Jakarta, CNBC Indonesia - Menjelang malam-malam terakhir Ramadan, umat Muslim akan berlomba-lomba memperbanyak ibadah. Selain ingin mengejar pahala, umat Islam juga berharap bisa bertemu dengan Lailatul Qadar.
Malam Lailatul Qadar, malam yang memiliki keutamaan lebih besar daripada 1.000 bulan. Malam penuh keagungan tersebut diperkirakan jatuh pada tanggal-tanggal ganjil di 10 hari Ramadan.
Dengan demikian, dalam konteks penanganan masehi, maka malam Lailatul Qadar 2024 akan jatuh pada tanggal sebagai berikut.
- Malam ke-21 Ramadan atau 20 Maret 2025
- Malam ke-23 Ramadan atau 22 Maret 2025
- Malam ke-25 Ramadan atau 24 Maret 2025
- Malam ke 27 Ramadan atau 26 Maret 2025'
- Malam ke-29 Ramadan atau 28 Maret 2025
Namun, pertanyaan yang sering muncul adalah apakah waktu terjadinya malam ini dapat diketahui melalui metode ilmiah.
Peneliti di bidang Astronomi dan Astrofisika dari Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), menjelaskan bahwa secara fisik tidak terdapat perubahan signifikan di langit yang dapat dijadikan indikator. Hal ini didasarkan pada pengamatan kondisi langit selama sepuluh hari terakhir Ramadan. Ia menambahkan bahwa pengalaman Lailatul Qadar lebih bersifat spiritual dan hanya dapat dirasakan oleh individu berdasarkan kualitas ibadah mereka.
Beberapa hadits menggambarkan tanda-tanda malam istimewa ini, di antaranya suasana yang tenang dan damai dengan udara yang sejuk. Rasulullah SAW bersabda, "Sesungguhnya malam itu adalah malam yang lembut, cerah, tidak panas, dan tidak dingin. Pada malam itu turun rahmat kepada manusia." (HR. Ahmad).
Selain itu, tanda lain dari Lailatul Qadar adalah cahaya yang menyelimuti langit dan bumi. Rasulullah SAW bersabda, "Sesungguhnya malam itu adalah malam yang cerah putih seperti pagi harinya. Tidak ada malam yang menyerupainya." (HR. Ahmad).
Dalam berbagai hadits dan sumber lainnya, disebutkan bahwa beribadah pada malam Lailatul Qadar memiliki keutamaan lebih besar dibandingkan beribadah selama seribu bulan.
Meskipun waktu pastinya hanya diketahui oleh Allah, Rasulullah Muhammad SAW menganjurkan umatnya untuk mencari malam istimewa ini pada sepuluh hari terakhir Ramadan, terutama pada malam ke-27.
Gempa dan Malam Lailatul Qadar
Sebuah penelitian yang ditulis oleh A. Rauf dan dipublikasikan dalam IOP Conference Series: Earth and Environmental Science menganalisis kemungkinan keterkaitan antara Lailatul Qadar dan aktivitas gempa bumi.
Studi dilakukan pada beberapa tahun, yaitu 1421 H (2000 M), 1423 H (2002 M), 1425 H (2004 M), 1429 H (2008 M), dan 1432 H (2011 M). Data gempa dikumpulkan dari pukul 18.00 hingga 18.00 selama 30 hari Ramadan, kemudian dianalisis berdasarkan jumlah dan kualitas gempa yang terjadi.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa Lailatul Qadar pada tahun 1421 H (2000) jatuh pada malam kedua Ramadan, sedangkan pada tahun-tahun lainnya terjadi pada malam yang berbeda: malam ketujuh (2002), malam ke-16 (2004), malam ke-28 (2008), dan malam ke-29 (2011).
Dari analisis ini, ditemukan bahwa Lailatul Qadar dapat terjadi pada malam ganjil maupun genap, serta bisa jatuh di awal, pertengahan, atau akhir bulan Ramadan.
Meteor Berkurang Saat Lailatul Qadar?
