Tujuh Bencana Paling Mematikan 2025, Ribuan Nyawa Hilang Sekejap

11 hours ago 2

Jakarta, CNBC Indonesia  Tahun 2025 menjadi pengingat keras bahwa kekuatan alam tetap menjadi ancaman paling dahsyat bagi umat manusia.

Dalam kurun waktu kurang dari setahun, berbagai bencana besar telah mengguncang dunia. Dari gempa bumi yang meluluhlantakkan Myanmar hingga banjir mematikan di Afrika Barat. Ribuan nyawa melayang dan jutaan lainnya kehilangan tempat tinggal.

Dari berbagai laporan resmi lembaga internasional dan media global, sedikitnya tujuh bencana alam tercatat sebagai yang paling mematikan sepanjang 2025. Peristiwa ini tidak hanya menelan banyak korban jiwa, tetapi juga memicu kerugian ekonomi miliaran dolar serta meninggalkan krisis kemanusiaan yang hingga kini masih dirasakan di sejumlah negara.

Gempa Tibet

Awal tahun 2025 tepatnya 7 Januari, dibuka dengan bencana di dataran tinggi Himalaya. Gempa berkekuatan 7,1 magnitudo mengguncang Tibet, menewaskan lebih dari 130 orang dan melukai ratusan lainnya.

Daerah terdampak terletak di ketinggian ekstrem dengan suhu di bawah nol derajat, menyebabkan proses penyelamatan berjalan lambat. Banyak warga harus bertahan di tenda darurat selama musim dingin, sementara jalan dan jembatan yang rusak memperlambat distribusi bantuan dari pemerintah pusat.

Gempa Dahsyat Myanmar

Pada 28 Maret 2025, terjadi gempa bumi berkekuatan 7,7 magnitudo yang mengguncang Myanmar dan sebagian Thailand menjadi bencana paling mematikan tahun ini. Lebih dari 3.600 orang meninggal dunia, ribuan lainnya luka-luka, dan ratusan masih hilang.

Kota Mandalay dan sekitarnya mengalami kerusakan parah. Lebih dari 48.000 rumah roboh, sementara jembatan, sekolah, dan rumah sakit hancur total.

Tim penyelamat Myanmar dan Tiongkok membawa jenazah korban yang terjebak di bawah reruntuhan bangunan yang runtuh 'Sky Villa Condominium development' di Mandalay, Myanmar, Rabu (2/4/2025). (Sai Aung MAIN / AFP)Foto: Tim penyelamat Myanmar dan Tiongkok membawa jenazah korban yang terjebak di bawah reruntuhan bangunan yang runtuh 'Sky Villa Condominium development' di Mandalay, Myanmar, Rabu (2/4/2025). (Sai Aung MAIN / AFP)
Tim penyelamat Myanmar dan Tiongkok membawa jenazah korban yang terjebak di bawah reruntuhan bangunan yang runtuh 'Sky Villa Condominium development' di Mandalay, Myanmar, Rabu (2/4/2025). (Sai Aung MAIN / AFP)

Nilai kerugian ekonomi diperkirakan mencapai US$11 miliar atau sekitar 14% dari PDB Myanmar. Upaya pemulihan masih berjalan lambat karena konflik bersenjata di sejumlah wilayah membuat bantuan kemanusiaan sulit menjangkau daerah terdampak.

Runtuhnya Gedung di Bangkok, Thailand

Guncangan dari gempa Myanmar, juga menimbulkan dampak ke negara lain. Di Bangkok, sebuah gedung bertingkat yang sedang dibangun roboh akibat getaran kuat, menewaskan sedikitnya 92 orang yang sebagian besar merupakan pekerja konstruksi.

Insiden ini memicu evaluasi besar-besaran terhadap standar keselamatan bangunan di ibu kota Thailand, terutama untuk proyek-proyek pencakar langit yang berada di atas tanah berpasir dan mudah bergetar.

