Awas! Pasar Panik Usai Bitcoin Kolaps, Jepang Tebar Ancaman Baru ke RI

2 hours ago 1
  • Pasar keuangan Indonesia ditutup beragam, IHSG ditutup menguat sementara rupiah melemah
  • Wall Street ambruk berjamaah dibebani oleh penurunan saham teknologi
  • Rapat Dewan Gubernur dan data ekonomi global akan menjadi penggerak pasar hari ini

Jakarta, CNBC Indonesia - Pasar keuangan Indonesia bergerak beragam pada perdagangan kemarin, Seni (17/11/2025). Pasar saham menguat sementara rupiah melemah.

Pasar keuangan Indonesia diharapkan bisa kompak menguat pada perdagangan hari ini. Selengkapnya mengenai proyeksi pergerakan pasar hari ini bisa dibaca pada halaman 3 artikel ini.

Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) menguat signifikan pada perdagangan kemarin, Senin (17/11/2025). Indeks naik 0,55% atau menguat 46,44 poin ke level 8.416,88 pada akhir perdagangan sesi pertama.

Sebanyak 354 saham naik, 287 turun, dan 173 tidak bergerak. Nilai transaksi hingga akhir perdagangan mencapai Rp 21,08 triliun yang melibatkan 41 miliar saham dalam 2,69 juta kali transaksi.  Investor asing mencatat net buy sebesar Rp 710,06 miliar.

Pada perdagangan kemarin, saham Bumi Resources (BUMI), Bank Central Asia (BBCA) dan Aneka Tambang (ANTM) tercatat menjadi saham yang paling ramai ditransaksikan. Sedangkan saham APEX, MINA dan LUCK mencatatkan kenaikan terbesar.

Mayoritas sektor perdagangan parkir di zona hijau dengan penguatan terbesar dibukukan oleh sektor energi, konsumer non-primer dan properti. Sedangkan sektor kesehatan tercatat melemah paling dalam.

Sejumlah emiten yang menjadi motor pergerakan IHSG kemarin termasuk PT Dian Swastatika Sentosa Tbk (DSSA), BBCA dan PT Jaya Sukses Makmur Sentosa Tbk (RISE). Sedangkan emiten yang menjadi beban utama laju IHSG kemarin adalah PT Amman Mineral Internasional Tbk (AMMN), PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk (GOTO) dan PT Bumi Resources Minerals Tbk (BRMS).

Dari pasar mata uang, nilai tukar rupiah ditutup terkoreksi atau mengalami pelemahan terhadap dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan pertama pekan ini.

Merujuk data Refinitiv, rupiah menutup perdagangan kemarin, Senin (17/11/2025), dengan pelemahan sebesar 0,18% ke posisi Rp16.720/US$.

Sejak pembukaan pagi, rupiah sudah dibuka tertekan di level Rp16.700/US$ atau kembali menembus level psikologisnya. Tekanan tersebut berlanjut sepanjang sesi hingga rupiah sempat menyentuh titik terlemahnya kemarin di Rp16.736/US$.

Sementara itu, indeks dolar dolar AS (DXY) pada pukul 15.00 WIB masih berada di zona hijau atau menguat tipis 0,02% di level 99,317.

Pergerakan rupiah pada perdagangan awal pekan ini, Senin (17/11/2025), terjadi seiring dengan rilis data Utang Luar Negeri (ULN) oleh Bank Indonesia (BI) yang menunjukkan tren penurunan.

BI melaporkan bahwa ULN Indonesia pada Kuartal III-2025 atau hingga September 2025 tercatat sebesar US$424,4 miliar, menurun dibanding posisi Kuartal II-2025 yang mencapai US$432,3 miliar.

Dengan demikian, ULN Indonesia mengalami kontraksi 0,6% secara tahunan (yoy), berbalik arah dari pertumbuhan 6,4% yoy yang terlihat pada kuartal sebelumnya.

Penurunan ULN ini mencerminkan moderasi kebutuhan pembiayaan eksternal baik dari sektor publik maupun swasta, serta kebijakan kehati-hatian BI dan pemerintah dalam menjaga struktur ULN tetap sehat dan berkelanjutan. 

Meski demikian, pasar valuta asing menilai bahwa penurunan ULN belum cukup memberikan katalis penguatan bagi rupiah pada kemarin.

Lanjut ke Surat Berharga Negara (SBN), imbal hasil SBN tenor 10 tahun terpantau mengalami sedikit penguatan dari level 6,12 ke level 6,141 naik 0,021 poin. Imbal hasil yang naik menandai investor tengah menjual SBN sehingga harga jatuh.

Aksi jual didorong juga dengan terusnya pelemahan rupiah yang kian terjadi dari waktu ke waktu memberikan resiko tambahan bagi SBN karena ada premi tambahan yang perlu dibayar investor terhadap imbal hasil yang ada saat ini.

Pages

Read Entire Article
| | | |