank sentral ASEAN berkumpul dalam pertemuan selama empat hari di Kuala Lumpur untuk membahas tantangan ekonomi, termasuk dampak dari tarif terbaru yang diberlakukan oleh Presiden Trump. Pertemuan utama dijadwalkan berlangsung pada hari Kamis, dengan fokus pada integrasi dan ketahanan keuangan regional di tengah meningkatnya ketegangan geopolitik.

Pertemuan ini diharapkan mampu memberikan solusi terbaik bagi setiap negara dalam mengatasi kebijakan tarif Trump.

CNBC INDONESIA RESEARCH

[email protected]

(rev/rev)

Read Entire Article
| | | |