Capaian Bauran Energi HIjau RI Tembus 14,4%, Ini Penopangnya

Jakarta, CNBC Indonesia - Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) membeberkan porsi bauran pembangkit listrik tenaga air (PLTA) menjadi penopang peningkatan bauran energi baru terbarukan (EBT) nasional. Saat ini, porsi bauran EBT dalam sistem kelistrikan Indonesia mencapai 14,4%.

Plt. Direktur Jenderal Ketenagalistrikan Kementerian ESDM, Tri Winarno menyebutkan bahwa hingga Oktober 2025 total kapasitas terpasang pembangkit nasional telah mencapai 107 giga watt (GW) yang menopang kebutuhan listrik seluruh sektor, dari rumah tangga hingga industri.

Kontribusi PLTA berada di atas 7%, menjadikannya penopang terbesar dalam bauran EBT nasional. Biomassa menyusul dengan 3%, panas bumi 2,6%, surya 1,3%, bayu 0,1%, serta jenis EBT lain yang masih relatif kecil.

"Terkait komposisi, porsi pembangkit berbasis energi baru terbarukan mencapai 14,4%, dan dari total angka tersebut tenaga air masih menjadi tulang punggung dengan kontribusi lebih dari 7%," kata Tri dalam Rapat Dengar Pendapat (RDP) Komisi XII DPR RI, Jakarta, dikutip Jumat (14/11/2025).

Adapun, besarnya potensi EBT Indonesia belum diimbangi percepatan pembangunan. Masalahnya, seperti contoh: proyek PLTA membutuhkan waktu lama karena lokasi di pedalaman, panas bumi memerlukan eksplorasi penuh risiko, sementara PLTS dan turbin angin bersifat intermiten.

Meski begitu, produksi listrik EBT terus menunjukkan kenaikan konsisten. Sejak Januari hingga Oktober 2025, produksinya naik dari 3,72 TWh menjadi 37,48 TWh, atau 12,9 persen dari total produksi listrik nasional.

"Meskipun persentasenya belum melesat, tetapi tren kenaikan yang stabil menandakan bahwa fondasi dari EBT sistem kita semakin kuat," ujarnya.

Di sisi lain, dominasi energi fosil masih sangat kuat. Hingga Oktober 2025, batubara menghasilkan 193,22 TWh atau 66,52 persen, sementara gas 47,46 TWh atau 16,34 persen. Peran pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) batu bara dinilai masih krusial untuk menjaga keandalan sistem.

"Sistem tenaga listrik kita tidak bisa serta merta meninggalkan PLTU, tetapi perannya untuk menjaga keandalan ini cukup signifikan," imbuhnya.

Seiring meningkatnya kebutuhan listrik, proyeksi akhir 2025 menunjukkan kenaikan produksi menjadi 354 TWh, dengan porsi EBT diperkirakan mencapai 12,67%. Meski belum dominan, tren kenaikan menunjukkan upaya transisi energi yang meningkat. "Produksi listrik pada tahun 2025 diproyeksikan akan terus meningkat dibandingkan dengan tahun 2024," pungkasnya.

(pgr/pgr)
[Gambas:Video CNBC]

Next Article Video: Presiden Prabowo Subianto Resmikan Proyek EBT Senilai Rp 25 T