Tim penyelamat bekerja di lokasi gedung tinggi yang sedang dibangun yang runtuh setelah gempa berkekuatan 7,7 skala Richter di Bangkok, Thailand, Jumat, 28 Maret 2025. (AP/Sakchai Lalit)Foto: Tim penyelamat bekerja di lokasi gedung tinggi yang sedang dibangun yang runtuh setelah gempa berkekuatan 7,7 skala Richter di Bangkok, Thailand, Jumat, 28 Maret 2025. (AP/Sakchai Lalit)
Tim penyelamat bekerja di lokasi gedung tinggi yang sedang dibangun yang runtuh setelah gempa berkekuatan 7,7 skala Richter di Bangkok, Thailand, Jumat, 28 Maret 2025. (AP/Sakchai Lalit)

Banjir di Mokwa, Nigeria

Hujan deras dan jebolnya tanggul di Niger State, Nigeria, menyebabkan banjir besar yang melanda wilayah Mokwa. Banjir tersebut menewaskan lebih dari 500 orang, dengan ratusan lainnya masih hilang.

Sekitar 4.000 rumah hancur, dua jembatan utama runtuh, dan ribuan hektare lahan pertanian tenggelam. Pemerintah setempat menyebut peristiwa ini sebagai salah satu bencana terparah dalam sejarah negara bagian tersebut.

Banjir dan Longsor di Himachal Pradesh, India

Musim hujan yang ekstrem melanda negara bagian Himachal Pradesh, India, pada pertengahan tahun ini. Hujan deras selama berminggu-minggu memicu banjir bandang dan longsor besar yang menewaskan setidaknya 419 orang dan menghancurkan lebih dari 3.000 rumah.

Jalan raya, jaringan listrik, serta jembatan di kawasan pegunungan runtuh akibat erosi tanah.

Pemandangan umum daerah yang terkena banjir mematikan yang disebabkan oleh hujan deras dan tiba-tiba di kota Chasoti, distrik Kishtwar, Kashmir India, 15 Agustus 2025. (REUTERS/Stringer)Foto: Pemandangan umum daerah yang terkena banjir mematikan yang disebabkan oleh hujan deras dan tiba-tiba di kota Chasoti, distrik Kishtwar, Kashmir India, 15 Agustus 2025. (REUTERS/Stringer)
Pemandangan umum daerah yang terkena banjir mematikan yang disebabkan oleh hujan deras dan tiba-tiba di kota Chasoti, distrik Kishtwar, Kashmir India, 15 Agustus 2025. (REUTERS/Stringer)

Pemerintah India memperkirakan kerugian mencapai sekitar US$575 juta, sementara proses rekonstruksi di daerah terpencil masih berjalan lambat karena medan yang curam dan cuaca yang tidak menentu.

Gempa Afghanistan

Tak lama berselang, Afghanistan kembali diguncang bencana. Gempa berkekuatan 6,0 magnitudo mengguncang Provinsi Kunar dan sekitarnya di wilayah timur, menewaskan lebih dari 1.400 orang dan menghancurkan lebih dari 8.000 rumah.

Keterisolasian wilayah membuat banyak desa tidak segera mendapat bantuan. Banyak korban terluka dibiarkan tanpa akses medis memadai, dan beberapa lembah di provinsi Kunar bahkan masih belum teraliri listrik berminggu-minggu setelah bencana terjadi.

Longsor Tarasin, Sudan

Tragedi memilukan terjadi di wilayah pegunungan Marrah, Darfur Tengah, ketika hujan deras memicu longsor besar yang menelan seluruh desa Tarasin.

Hingga kini, sekitar 375 korban telah ditemukan, namun angka korban diperkirakan bisa mencapai lebih dari 1.000 jiwa karena banyak warga tertimbun di bawah tanah.

Akses menuju lokasi yang terpencil dan kondisi keamanan yang tidak stabil membuat proses evakuasi berjalan sangat lambat.

CNBC INDONESIA RESEARCH

[email protected]

(evw/evw)

Read Entire Article
| | | |