Sejumlah hadits menggambarkan tanda-tanda alam yang menyertai datangnya Lailatul Qadar. Dalam hadits yang diriwayatkan oleh Ibnu Abbas RA, Nabi Muhammad SAW bersabda bahwa salah satu tanda Lailatul Qadar adalah:
"Pada pagi hari matahari bersinar lemah dan nampak kemerah-merahan." (HR Ath-Thayalisi)
Sementara itu, dalam hadits yang diriwayatkan oleh Ubadah bin Shamit, Rasulullah SAW juga menjelaskan karakteristik malam Lailatul Qadar:
"Sesungguhnya Lailatul Qadar adalah malam yang cerah dan terang seakan-akan nampak di dalamnya bulan bersinar terang, tetap dan tenang, tidak dingin dan tidak panas. Haram bagi bintang-bintang melempar pada malam itu sampai waktu Subuh."
Hadits-hadits ini menggambarkan bahwa Lailatul Qadar adalah malam yang penuh ketenangan, dengan suasana langit yang berbeda dari malam-malam biasanya.
Kalimat "Haram bagi bintang-bintang melempar pada malam itu sampai waktu Subuh" sering dikaitkan dengan fenomena berkurangnya jumlah asy-syihab atau bola api di langit saat malam Lailatul Qadar.
Dalam Al-Qur'an, istilah asy-syihab merujuk pada semburan api dari langit, suluh, atau panah api yang bersinar tajam. Konsep ini memiliki kemiripan dengan istilah sains untuk meteor, yang merupakan pijaran api akibat gesekan benda luar angkasa dengan atmosfer bumi.
Jika meteor berukuran cukup besar dan terang, ia disebut bola api (fireball). Jika bola api tersebut meledak saat melintasi atmosfer, maka disebut bolide. Sementara itu, jika sisa bongkahan meteor, bola api, atau bolide mencapai permukaan bumi, maka dinamakan meteorit.
Dalam Al-qur'an sendiri, terdapat lima ayat yang terkait dengan meteor atau asy-syihab.
1.Kecuali syaitan yang mencuri-curi (berita) yang dapat didengar (dari malaikat) lalu dia dikejar oleh semburan api yang terang (Al-Hijr:15)
2. Syaitan syaitan itu tidak dapat mendengar-dengarkan (pembicaraan) para malaikat dan mereka dilempari dari segala penjuru (As-Saffat: 8)
3. Akan tetapi barangsiapa (di antara mereka) yang mencuri-curi (pembicaraan); maka ia dikejar oleh suluh api yang cemerlang (AS-Sffat: 10)
4. "Dan sesungguhnya kami telah mencoba mengetahui (rahasia) langit, maka kami mendapatinya penuh dengan penjagaan yang kuat dan panah-panah api (AJ-Jinn: 8)
5. "Dan sesungguhnya kami dahulu dapat menduduki beberapa tempat di langit itu untuk mendengar-dengarkan (berita-beritanya). Tetapi sekarang barangsiapa yang (mencoba) mendengar-dengarkan (seperti itu) tentu akan menjumpai panah api yang mengintai (untuk membakarnya) (Aj-Jinn: 9).
Dilansir dari laman badan antariksa Amerika Serikat (NASA) diperkirakan ada 48,5 ton material meteor yang jatuh ke bumi setiap hari. Sebagian dari mereka akan menguap di atmosfer bumi dengan meninggalkan tanda terang jatuh di langit atau kerap disebut bintang jatuh.
Bintang jatuh tersebut kadang meningkat drastis di sebuah malam yang kerap disebut hujan meteor.
Kendati belum terbukti kebenarannya, keterkaitan meteor dan Lailatul Qadar konon pernah disampaikan salah satu ilmuwan NASA bernama Carner kepada seorang ilmuwan Mesir, Dr. Abdul Basit Muhammad.
Menurut Abdul Basit berdasarkan penutuan Carner,NASA mengetahui jika ada satu malam di Ramadhan di mana jumlah meteor yang jatuh ke bumi tiba-tiba berkurang drastis bahkan nyaris tidak ada. Padahal puluhan ribu dengan bobot ber ton-ton biasanya menghujani bumi setiap hari.
CNBC INDONESIA RESEARCH
(rev/rev)