Susi Setiawati, CNBC Indonesia
07 December 2025 14:30
Jakarta, CNBC Indonesia - Tak banyak yang menyangka bahwa bahan-bahan alami yang kerap disebut sebagai obat kuat pria dari Indonesia justru menjadi rebutan di mancanegara.
Sejak zaman nenek moyang, alam Nusantara, dari dataran tinggi yang sejuk, hutan Kalimantan yang rimbun, hingga dasar laut timur Indonesia, menyimpan berbagai bahan alami yang diakui mampu meningkatkan stamina, menjaga gairah, hingga membantu menyeimbangkan hormon secara alami.
Meski begitu, kebutuhan akan "tenaga ekstra" sering kali dicari lewat cara instan: mulai dari suplemen berbahan kimia yang tak jelas keamanannya, minuman energi, hingga terapi berbiaya tinggi. Padahal, banyak alternatif alami yang tumbuh subur di Indonesia dan telah digunakan secara turun-temurun.
Ironisnya, kekayaan hayati yang melimpah ini justru belum dimanfaatkan maksimal di dalam negeri. Sementara itu, negara lain berlomba-lomba mengolah, meneliti, bahkan mematenkan bahan-bahan tersebut.
Akar Maca (Lepidium meyenii)
Meski lebih dikenal sebagai tanaman pegunungan Peru, maca kini sudah mulai "betah" tumbuh di dataran tinggi Indonesia, seperti Dieng dan Batur. Varietas yang ditanam di sini bisa hidup di ketinggian 1.800-2.500 mdpl. Benar, kandungan macamide dan macaene, dua komponen penting yang berperan pada peningkatan libido dan energi, memang sedikit lebih rendah dibanding versi Andes, tapi potensinya tetap besar.
Maca masih satu keluarga dengan lobak dan sawi. Setelah dikeringkan, akarnya diproses jadi bubuk, kapsul, atau tonik herbal. Riset Food Research International (2020) menyebutkan bahwa maca mengandung asam amino esensial, mineral penting, serta antioksidan yang baik untuk daya tahan tubuh dan penyeimbang hormon. Selain sebagai afrodisiak alami, maca juga dikenal meningkatkan mood, mendukung kesuburan, hingga membantu pemulihan tubuh.
Uniknya, petani lokal mulai menangkap peluang ini. Meski Peru masih mendominasi pasar dunia, data FAO (2024) menunjukkan suplai maca dari kawasan Asia Tenggara naik 8% dalam lima tahun terakhir, terutama ke China dan Korea Selatan. Peneliti UGM bahkan menemukan bahwa maca tropis Indonesia punya kadar glukosinolat cukup tinggi, memberi efek energi yang stabil tanpa "lonjakan" tekanan darah. Dengan pengembangan budi daya yang lebih serius, maca bisa menjadi "super root" kebanggaan Nusantara.
Pasak Bumi (Eurycoma longifolia)
Tongkat Ali atau pasak bumi adalah salah satu ikon vitalitas khas Asia Tenggara. Tanaman ini tumbuh alami di hutan-hutan Kalimantan, Malaysia, dan sebagian Sumatra. Akar pasak bumi kaya eurycomanone, senyawa yang dikenal efektif menaikkan kadar testosteron dan menurunkan stres oksidatif.
Beragam studi, termasuk dari Asian Journal of Andrology (2018), menunjukkan bahwa konsumsi rutin pasak bumi selama 12 minggu dapat meningkatkan performa fisik, libido, bahkan menurunkan hormon stres kortisol. Tak hanya itu, pasak bumi juga berfungsi sebagai imunomodulator dan memiliki efek anti-malaria.
Proses pengolahannya sederhana-akar dikeringkan, direbus, atau diekstrak menjadi kapsul. Namun masa panennya cukup lama, sekitar lima tahun, karena kualitasnya meningkat seiring usia akar. Indonesia menjadi salah satu pemasok utama pasak bumi untuk Malaysia dan Singapura, dengan permintaan global yang tumbuh sekitar 12% per tahun berkat tren kembali ke pengobatan alami. Selain untuk suplemen, ekstraknya mulai dikembangkan untuk kosmetik dan farmasi, terutama produk anti-penuaan. Tak heran banyak yang menyebutnya sebagai "emas cokelat" dari Kalimantan.
Purwaceng (Pimpinella pruatjan)
