Asing Lari dari RI: Surat Utang dan SRBI Diobral

2 hours ago 2

Jakarta, CNBC Indonesia - Arus modal asing masih berlanjut keluar dari pasar keuangan Tanah Air dan kini sudah terjadi dalam dua pekan beruntun. Setelah pada pekan pertama November, investor asing juga mencatatkan aksi jual.

Berdasarkan data transaksi Bank Indonesia (BI) periode 10-13 November 2025, investor asing mencatatkan net sell sebesar Rp3,79 triliun di pasar keuangan dalam negeri. Kinerja tersebut memperpanjang tren outflow setelah pekan sebelumnya juga terjadi penjualan bersih dari investor asing.

Tekanan terbesar berasal dari pasar Surat Berharga Negara (SBN) dengan nilai jual bersih mencapai Rp6,33 triliun. Selain itu, investor asing juga mencatatkan jual bersih Rp1,39 triliun di instrumen Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI).

Di sisi lain, pasar saham masih menjadi penopang karena mencatatkan beli bersih atau net buy senilai Rp3,92 triliun, namun belum mampu mengimbangi keluarnya dana asing dari pasar pendapatan tetap.

Sepanjang 2025, berdasarkan data setelmen hingga 13 November 2025, investor asing masih mencatatkan posisi jual bersih di seluruh pasar keuangan domestik.

Total penjualan bersih asing mencapai Rp37,24 triliun di pasar saham, Rp6,45 triliun di pasar SBN, serta Rp140,40 triliun di instrumen SRBI.

Seiring dengan dinamika tersebut, premi Credit Default Swap (CDS) Indonesia tenor 5 tahun tercatat menurun ke level 73,51 basis poin (bps) per 13 November 2025, dari 76,05 bps pada 7 November 2025.

Penurunan CDS ini menunjukkan perbaikan persepsi risiko jangka pendek terhadap instrumen utang Indonesia, meski investor global masih mencermati dinamika suku bunga The Federal Reserve (The Fed) dan penguatan dolar AS.

CDS sendiri merupakan instrumen derivatif yang menggambarkan biaya perlindungan risiko gagal bayar suatu negara. Semakin rendah nilai CDS, semakin kecil persepsi risiko investor terhadap surat utang negara tersebut.

Arus keluar dana asing secara beruntun pada November turut dipengaruhi oleh penguatan dolar AS, meningkatnya imbal hasil obligasi pemerintah AS (US Treasury), serta ekspektasi bahwa The Fed kemungkinan menahan pemangkasan suku bunga hingga awal 2026. Kondisi ini mendorong investor global melakukan rebalancing portofolio menuju aset yang dianggap lebih aman.

CNBC INDONESIA RESEARCH

[email protected]

(evw/evw)

Read Entire Article
| | | |