Jakarta, CNBC Indonesia - Di tengah percepatan digitalisasi pembayaran, masih banyak negara yang dalam transaksi harinya masih bergantung pada penggunaan uang tunai.
Berdasarkan Visual Capitalist yang mendapatkan data dari Forex.se menunjukkan bahwa Myanmar menjadi negara dengan posisi teratas dengan 98% transaksi harian masih menggunakan uang tunai, disusul oleh Ethiopia dan Gambia masing-masing 95%.
Tingginya ketergantungan terhadap uang tunai di negara-negara ini erat kaitannya dengan kemiskinan dan keterbatasan infrastruktur finansial.
Minimnya akses internet, rendahnya inklusi perbankan, dan mahalnya biaya mesin pembayaran elektronik membuat uang kertas tetap menjadi alat tukar paling praktis dan dipercaya masyarakat.
Sebaliknya, negara-negara kaya justru nyaris sepenuhnya digital. Swedia (14%), Norwegia (10%), dan Korea Selatan (10%) menjadi contoh ekonomi maju dengan infrastruktur pembayaran digital yang matang.
Akses internet cepat, penggunaan smartphone yang luas, serta jaminan keamanan transaksi menjadi pendorong utama.
Di sisi lain, pelaku usaha menikmati efisiensi pembayaran nontunai dengan biaya keamanan lebih rendah dan pencatatan lebih rapi.
Menariknya, Amerika Serikat masih mencatat 16% transaksi tunai, menunjukkan bahwa bahkan negara maju pun belum sepenuhnya meninggalkan uang fisik.
Laporan Visual Capitalist juga menggarisbawahi apa yang disebut sebagai "middle-income trap" dalam adopsi digital. Negara-negara seperti Meksiko (80%), India (70%), dan Thailand (65%) menunjukkan bahwa pertumbuhan ekonomi menengah belum tentu berbanding lurus dengan digitalisasi pembayaran.
Banyak negara pada level ini memiliki sistem keuangan yang berkembang sebagian, namun kesenjangan literasi digital dan infrastruktur masih lebar. India menjadi pengecualian menarik berkat sistem Unified Payments Interface (UPI) yang sukses menurunkan dominasi uang tunai dari 90% ke 70% dalam beberapa tahun.
Di antara negara maju, Jepang (60%) dan Jerman (51%) jadi anomali. Keduanya masih menunjukkan preferensi tinggi terhadap pembayaran tunai bukan karena keterbelakangan digital, melainkan faktor budaya dan kepercayaan.
Di Jepang, masyarakat di pedesaan masih mengandalkan uang tunai, sementara di Jerman banyak warga memilih uang fisik karena alasan privasi dan skeptisisme terhadap lembaga keuangan besar.
Sebaliknya, China justru jadi negara upper-middle-income dengan tingkat transaksi tunai terendah, hanya 10%, berkat ledakan pembayaran digital melalui Alipay dan WeChat Pay, yang melewati tahap kartu debit/kredit sepenuhnya.
Dimana Posisi Indonesia?
Indonesia menempati peringkat ke-28 dunia dengan sekitar 70% transaksi harian masih berbasis uang tunai. Angka ini menunjukkan bahwa masyarakat Indonesia masih cukup bergantung pada uang kertas dan koin dalam aktivitas ekonomi sehari-hari, terutama di luar kota besar yang infrastruktur digitalnya belum merata.
Kendati demikian, arah perubahan menuju transaksi tanpa uang tunai atau cashless semakin terlihat jelas dalam beberapa tahun terakhir.
Ekosistem pembayaran digital di Indonesia yang berkembang pesat, baik dari sisi jumlah pengguna maupun volume transaksinya. Pertumbuhan layanan pembayaran berbasis QR Code melalui sistem QRIS menjadi motor utama transformasi ini.
Bank Indonesia (BI) mencatatan transaksi sistem QRIS telah mencapai 8,86 miliar hingga Agustus 2025. Dengan jumlah merchant yang terdaftar telah mencapai 40 juta di seluruh Indonesia.
Selain itu, kemunculan berbagai platform dompet digital seperti GoPay, OVO, DANA, dan ShopeePay turut mempercepat peralihan masyarakat ke pembayaran elektronik. Tidak hanya terbatas pada transaksi ritel, pembayaran digital kini juga menjangkau layanan publik, transportasi, hingga donasi sosial.
Dari sisi kebijakan, Bank Indonesia memainkan peran penting melalui program BI-FAST yang mempercepat transaksi antarbank serta inisiatif integrasi QR lintas negara (cross-border QR) dengan Thailand, Malaysia, dan Singapura. Langkah ini memperkuat fondasi digitalisasi sistem pembayaran nasional sekaligus memperluas konektivitas ekonomi kawasan.
Korea Selatan Menjadi Negara Paling 'Cashless' di Dunia
Sementara itu, Korea Selatan menjadi salah satu negara paling maju dalam hal digitalisasi pembayaran dengan hanya sekitar 10% transaksi yang masih menggunakan uang tunai.
Pemerintah dan sektor swasta di Negeri Ginseng telah membangun ekosistem keuangan digital yang hampir sempurna, dengan dukungan jaringan internet yang merata, penetrasi smartphone yang tinggi, serta sistem keamanan siber yang kuat.
Konsumen di Korea Selatan bahkan lebih sering menggunakan aplikasi pembayaran seperti KakaoPay dan NaverPay untuk transaksi sehari-hari, dari membeli kopi hingga membayar transportasi umum. Fenomena ini menjadikan Korea Selatan contoh nyata bagaimana infrastruktur, kepercayaan, dan budaya digital dapat membentuk masyarakat tanpa uang tunai secara menyeluruh.
CNBC INDONESIA RESEARCH
research@cnbcindonesia
(evw/evw)































:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5319082/original/060228700_1755504247-pspr.jpg)

:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5285579/original/071930200_1752717808-ChatGPT_Image_Jul_16__2025__11_01_37_AM.jpg)

:strip_icc():format(jpeg):watermark(kly-media-production/assets/images/watermarks/bola/watermark-color-landscape-new.png,1125,20,0)/kly-media-production/medias/5284222/original/004291500_1752589801-Timnas_Indonesia_U-23_Vs_Brunei_Darussalam_U-23-6.jpg)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/4860504/original/051850500_1718115963-Malut_United_-_Ilustrasi_Logo_Malut_United_copy.jpg)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/4809513/original/037230800_1713799872-Timnas_Indonesia_-_Nathan_Tjoe-A-On_dan_Justin_Hubner_copy.jpg)


:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5267473/original/070195100_1751106521-WhatsApp_Image_2025-06-28_at_17.14.16_c8077174.jpg)
:strip_icc():format(jpeg):watermark(kly-media-production/assets/images/watermarks/bola/watermark-color-landscape-new.png,1125,20,0)/kly-media-production/medias/5271468/original/063988200_1751511729-Timnas_Putri_Indonesia_vs_Pakistan-15.jpg)

:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5282186/original/092694300_1752468097-ATK_BOLA_ASEAN_U23_Mandiri_Cup_2025_Indonesia_vs_Brunei.jpg)


:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/4922579/original/022348900_1724078961-Persik_Kediri_-_Ilustrasi_Logo_Persik_Kediri_2024_copy.jpg)
:strip_icc():format(jpeg):watermark(kly-media-production/assets/images/watermarks/bola/watermark-color-landscape-new.png,1125,20,0)/kly-media-production/medias/5284203/original/025207900_1752587520-1000251979__1_.jpg)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5281763/original/098313400_1752412814-abu.jpg)
:strip_icc():format(jpeg):watermark(kly-media-production/assets/images/watermarks/bola/watermark-color-landscape-new.png,1125,20,0)/kly-media-production/medias/5284236/original/088370400_1752591890-20250715AA_Piala_AFF_U-23_Timnas_Indonesia_U-23_vs_Brunei-09.JPG)