Jika Amerika Latin punya maca, Indonesia punya purwaceng. Tanaman endemik Dieng ini sudah lama dikenal sebagai "penghangat tubuh" dan pembangkit stamina sejak masa kolonial. Mengutip Indonesian Journal of Pharmacy (2018), purwaceng mengandung saponin dan kumarin yang dapat melancarkan peredaran darah serta meningkatkan libido.
Sayangnya, populasinya semakin menipis akibat panen tanpa upaya reboisasi. Siklus tumbuhnya memang tidak singkat, mencapai delapan bulan, dan beberapa petani menggantinya dengan Pimpinella anisum yang lebih mudah tumbuh, meski kandungan aktifnya lebih rendah.
Kini Jepang dan Korea Selatan mulai tertarik mengimpor purwaceng untuk dijadikan bahan suplemen alami. Ironi kembali muncul: di saat negara lain mengembangkan dan mematenkan ekstraknya, di rumahnya sendiri purwaceng makin langka dan kurang mendapat tempat. Selain untuk vitalitas, purwaceng juga diteliti sebagai antistres alami dan penghangat tubuh bagi penderita hipotermia ringan.
Bawang Dayak (Eleutherine palmifolia)
Di Kalimantan, bawang dayak ibarat "obat serba bisa". Meski terlihat sederhana, umbi berwarna merah ini memiliki kadar antioksidan tinggi. Penelitian Journal of Applied Pharmaceutical Science (2019) menunjukkan bahwa bawang dayak punya efek afrodisiak ringan berkat kandungan flavonoid dan fenolik yang membantu memperlancar aliran darah dan menjaga fungsi reproduksi.
Tanaman ini mudah dibudidayakan dan bisa dipanen dalam 4-5 bulan. Masyarakat lokal menggunakannya untuk banyak hal: menurunkan gula darah, menstabilkan tekanan darah, hingga menyembuhkan infeksi kulit. Namun pengembangan komersialnya masih sangat minim. Padahal, negara tetangga mulai meliriknya sebagai bahan baku suplemen tropis. Jika standarisasi bahan aktifnya diperkuat, bawang dayak bisa menjadi komoditas herbal unggulan dari Kalimantan.
Ikan Napoleon (Cheilinus undulatus)
Dari darat kita berpindah ke laut. Ikan napoleon, dengan tubuh besar dan bibir tebalnya, sudah lama menjadi simbol eksklusivitas di pasar Asia. Hong Kong tercatat mengimpor sekitar 60% suplai ikan napoleon hidup, dan sebagian besar sumbernya adalah kawasan timur Indonesia.
Di beberapa budaya, terutama di China, bagian bibir ikan ini dianggap "berkhasiat" dan menjadi simbol status maskulin, meski secara ilmiah klaim tersebut tidak terbukti. Harganya pun bisa melambung hingga lebih dari US$1.000 per ekor. Tapi kepopuleran ini membawa ancaman: ikan napoleon tumbuh lambat dan baru dewasa pada usia 5-7 tahun.
Akibatnya, eksploitasi berlebihan membuat populasinya menurun drastis dan kini masuk kategori terancam punah (Endangered) dalam daftar IUCN dan terdaftar di CITES Appendix II.
Meski begitu, perannya di ekosistem sangat penting, salah satunya memakan bintang laut berduri yang merusak terumbu karang. Karena itu, BRIN dan KKP tengah mengembangkan program budidaya semi-alami untuk menjaga populasinya tanpa menghilangkan potensi ekonominya.
CNBC INDONESIA RESEARCH
(saw/luc)





























:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5319082/original/060228700_1755504247-pspr.jpg)



:strip_icc():format(jpeg):watermark(kly-media-production/assets/images/watermarks/bola/watermark-color-landscape-new.png,1125,20,0)/kly-media-production/medias/5339916/original/010495200_1757135510-20250904AA_Timnas_Indonessia_Vs_China_Taipei-108.jpg)

:strip_icc():format(jpeg):watermark(kly-media-production/assets/images/watermarks/bola/watermark-color-landscape-new.png,1125,20,0)/kly-media-production/medias/5339674/original/047240900_1757081733-20250904AA_Timnas_Indonesia_vs_China_Taipei-08.JPG)










:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/4939096/original/049996300_1725747991-000_36FT7CN.jpg)