Sudah Dibantu "Musuh Abadi", Harga Emas Tetap Jeblok: Terburuk 10 Hari

2 weeks ago 21

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga emas terjun bebas dan jatuh ke level terendah dalam dua minggu usai gencatan senjata antara Israel dengan Iran mengikis permintaan aset safe haven. Emas bahkan tetap jatuh meski kekuatan "musuh abadi" nya sedang melemah juga.

Pada perdagangan Selasa (24/6/2025), harga emas dunia ambles 1,33% di level US$3.323,75 per troy ons. Harga ini adalah yang terendah sejak 10 Juni 2025 atau dua pekan terakhir.

Pada perdagangan hari ini Rabu (25/6/2025) hingga pukul 06.43 WIB, harga emas dunia di pasar spot melemah 0,03% di posisi US$3.322,80 per troy ons.

Emas anjlok lebih dari 1% hingga menyentuh level terendah dalam dua minggu pada perdagangan Selasa, setelah pengumuman Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump tentang gencatan senjata antara Israel dan Iran mengurangi daya tarik aset safe haven emas batangan.

"Harga emas sedang menurun hari ini, didorong oleh pergeseran ke arah selera risiko yang lebih besar, karena optimisme tumbuh atas potensi berakhirnya permusuhan di Timur Tengah," ujar Ricardo Evangelista, analis senior di perusahaan pialang ActivTrades, kepada Reuters.

"Saya tidak yakin harga emas akan jatuh di bawah angka US$3.000 dalam jangka pendek. Saya melihat level support yang signifikan di US$3.300," tambah Evangelista.

Pasar saham global melonjak dan harga minyak anjlok pada perdagangan Selasa setelah pengumuman gencatan senjata, dengan harapan hal itu menandakan penyelesaian perang.

Namun, Menteri Pertahanan Israel, Israel Katz, mengatakan pada hari Selasa bahwa ia telah memerintahkan militer untuk menyerang Teheran sebagai tanggapan atas dugaan pelanggaran gencatan senjata.

Pelaku perdagangan emas juga kecewa dengan pernyataan Chairman Teh Fed Jerome Powell.

Dalam kesaksian di hadapan Komite Jasa Keuangan DPR AS pada Selasa malam waktu Indonesia (24/6/2025), Chairman The Fed, Jerome Powell, menyampaikan bahwa pemangkasan suku bunga belum akan dilakukan dalam waktu dekat.

Ia menyatakan masih menunggu kepastian mengenai dampak ekonomi dari kebijakan tarif yang sedang dirancang oleh Presiden Trump.

"Dampak dari tarif akan bergantung, antara lain, pada seberapa besar akhirnya tarif itu diterapkan," kata Powell dalam pernyataan tertulisnya.

Ia menambahkan, "Untuk saat ini, kami berada dalam posisi yang cukup baik untuk menunggu dan melihat arah perekonomian sebelum mempertimbangkan penyesuaian kebijakan."

Daya tarik emas batangan yang tidak memberikan imbal hasil cenderung bersinar dalam lingkungan suku bunga yang lebih rendah.

Investor saat ini mengantisipasi pemotongan suku bunga The Fed sebesar 57 basis poin pada akhir tahun ini.

"Harga emas kemungkinan akan berkonsolidasi sebelum kembali naik ke level US$3.600 per troy ons pada akhir tahun," menurut catatan ANZ.

"Dalam jangka panjang, kami memperkirakan emas akan mencapai puncaknya pada akhir tahun 2025, diikuti oleh penurunan bertahap pada tahun 2026 seiring membaiknya prospek pertumbuhan ekonomi dan berkurangnya ketidakpastian perdagangan global," catatan ANZ.


Emas Jatuh Meski Dolar Ambruk

Indeks dolar AS terus melemah dan ditutup di 97,858 pada perdagangan kemarin. Posisi tersebut adalah yang terendah sejak 17 Maret 2022 atau awal perang Rusia-Ukraina.

Di sisi lain, imbal hasil US Treasury tenor 10 tahun juga jeblok ke 4,29% atau posisi terendahnya sejak 7 Mei 2025.

Dua faktor ini seharunya menguntungkan emas. Seperti diketahui, dolar AS dan imbal hasil US Treasury selama ini menjadi "musuh abadi" emas.

Pembelian emas dikonversi dalam dolar AS sehingga melemahnya dolar seharusnya meningkatkan permintaan emas.

Emas juga tidak menawarkan imbal hasil sehingga harganya sehatusnya tertolong dengan jatuhnya imbal hasil US Treasury. Nyatanya, emas tetap jatuh sat dolar AS dan imbal hasil US Treasury melemah.
CNBC INDONESIA RESEARCH

[email protected]

(saw/saw)

Read Entire Article
| | | |