Waspada Gangguan Tulang pada Anak, Begini Cara Mencegahnya

3 hours ago 2

Jakarta, CNBC Indonesia - Menjaga kesehatan tulang tidak hanya wajib dilakukan lansia, tetapi juga anak-anak remaja. Sebab, gangguan perkembangan tulang bukan hanya soal tinggi badan, melainkan mencakup struktur, kekuatan, dan kepadatan tulang yang menentukan kualitas hidup di masa dewasa.

Ketua Divisi Endokrinologi Anak Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI) RS Cipto Mangunkusumo, dr. Frida Soesanti, SpA(K), menjelaskan bahwa masa anak-anak hingga usia 20-30 tahun adalah fase penting pembentukan kepadatan tulang atau peak bone mass. Setelah melewati usia tersebut, kata ia, kepadatan tulang cenderung menurun secara alami. Karena itu, nutrisi dan aktivitas fisik yang cukup harus menjadi prioritas di masa tumbuh kembang.

"Tulang bukan hanya tumbuh panjang dan tebal, tapi juga berkembang dalam hal kepadatannya. Jika masa anak dan remaja tidak optimal, risiko osteoporosis di usia dewasa akan meningkat," ujar dr. Frida dalam seminar daring Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) pada Selasa (21/10/2025).

Adapun faktor-faktor utama yang mempengaruhi perkembangan tulang meliputi nutrisi (terutama kalsium dan vitamin D), aktivitas fisik atau olahraga teratur, serta keseimbangan hormon. Selain itu, penyakit kronis juga dapat menghambat pertumbuhan dan kepadatan tulang anak.

"Sekarang banyak anak dengan penyakit kronis yang bisa bertahan hidup karena kemajuan medis, tapi tulangnya tidak ikut 'bertahan'," jelasnya.

Dr. Frida menjelaskan tiga jenis gangguan utama perkembangan tulang pada anak dan remaja:

1. Rickets (Riketsia) - gangguan mineralisasi tulang akibat kekurangan vitamin D dan kalsium, membuat tulang menjadi lunak dan mudah melengkung.

2. Osteoporosis - penurunan kepadatan tulang yang menyebabkan tulang rapuh dan mudah patah, baik akibat faktor genetik (primer) maupun penyakit dan penggunaan obat tertentu seperti steroid (sekunder).

3. Dysplasia skeletal - kelainan bentuk tulang akibat gangguan pertumbuhan struktur tulang.

Kasus osteogenesis imperfecta, salah satu bentuk osteoporosis primer bawaan, ditandai tulang yang mudah patah bahkan sejak dalam kandungan. "Ada anak yang tulangnya bisa patah spontan tanpa trauma berarti," kata dr. Frida.

Sementara itu, anak-anak dengan asma, leukemia, penyakit ginjal, gangguan hati, atau gangguan endokrin seperti sindrom Turner dan Klinefelter berisiko lebih tinggi mengalami osteoporosis sekunder. Penggunaan steroid jangka panjang juga mempercepat penurunan massa tulang.

"Kita sering fokus mengobati penyakit utamanya, tapi lupa memperhatikan tulangnya. Padahal, anak-anak ini perlu dukungan fisik dan nutrisi agar kualitas hidupnya tidak menurun," ujarnya.

Pencegahan dan Deteksi Dini

Dr. Frida menekankan pentingnya pemeriksaan dini pada anak dengan risiko tinggi, terutama jika sering mengalami patah tulang tanpa sebab jelas, memiliki bentuk tubuh tidak proporsional, atau riwayat penyakit kronis. Intervensi berupa fisioterapi, suplementasi vitamin D dan kalsium, serta pengaturan aktivitas fisik dapat membantu memperbaiki kondisi tulang dan mencegah kecacatan.

Beberapa pasien yang sebelumnya tidak dapat berjalan akibat kerapuhan tulang, kata dr. Frida, kini bisa beraktivitas normal setelah menjalani terapi rutin.

"Ada pasien kami yang dulunya tidak bisa duduk, setelah diterapi setahun bisa kembali sekolah dan kuliah," katanya.

Meski Indonesia kaya sinar matahari, kasus rickets akibat kekurangan vitamin D tetap ditemukan. Pola hidup anak yang lebih banyak di dalam ruangan, bermain gadget, dan kurang aktivitas luar ruangan menjadi penyebab utama.

"Jangan anggap semua anak Indonesia pasti cukup vitamin D karena banyak matahari. Kalau mereka jarang keluar rumah, hasilnya tetap defisiensi," tegasnya.

Menurut ia, gangguan perkembangan tulang pada anak bisa berdampak panjang hingga dewasa. Pencegahan dimulai sejak dini melalui pola makan bergizi, paparan sinar matahari cukup, olahraga rutin, serta deteksi dini pada anak dengan penyakit kronis.


(hsy/hsy)
[Gambas:Video CNBC]

Next Article 5 Makanan yang Baik untuk Kesehatan Tulang dan Sendi

Read Entire Article
| | | |