Jakarta, CNBC Indonesia- Harga perak kembali menjadi sorotan global. Logam putih ini sudah melonjak 78% dalam setahun ke level US$51,53 per ons pada hari ni, Rabu (19/11/2025).
Keterbatasan pasokan dan lonjakan permintaan industri membuat pasar perak memasuki fase "super squeeze".
Sejumlah analis menilai krisis suplai perak bersifat struktural, terutama karena melonjaknya kebutuhan industri dari sektor kendaraan listrik, panel surya, hingga chip semikonduktor.
Kondisi makin ketat menjelang musim pernikahan di India periode yang secara tradisional meningkatkan permintaan perhiasan dan koin perak serta kebijakan tarif baru AS terhadap logam putih tersebut.
Pasokan Menipis
Pekan lalu, Silver Institute kembali menegaskan proyeksinya bahwa pasar perak akan mengalami defisit pasokan tahunan kelima sebesar 95 juta ons.
Meskipun angka defisit ini jauh lebih kecil dibandingkan tahun lalu, para analis menilai bahwa defisit tersebut masih cukup untuk mempertahankan harga perak di level tertinggi sepanjang masa.
Permintaan industri melemah tetapi survei menunjukkan bahwa permintaan investasi lebih dari cukup menutupi penurunan tersebut.
Philip Newman, Managing Director Metals Focu, firma riset Inggris di balik Silver Survey tahunan, mengungkapkan bahwa arus dana ke exchange-traded fund (ETF) telah meningkat 187 juta ons sepanjang tahun ini.
"Ini mencerminkan kekhawatiran investor mengenai stagflasi, independensi Federal Reserve, keberlanjutan utang pemerintah, peran dolar AS sebagai aset safe haven, dan risiko geopolitik. Kinerja harga perak yang luar biasa serta kondisi fundamental pasokan-permintaan yang mendukung semakin memperkuat kepercayaan investor," kata Newman dalam catatannya, dikutip dari Kitco.
Melihat lebih jauh dari permintaan investasi, konsumsi industri perak diperkirakan 665 juta ons tahun ini, turun 2% dibandingkan tahun lalu.
Penurunan ini mencerminkan dampak ketidakpastian ekonomi global akibat kebijakan tarif dan ketegangan geopolitik, serta percepatan penghematan penggunaan perak karena lonjakan harga.
Di sektor fotovoltaik (PV), instalasi global diperkirakan mencetak rekor tertinggi baru. Namun karena penurunan drastis jumlah perak yang digunakan per modul, permintaan perak untuk PV diprediksi turun sekitar 5% secara tahunan.
Metals Focus juga menulis dalam laporan terbaru bahwa permintaan perhiasan perak dan peralatan makan perak diperkirakan turun masing-masing 4% dan 11% tahun ini.
Terakhir, permintaan koin dan batangan perak diperkirakan turun 4% ke level terendah dalam tujuh tahun, yakni 182 juta ons.
Kondisi ini merupakan dampak dari lemahnya pasar AS, yang mengimbangi kenaikan permintaan di pasar kunci lainnya seperti India, Jerman, dan Australia.
Meski terjadi kenaikan permintaan di AS baru-baru ini, sebagian besar sepanjang 2025 pasar AS harus menghadapi aksi jual besar dari investor ritel. Sebaliknya, investor India terus membeli di tengah kenaikan harga lokal, karena mereka memperkirakan kenaikan lanjutan pada 2025.
Pasar perak mengalami gangguan pasokan signifikan tahun ini karena logam fisik tertahan di lokasi yang salah dan dalam bentuk yang tidak sesuai kebutuhan. Pada awal tahun, sejumlah besar perak mengalir ke AS ketika bank-bank bullion dan pelaku pasar lainnya membangun stok untuk mengantisipasi kemungkinan tarif.
Meskipun pemerintah AS menyatakan bahwa logam mulia, termasuk perak, dibebaskan dari tarif, logam tersebut tetap tertahan di New York karena kekhawatiran dapat dikenai pajak impor, terutama setelah perak juga diklasifikasikan sebagai logam kritis.
Gudang-gudang penyimpanan di New York kini penuh dengan perak, dan kapasitas smelter untuk mendaur ulang logam tersebut juga telah maksimal. Premi buyback untuk perak scrap jauh lebih rendah di Amerika Utara akibat kelebihan pasokan.
Sementara itu di London, permintaan dari India dan meningkatnya permintaan ETF menciptakan keketatan signifikan di pasar lokal, mendorong tarif sewa (lease rates) ke rekor tertinggi.
Meski sebagian logam mengalir kembali ke London untuk mengejar premi yang lebih tinggi, analis mencatat bahwa pasar perak akan terus menghadapi tantangan rantai pasokan karena pasokan kesulitan memenuhi lonjakan permintaan.
Dalam wawancara dengan Kitco News, Matthew Piggott, Direktur Emas dan Perak di Metals Focus, mengatakan bahwa defisit pasokan tahunan perak kemungkinan akan terus terjadi dalam beberapa tahun ke depan.
Produksi tambang perak mencapai puncaknya pada 2016 sebesar 900 juta ons. Hingga tahun lalu, produksi perak menurun rata-rata 1,4 persen per tahun. Pada 2023, tambang menghasilkan 814 juta ons perak.
CNBC Indonesia Research
(emb/emb)































:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5319082/original/060228700_1755504247-pspr.jpg)




:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5292881/original/016928800_1753267680-WhatsApp_Image_2025-07-23_at_17.02.21.jpeg)

:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5255125/original/011605200_1750149296-_Timnas_Indonesia_U-23_-_Jens_Raven__Dony_Tri_Pamungkas__Kdek_Arel_Priyatna__background_Gerald_Vanenburg_copy.jpg)

:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5295668/original/003518200_1753490643-vie_2.jpg)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5294962/original/091757100_1753426328-SnapInsta.to_523144936_1283178553162979_2047566670970110161_n.jpg)


:strip_icc():format(jpeg):watermark(kly-media-production/assets/images/watermarks/bola/watermark-color-landscape-new.png,1125,20,0)/kly-media-production/medias/5295805/original/097979000_1753504002-20250725AA_Timnas_Indonesia_U-23_Vs_Thailand-1.jpg)

:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5282651/original/018565000_1752480102-20250714-Presskon_Piala_AFF-Bola_6.jpg)

