Suku Bunga Turun Tapi Masih 20%, Mata Uang Negara Ini Terbaik Dunia

22 hours ago 6

Jakarta, CNBC Indonesia - Bank Sentral Rusia menurunkan suku bunga acuannya sebesar 100 basis poin menjadi 20% pada Jumat (6/6/2025), penurunan pertama sejak September 2022.

Keputusan ini menandai potensi awal meredanya tekanan inflasi yang sebelumnya sempat disebut Presiden Vladimir Putin sebagai "mengkhawatirkan".

"Sementara pertumbuhan permintaan domestik masih melampaui kemampuan untuk memperluas pasokan barang dan jasa, ekonomi Rusia secara bertahap kembali ke jalur pertumbuhan yang seimbang," kata Bank Sentral Rusia, dikutip dari CNBC Internasional, Jumat (6/6/2025).

Sebelumnya, suku bunga Rusia berada di level 21% sejak Oktober tahun lalu, tertinggi sejak suku bunga acuan baru diperkenalkan pada 2013.

Dalam pernyataannya, Bank Sentral Rusia menyebutkan inflasi tahunan pada April tercatat sebesar 6,2%, menurun dibandingkan rata-rata 8,2% pada kuartal I 2025.

Meski demikian, bank sentral menegaskan bahwa kebijakan moneter akan tetap ketat dalam jangka panjang guna menurunkan inflasi menuju target 4%.

Langkah ini juga muncul di tengah kekhawatiran terhadap penurunan output di berbagai sektor ekonomi.

Menteri Ekonomi Rusia Maxim Reshetnikov sebelumnya telah mendesak bank sentral agar menurunkan suku bunga, seiring melambatnya pertumbuhan ekonomi. Produk domestik bruto (PDB) Rusia hanya tumbuh 1,4% pada kuartal I 2025, melambat dari 4,5% di akhir 2024.

Meski demikian, para ekonom menyoroti bahwa pertumbuhan tersebut sebagian besar ditopang oleh sektor manufaktur pertahanan dan belanja negara, bukan aktivitas ekonomi yang merata.

Situasi geopolitik masih belum menunjukkan perbaikan. Harapan bahwa Presiden AS Donald Trump akan mendorong Moskow dan Kyiv ke arah gencatan senjata jangka panjang kini meredup. Serangan langsung antara Rusia dan Ukraina masih terus berlangsung.

Di sisi lain, rubel justru mencatatkan kinerja terbaik di dunia sejauh ini pada 2025. Bank of America menyebutkan hal ini dipengaruhi oleh kontrol modal yang ketat, pengetatan kebijakan moneter, dan pelemahan dolar AS.

Meski begitu, dolar AS tetap menguat 2,72% terhadap rubel pada hari pengumuman penurunan suku bunga.

Analis dari Capital Economics, Nicholas Farr, menilai penurunan suku bunga ini sebagai kejutan dovish, lebih dalam dari ekspektasi pasar, dan memproyeksikan bahwa suku bunga akan turun ke 17% pada akhir tahun ini, dibandingkan proyeksi sebelumnya 18%.

"Namun, ketidakseimbangan antara permintaan dan penawaran akibat perang menunjukkan bahwa suku bunga tetap perlu berada di wilayah restriktif," ujarnya.


(dem/dem)

Saksikan video di bawah ini:

Video: Pasar Tunggu Kabar Penting, IHSG & Rupiah Anjlok Berjamaah

Next Article Genjot Ekonomi, BI Rate Bakal Turun Lagi? Ini Kata Gubernur Perry

Read Entire Article
| | | |