Bisnis Wisata Jepang Tertekan di Tengah Ketegangan Tokyo-Beijing

2 hours ago 1
CNBC Indonesia News Foto News

FOTO Internasional

Reuters,  CNBC Indonesia

19 November 2025 06:05

A Chinese chat message between a travel agency staff member and a customer reading 'I won't go to Japan', as a part of messages announcing trip cancellations from the customer, appears on a computer screen at East Japan International Travel Service Co. , a Tokyo-based travel agency, amid escalating tension between China and Japan, in Tokyo, Japan November 18, 2025.  REUTERS/Issei Kato

Sebuah pesan obrolan berbahasa Mandarin antara staf agen perjalanan dan pelanggan yang bertuliskan 'Saya tidak akan pergi ke Jepang', sebagai upaya pembatalan perjalanan dari calon wisatawan china ke Jepang muncul di layar komputer di East Japan International Travel Service Co., agen perjalanan yang berpusat di Tokyo, di tengah meningkatnya ketegangan antara Tiongkok dan Jepang, di Tokyo, Jepang, 18/11/2025. REUTERS/Issei Kato

A Chinese chat message between a travel agency staff member and a customer reading 'I won't go to Japan', as a part of messages announcing trip cancellations from the customer, appears on a computer screen at East Japan International Travel Service Co. , a Tokyo-based travel agency, amid escalating tension between China and Japan, in Tokyo, Japan November 18, 2025.  REUTERS/Issei Kato

Bisnis travel terkena dampak di tengah pertikaian diplomatik besar antara dua ekonomi terbesar di Asia Timur Laut. REUTERS/Issei Kato

A Chinese chat message between a travel agency staff member and a customer reading 'I won't go to Japan', as a part of messages announcing trip cancellations from the customer, appears on a computer screen at East Japan International Travel Service Co. , a Tokyo-based travel agency, amid escalating tension between China and Japan, in Tokyo, Japan November 18, 2025.  REUTERS/Issei Kato

“Hari ini, sepuluh pemesanan lagi dibatalkan, jadi totalnya, sekitar dua puluh pemesanan telah dibatalkan. Ini mencakup sekitar 80 persen pasar kami (tahun ini),” kata Yu Jinxin, wakil presiden East Japan International Travel Service. REUTERS/Issei Kato

A Chinese chat message between a travel agency staff member and a customer reading 'I won't go to Japan', as a part of messages announcing trip cancellations from the customer, appears on a computer screen at East Japan International Travel Service Co. , a Tokyo-based travel agency, amid escalating tension between China and Japan, in Tokyo, Japan November 18, 2025.  REUTERS/Issei Kato

Perusahaan itu sendiri, yang sebagian besar bergantung pada klien China, berspesialisasi dalam tur grup besar, terutama untuk pertukaran budaya, perusahaan, dan pemerintahan, tetapi seperti yang dijelaskan Yu, banyak dari pertukaran ini menjadi rentan terhadap hubungan yang rapuh antara kedua negara. REUTERS/Issei Kato

A Chinese chat message between a travel agency staff member and a customer reading 'I won't go to Japan', as a part of messages announcing trip cancellations from the customer, appears on a computer screen at East Japan International Travel Service Co. , a Tokyo-based travel agency, amid escalating tension between China and Japan, in Tokyo, Japan November 18, 2025.  REUTERS/Issei Kato

Salah satu kejutan terbesar mereka, menurut Yu, adalah ketika salah satu grup tur utama mereka membatalkan jadwal penerbangan mereka. REUTERS/Issei Kato

A Chinese chat message between a travel agency staff member and a customer reading 'I won't go to Japan', as a part of messages announcing trip cancellations from the customer, appears on a computer screen at East Japan International Travel Service Co. , a Tokyo-based travel agency, amid escalating tension between China and Japan, in Tokyo, Japan November 18, 2025.  REUTERS/Issei Kato

East Japan International Travel Service, yang nama Mandarinnya "Shanyou Japan" berarti "Wisata Berbudi Luhur Jepang", didirikan sekitar tahun 2008, dan telah melewati berbagai krisis, mulai dari sengketa Kepulauan Senkaku/Diaoyu ketika hubungan Jepang-Tiongkok mencapai titik terendah pada tahun 2012, dan pandemi virus corona pada tahun 2020. Namun, menurut Yu, dengan iklim dan pasar saat ini, jika terus berlanjut seperti ini, bisnis mereka tidak akan berkelanjutan.REUTERS/Issei Kato


Read Entire Article
| | | |